Awalan namun Bukan Awal dari Kisah Panjang “Rantai” Pembulian Ini
Dalam dua hari belakangan ini banyak sekali beredar pemberitaan terkait kasus pembulian keji yang berlangsung di Pontianak dengan korban serta pelaku merupakan anak anak di bawah umur. Pembahasan kian memanas dan menajam ketika muncul sebuah wacana damai dan tidak melanjutkan ke ranah hukum oleh KPAI setempat.
Dari sinilah para netijen yang mungkin sudah geram dengan maraknya kasus pembulian yang berujung pada ketidakadilan bagi sang korban akhirnya mengambil peran. Tagar #Justiceforaudrey pun membahana di jagat dunia maya, namun sayangnya pula ada beberapa segelitir orang yang justru terperosok pada aksi aksi CyberBullying.
Terlepas dari aksi-aksi tidak terpuji oleh sebagian kecil simpatisan bersumbu pendek yang ikut ikutan menggunakan semangat tagar #Justiceforaudrey, mayoritas dari kita tentunya sepakat bahwa apapun itu aksinya bullying adalah sebuah aksi yang jahat dan para pelakunya harus di hukum seberat beratnya.
Kejadian yang memicu tagar tersebut bukanlah suatu peristiwa remeh dan sekedarnya saja, ini adalah salah satu contoh kecil dari sekian banyak pembulian-pembulian yang semakin hari kian mengkhawatirkan, jika semua ini selalu dibiarkan dan diselesaikan terlalu lembek tanpa ada tindakan tegas yang memberikan efek jera ditakutkan kejadian kejadian ini akan semakin menjadi jadi.
Perilaku Bully Ada di Sekitar Kita dan “Sangat Dekat” dengan Kita
Aksi bully baik itu berupa tindakan verbal maupun fisik akan terus diingat dan berdampak panjang bagi para korbannya. Beberapa bahkan dapat merengut masa depan para korban. Atau dalam situasi yang sangat ekstrim dapat merengut nyawa sang korban.
Sudah seperti pengetahuan umum bahwa aksi bullying seringkali terjadi di sekitar kita atau justru mungkin kita juga pernah berada dipihak sang korban dan bukan hal yang tidak mungkin kitalah sang pelaku bullying tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar. Perilaku Mem-Bully dapat hadir dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Mulai dari orang dewasa, remaja hingga anak anak. Korbannya pun sangat beragam baik dari segi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status sosialnya.
Bahkan pada beberapa kasus ternyata juga terjadi bullying tidak hanya terjadi pada Manusia namun juga pada hewan. Seperti berita heboh tentang pengecetan monyet di Taiwan dan beberapa berita berita lainnya seperti penganiayaan orang utan yang dulu sempat menjadi pemberitaan di media nasional.
Saya ingin mencoba merunut kembali apa apa saja yang sebelumnya kita bahas bersama. Pertama, bahwa aksi pembulian apapun itu baik verbal apalagi fisik adalah sebuah tindakan yang jahat dan dalam kondisi terjentu sudah masuk pada tindak kejahatan. Kedua, aksi pembulian akan berdampak besar dan panjang bagi para korbannya, hal inilah yang kemudian kita perlu memperjuangkan keadilan untuk para korbannya. Ketiga, Pembullian yang yang sudah masuk kedalam tindakan jahat (kriminal) harus diproses secara hukum jika perlu harus dihukum seberat beratnya siapapun itu pelakunya agar menimbulkan efek jera.
Pembully Tersadis dalam Sejarah yang Terlihat Jelas namun Selalu Terlindung dan Ia Tidak Pernah Mengakui Kesalahanny
Setelah berpanjang lebar membahas tentang pembulian yang terjadi saat ini. Ijinkan saya untuk mengungkap sekaligus mengingatkan tentang adanya satu pembully mungkin dapat dikatakan tersadis dalam sejarah yang sampai saat ini terlihat jelas apa yang mereka lakukan, namun sayangnya ia selalu terlindung dan juga bahkan sering tidak mengakui kesalahannya itu. Saya tidak tahu kata yang tepat untuk menggambarkan orang orang ini apakah cukup disebut sebagai pembully atau bahkan lebih tepat bila disebut penjahat tersadis?
Hingga saat ini bayak pembulian yang ia lakukan, korbannya juga sudah sangat banyak dan yang paling parah adalah sebuah kenyataan bahwa mereka inilah yang telah merengut masa depan banyak anak bahkan anaknya sendiri. Mereka tahu apa yang mereka lakukan adalah hal yang salah, namun dengan manufer sangat canggihnya dan segala hal superiornya mereka dapat mengelak dengan dalil demi kemslahatan yang lebih luas merekapun selalu berkilah. Akibat tindakan mereka ini sudah banyak korban kehilangan tempat tinggal, kehilangan masa depan, bahkan kehilangan nyawa. Namun sayangnya mereka tetap diam dan kemudian terus meneruskan pembuliannya itu.
Pembulian ini telah dilakukan mereka sejak lama dan hingga kini pun masih terus berlangsung. Sejak dulu para korban dan orang orang yang sadar terus memperjuangkan keadialan ini. Namun belum ada hasil nyata yang secara signifikan mengurangi pembullyan ini, karena kebanyakan dari kita pun melindunginya. Hukuman apa yang pantas bagi pembully ini? berkaca dari kasus kasus bully lainnya kita selalu bersuara lantang untuk menghukum para pembully? kenapa pada kasus ini kita sendiri sangat lembek dan justru tidak peduli sama sekali. Kita peduli pada pembulian yang terjadi pada satu orang, namun pedulikah kita pada pembulian ratusan, ribuan bahkan jutaan orang lainnya? Tidak, percayakah kalain kalau kita cenderung diam dan bungkam untuk pembully ini. Suara lantang kita seolah tetiba senyap menghadapi pembuli ini.
“Karena kita tahu bahwa “Pembully Tersadis dalam Sejarah yang Terlihat Jelas namun Selalu Terlindung dan Ia Tidak Pernah Mengakui Kesalahannya” itu adalah kita sendiri.”
Dewa Putu AM, 2019
Kitalah si jahat itu, yang membulli se isi planet ini, hingga titik paling ekstrim. Ketamakan kita, hingar bingar janji akan kebahagiaan kita telah mengorbankan segalanya dan membawa planet ini berada pada kerusakan teramat berat dan menghancurkan masa depan bumi dan segala macam kehidupan di dalamnya.
Hingga pada pertengahan tahun lalu, muncul lah sebuah gerakan yang di inisiasi oleh seorang anak perempuan bernama Greta Thunberg dari sekolahan di swedia. Sebuah gerakan yang menuntut keadilan dan tanggung jawab akan apa yang hingga saat ini diperbuat oleh generasi kita yang telah dengan semena mena merengut masa depan mereka para generasi muda sang pewaris dunia ini dimasa mendatang.
Hukuman apa yang pantas untuk Kita untuk Semua Ini? Atau jikpun kita sadar, apakah yang harus kita lakukan untuk memperbaiki kesalahan kita itu?
Tentu Sekedar kata tidak dapat menyelesaikan, Kita perlu bertindak #JusticeForEarth #JusticeForFutureGeneration
Leave a Reply