[Film Dokumenter] The Great Hack

225
2
Data pribadi dan semua aktifitas yang kita umbar secara bebas di internet tidak menguap begitu saja. melalui data data tersebut terdapat sekelompok orang yang mampu memanen dan memanfaatkannya untuk menggiring dan mengubah prilaku kita kearah yang mereka inginkan.

Ini adalah salah satu film dokumenter yang layak teman-teman tonton. Film ini bahkan menurut saya wajib ditonton bagi kita yang sangat aktif dalam bersosial media. Kita kita yang aktif tulis status sana-sini, like dan share berita berita dengan sesuka kita asal sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Semudah itu jempol kita menari gemulai menuliskan kata kata dari yang enak terbaca hingga yang “enak terbaca”. Dari berita yang benar-benar kita ikuti dan kuliti faktanya hingga berita berita yang secara serampangan kita bagikan begitu saja, dan kemudian kitapun ikutan latah berdebat berbusa busa dengan para netijen julid lainnya.

Saya rasa cukup sampai situ saja. Lalu kemudian untuk orang orang yang santuy dan tidak neko-neko dalam bersosial media yang hanya sekedar usap dan sesekali like lalu membaca berita sebagai pembaca yang bisu film ini juga cocok karena tidak hanya untuk orang orang yang memang sudah terkurung dalam perangkap buaian internet saja yang terpengaruh oleh kegiatan jahat ini tetapi hampir semua orang mungkin salah satu dari kita atau bukan tidak mungkin kita semua masuk kedalam kategori ini.

Semua dari kita yang secara sadar ataupun tidak sadar meninggalkan jejak diinternet baik berupa data pribadi hingga segala aktifitas didalamnya apa yang kita cari, apa yang kita sukai (like), apa yang kita baca, apa yang kita ungkapkan apa yang kita unggah, emotikon emotikon apa yang kita gunakan, kesemua itu adalah data. Semua data itu tidak menguap begitu saja dan hilang, oleh sekelompok orang tertentu data tersebut dapat diolah sedemikian rupa secara realtime dan mereka gunakan kembali dengan berbagai cara yang unik untuk setiap indifidu sesuai dengan profilnya, hingga secara tidak sadar tingkah dan laku kita digiring mereka pada arah yang mereka inginkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam film dokumenter ini diungkap tujuan tertentu itu adalah untuk memenangkan seseorang calon presiden adidaya, pergerakan serta aksi besar lainnya yang memiliki dampak global.

Film dokumenter ini, besamaan dengan buku No Place to Hide telah mengubah cara pandang saya tentang arti penting dari privasi dan data pribadi kita, bahkan seremeh apapun data yang kit bagikan tersebut bukan tidak mungkin akan dikembalikan pada kita dalam bentuk yang tidak pernah kita duga dan bayangkan sebelumnya. Sebuah bentuk yang dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kita dan lingkungan kita. Bahkan dari apa yang di tayangkan dalam film dokumenter ini, dari pemanfaatan data data tersebut orang orang tertentu tersebut dapat membuat suatu pergerakan dan kerusuhan berskala global dan berpengaruh besar pada hajat hidup orang banyak.

Mega Skandal Cambridge Analytica, Dan Operasi Masif Manipulasi Perilaku Di berbagai belahan Dunia hingga Pada Pemilu US dan Brexit?

Bagi sebagian orang mungkin tidak begitu asing dengan skandal yang terjadi dengan Cambridge Analytica dan juga Facebook yang kemudian harus membuat Facebook harus menjadi perusahaan yang merasakan dan berhadapan pada denda uang dengan nominal yang sangat besar bahkan masuk kedalam denda terbesar di abad ini yakni sekitar 5 Miliar Dolar AS atau setara dengan 70 Triliun Rupiah. Dari awal saya sadar bahwa kasus yang terjadi dengan Facebook dan Cambridge Analytica bukanlah sebuah kasus yang mudah dipahami oleh orang awam seperti saya dan mungkin juga sebagian dari teman teman. Saat itu, kita tidak memahami dampak serta kerugian seperti apa yang membuat mereka harus disangsi dengan demikian berat. Disinilah film dokumenter The Great Hack dengan apik memberikan kita gambaran sederhana skandal seperti apa yang “sebenarnya” terjadi.

Distribusi rasio populasi tiap negara bagian US yang datanya digunakan dan terpapar oleh skandal yang dilakukan oleh Cambridge Analytica. Dari peta sebaran ini dapat terlihat betapa masifnya skandal ini. Apakah Cambridge Anlytica satu satunya firma yang melakukan hal ini? sepertinya sangat sulit untuk berkata ia. (Sumber gambar: businessinsider.sg)

Film dokumenter ini diawali dengan diskusi seorang profesor dengan para mahasiswanya sambil berkelakar bahwa seringkali kita merasakan seolah olah gawai cerdas kita menangkap apa yang kita sedang bicarakan dengan cara mengakses microphone kita hingga tidak jarang saat kita sering mengungkapkan sesuatu benda maka dengan cara yang ajaib iklannya akan muncul dalam layar gawai kita ntah itu melalui aplikasi facebook ataupun aplikasi lainnya. Dari topik sesederhana ini dan diskusi dengan mahasiswa nya kemudian sang profesor mulai tersadar dan menelusuri suatu kebenaran besar yang ada dihadapannya, suatu proses pemanfaatan data secara masif dan dan sistematis dari sebuah firma yang bernama Cambridg Analytica. Profesor itupun kemudian menuntut perusahaan tersebut memberikan semua copy-an data pribadi tentang dirinya yang ada di firma tersebut. Namun usahanya tersebut justru bergulir menjadi pengungkapan salah satu mega skandal di abad ini. Dari hal tersebut kemudian kita dibawa pada suatu kenyataan yang menabjubkan sekaligus mengerikan tentang dunia digital yang selama ini.

Secara garis besar film dokumeter ini menceritakan bagaimana sebuah firma seperi Cambridge Analityca dapat memanfaatkan kelengahan kita dan rasa tidak peduli kita terhadap jejak digital yang kita tinggalkan. Pada mulanya mereka dengan cerdik menyebarkan suatu form facebook dalam bentuk semacam permainan yang tujuan sebenarnya adalah memetakan dan mengambil sample profil psikografik dan melihat tendensi mereka akan suatu masalah. Informasi serta wawasan yang didapat dari para responden tersebut kemudian dijadikan semacam cetakan untuk melihat profil psikografik seperti apa yang cenderung sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh proyek ini yang dalam film ditunjukan sebagai profil yang akan memilih salah satu calon presiden US dan di kasus lainnya dicari profil yang menginginkan Brexit.

Hal yang menarik mulai dari sini. berdasarkan pada kelengahan kita dan rasa tidak peduli kita terhadap jejak digital apa saja yang telah kita tinggalkan. Cambridge Analytica atas persetujuan kita yang jarang terbaca setiap kali mengakses atau menginstal suatu aplikasi kemudian mulai mengakses semua data yang ada pada akun kita dari hal hal remeh seperti tulisan serta foto ataupun video yang kita bagikan, tulisan tulisan yang kita like, komentari dan bagikan, hingga pada semua aktifitas yang kita lakukan semua itu dianalisis secara realtime. Kabar “baik” nya data data yang dianalisis tidak hanya data yang ada pada kita saja namun juga teman teman yang tertaut dengan akun kita.

Dari sana data 87 Juta pengguna facebook kemudian dianalisis secara realtime oleh firma ini untuk mendapatkan profil setiap akun yang kemudian di lakukan analisis lanjutan untuk menduga tendensi setiap profil tersebut dengan cara mencocokan polanya dengan profil dari responden yang sebelumnya mengisi formulir. Analisis pola seperti ini yang berdasarkan kemiripan prilaku setiap individunya biasa disebut sebagai metode doppelganger. Metode inilah yang menjadi dasar dan membuat kita seringkali merasakan bahwa iklan iklan di internet yang direkomendasikan pada kita sangat sesuai dengan apa yang sedang kita inginkan karena ada seseorang di luar sana memiliki profil psikografis yang sama dengan kita jadi apa yang sedang diinginkan mereka besar kemungkinan akan diinginkan pula oleh kita. Analisis seperti ini berlangsung secara realtime sehingga profil psikografis ini terus menerus diperbarui dalam hitungan seper sekian detik.

Beginilah skema umum yang dilakukan oleh Cambridge Analytica dan mungkin firma lainnya dalam “memasarkan” dan mengarahkan target mereka menuju apa yang mereka rencanakan sebelumnya dan sesuai dengan permintaan klient mereka. (Sumber Gambar: The Guardian.com)

Dari sini pula diidenifikasi swing votter yang kemudian menjadi target operasi utama untuk diubah perlilaku dan tendensinya agar bergeser dan memilih klient Cambridge Analytica dengan cara membanjiri mereka dengan iklan iklan, memes, gambar, video maupun berita berupa fakta yang sudah di framing sedemikian rupa atau bahkan berupa hoax. Apa yang mereka berikan ini unik dan setiap indvidu akan mendapatkan paket informasi yang berbeda. Dari semua paket informsi baru yang diberikan dianalisis pula respon dari setiap target apakah diabaikan, dilike, komentari atau bahkan dishare. Informasi informasi tersebut dipergunakan untuk menentukan paket informasi yang akan diberikan selanjutnya pda setiap target. Hal ini berjalan terus menerus hingga para swing votter tersebut kemudian memiliki tingkah dan laku profil psikografis sesuai dengan yang diinginkan. Dalam salah satu bagian filmnya ada kata-kata yang membuat saya terpukau saat salah seorang wistle blower mereka menujukan jadwal dan email mereka berkata bahwa

yang membedakan mereka dari para perusahan bidang data analis lainnya, adalah mereka tidak hanya memberikan profil dari populasi, tetapi kita mampu mengubah profil tersebut.

Menyikapi Privasi dan Kepemilikan Akan Data Pribadi sebagai Hak Asasi Manusia yang Juga Melekat Pada Kita

Melalui film ini kita disadarkan akan pentingnya data pribadi kita dan perlunya pemahaman tentang seperti apa data data kita akan digunakan digunakan. Pemanfaatan data 87 Juta pengguna facebook yang dilakukan oleh Cambridge Analityca ini menjadi suatu pembelajaran penting bahwa ternyata data data yang sering kali kita anggap remeh dapat digunakan sedemikian rupa hingga tingkat yang membahayakan yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dari film ini kita akan diperlihatkan betapa mengerikannya dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan data data seperti ini bila tidak dilakukan secara bijak. Penggiringan opini publik, diskriminasi hingga kemudian menimbulkan dampak dampak negatif yang lebih besar seperti kerusuhan yang jika tidak ditanggulangi dengan baik bukan tidak mungkin akan menelan korban jiwa. Dari sini saya tidak ingin berspekulasi lebih jauh. Ada satu hal lagi yang menarik dan secara sekilas terungkap pada akhir akhir film, tentang kerusuhan 1998 di Indonesia. Sudah cukup sampai situ saja agar tidak spoiler lebih banyak.

Pada jaman kita telah terjadi dan terungkap satu skandal yang luar biasa terkait penyalagunaan data pribadi serta kaitannya dengan upaya propaganda yang secara sembunyi sembunyi menggerakan jutaan orang ke tujuan yang telah diprogramkan sebelumnya. Semua itu berasal dari ketidak pedulian dan ketidak tahuan akan pemanfaatan jejak digital yang kita tinggalkan selama ini. Perkembangan tekhnologi data dan informsi terus berkembang pesat dan merangkul setiap sendi kehidupan kita. Perbatasan antara dunia digital dan dunia nyata semakin tipis terlebih pada era 5G nanti yang tentunya akan segera dirasakan kita dan anak anak diatas ini yang menyebabkan semua benda disekitar akan saling terhubung pada internet. Dengan semua itu keringkihan kita akan hal hal seperti yang ada pada skandal ini akan semakin besar. (Sumber gambar: Artem Beliaikin @ Pexcel.com)

Ironisnya privasi dan data pribadi tampaknya tidak begitu menjadi permasalahan yang serius di tanggulangi di negeri kita ini. Maka tidaklah heran beberapa bulan yang lalu banyak pergerakan yang memanas akibat apa yang tersebar dan beredar di lini media sosial yang sayangnya juga menjatuhkan beberapa korban. Mulai dari aksi aksi protes hingga pada bentrok antar kampung, tidak sedikit yang berawal dari tersebarnya suatu berita di media sosial. Terlebih dengan adanya mekanisme filter bubble yang ada di media sosial demi untuk mengumpulkan orang orang berdasarkan kesamaan profil psikografisnya semakin membuat kita hanya berkumpul dengan orang orang yang sepemikiran dengan kita, satu rasa dengan kita dan satu minat dengan kita.

Hal yang seperti ini secara tidak langsung memberi kita ruang yang sangat sempit dengan ide dan pemahaman kelompok yang berakar sangat kuat. Keberagaman ide sangat minim dalam kondisi yang terseting seperti ini sangat minm pula pemikiran dan sudut pandang di luar. Bagai katak dalam tempurung, ego kita terus berkembang pesat dan kita semakin merasa benar diatas semua orag yang berbeda pendapat dengan kita. Terkadang ada seseorang yang dengan apesnya “tidak sengaja memasuki” kelompok tersebut dan memberikan pendapat sesuai dengan sudut pandangnya yang sayangnya bertentangan dengan “sudut pandang kebanyakan orang”. Masa masa seperti inilah yang kemudian menjadi makanan ringan bagi para ego yang terlajur dipelihara, sumpah serapah, cercaan dan pembulian terus mengalir dengan deras dan memviral seketika di kelompok mereka.

Apakah kalian merasakan hal yang sama dengan saya? Apakah kalian sudah mulai jenuh dan muak dengan segala apa yang ada disekitar kita saat ini?

Seyakin apa semua prilaku, tindakana dan laku kita selama ini adalah benar benar berasal dari apa yang kita mau. Atau jangan jangan kita hanyalah boneka yang bergerak sesuai dengan apa yang di programkan oleh sekelompok orang diluar sana untuk tujuan yang kita tidak tahu menahu apakan berdampak hanya pada kita atau berdampak lebih besar lagi. Kita tidak tahu itu

boleh siapa saja
[highlight]Sumber sumber yang digunakan dalam tulisan ini[/highlight]
dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply to HastiraCancel reply

2 thoughts on “[Film Dokumenter] The Great Hack

  1. makasih reviewnya

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading