Perkembangan Generatif AI yang Merubah Cara Kita Bekerja
Perkembangan Kecerdasan Buatan terlihat sangat pesat dalam beberapa waktu belakangan ini. Terlebih dengan kemunculan Kecerdasan Buatan Generatif (Generative AI) seperti ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI. Kehadiran ChatGPT sejak akhir tahun 2022 lalu disambut antusias oleh netizen. Dalam waktu singkat (5 Hari), ChatGPT secara mengesankan dapat mencapai pengguna sebanyak 1 Juta. Bila dibandingkan dengan aplikasi lain ini sangat lah cepat, Aplikasi sepopuler Instagram membutuhkan waktu 2.5 Bulan bahkan Netflix membutuhkan waktu 3.5 Tahun. (Meskipun saat ini rekor tersebut telah dikalahkan oleh aplikasi Threads milik Instagram)
Perkembangan ChatGPT yang demikian pesat selain dikarenakan antusias dari para penggunanya yang terus membagikan pengalamannya juga dikarenakan teknologi generatif AI yang dibawa oleh ChatGPT dianggap dapat merubah banyak hal. Kecerdasan buatan yang tadinya bekerja secara senyap dalam mesin pencarian kita, memperindah foto, atau membantu navigasi kendaraan otonom. Kemunculan ChatGPT seolah membawa kecerdasan buatan secara terang terangan berhadapan langsung dengan kerja manusia.
Hal ini kemudian dipercepat dengan arus informasi dari berbagai media yang perannya tentu tidak dapat kita sepelekan begitu saja dalam persebaran dan penetrasi AI yang demikian cepat. Tidak hanya dalam media media yang bisa diakses oleh orang awam. Beberapa diskusi terkait AI pun kian banyak diadakan termasuk di dalam di Konferensi Pengembangan Produk yang saya ikuti di awal Bulan Mei 2023 lalu yang ulasannya saya tuliskan pada tautan ini.
Lalu, yang jadi pertanyaan mendasar yang saya rasa perlu mulai dari sekarang kita pikirkan jawabannya dan dari jawaban itulah nasib kita kedepan akan ditentukan.
Bagaimana kita menyikapi perkembangan AI yang saat ini mulai terlihat bergesekan dengan berbagai hidup dan penghidupan kita sebagai manusia?
(Pertanyaan dari saya untuk saya dan kalian)
AI yang Merubah Cara Kita Mencari Hingga Cara Kita Bekerja
Tidak butuh banyak waktu menunggu AI meresap dalam berbagai kerja kita. Generatif inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Microsoft sebagai salah satu pendukung utama OpenAI dalam pengembangan AI yang fenomenal tersebut. Membaca peluang yang ada Microsoft kemudian mulai mengintegrasikan ChatGPT berbagai macam produk yang dikembangkan oleh Microsoft.
Mulai mesin pencariannya Bing untuk semakin memperkuat layanan dalam menantang sang raja mesin pencari raksasa Google. Hingga saat ini sudah banyak sekali yang dapat Bing Chat lakukan. Tidak hanya dapat membantu mencari informasi, Bing juga dapat membantu menghasilkan konten kreatif, memberikan saran dan iklan yang relevan, dan membuat gambar sesuai permintaan.
Belum habis saya terpukau dengan kemunculan Bing Chat, Microsoft dengan gencar kembali memasukan teknologi kecerdasan buatan generatifnya pada berbagai layanan utama mereka seperti Microsoft 365 (Word, Excel dan Power Point), GitHub dan bahkan Sistem Operasi mereka “Windows”. Fitur baru yang mereka kembangkan itu dinamakan Co Pilot. Sesuai dengan namanya fitur baru tersebut dimaksudkan untuk menjadi Co Pilot Manusia dalam mengerjakan tugas tugasnya. Hal ini sekaligus cara Microsoft untuk menjawab keresahan jutaan orang yang menggap AI akan menggantikan kerja mereka.
Dunia seakan terus memompa arus perkembangan AI ke arah yang belum dapat kita bayangkan. Tidak hanya Open AI dengan ChatGPT nya Google juga kemudian merilis Bard yang saat artikel ini ditulis masih dalam masa percobaan dan jika penasaran dapat coba kalian coba di sini. Sama dengan langka Microsoft yang terus mengembangkan kecerdasan buatannya generatif di berbagai layanan produktivitas nya, Google dengan Bard nya pun demikian.
Bijak dalam Mendayagunakan AI dalam Workflow Kita
Melihat perkembangan AI yang demikian pesat, menempatkan kita diposisi yang mau tidak mau harus merubah cara pandang kita tentang kerja yang akan kita lakukan. Tentunya tetap bertahan bekerja secara mandiri tanpa memanfaatkan potensi perkembangan AI yang ada bukan sebuah pilihan bijak. Namun di sisi lain eksploitasi AI secara serampangan juga tidak dapat dibenarkan juga.
AI, meskipun seolah olah memiliki kecerdasan, namun pada dasarnya hanya dapat mempelajari pola dari data dan informasi yang ada (umumnya dalam jumlah ayng sangat besar) dan kemudian dibentuklah informasi dalam bentuk yang baru dari model pola yang berhasil dicetak dari data. Karena hanya berdasarkan pola kata, AI tidak bisa memilah apa yang dihasilkan itu benar atau salah, baik atau buruk dan pemilahan pemilahan lain yang membutuhkan kecerdasan kognitif dari kita.
Di sinilah kita dapat mencoba bekerjasama dengan AI dan berbagi tugas untuk mempercepat dan meningkatkan produktifitas kita dalam mengelola informasi dalam jumlah besar dan juga mendukung proses kriatifitas kita dalam berinovasi dan memecahkan suatu masalah. hal inilah yang kemudian dapat disebut sebagai Intelligence Augmentation (IA).
Berikut salah satu saran kerangka kerja untuk memanfaatkan Generatif AI dalam proses produktif dalam penulisan ilmiah yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan jawaban dari ChatGPT.