Kita Bertanya untuk Mencari Jalan atau Sekedar Mencari Alasan?

349
0
Photo by RODNAE Productions

“Malu bertanya sesat di jalan” adalah sebuah peribahasa yang mungkin sering sekali kamu dengar, entah itu saat sekolah ataupun sekedar dari kelakaran ringan saat berkumpul bersama teman. Bahkan, kadang peribahasa tersebut beberapa kali dilanjutkan dengan frasa yang lucu dengan sedikit kebenaran. Peribahasa itu pun menjelma menjadi “Malu bertanya sesat di jalan, kebanyakan tanya disesatkan”.

Dari peribahasa tersebut kemudian terpikir satu gagasan di benak saya. Jika hidup ini kita bisa anggap sebagai perjalanan, apakah peribahasa itu juga berlaku. Yang dengan kata lain saat kita malu untuk bertanya kita akan tersesat yang tidak hanya sekedar di jalan, lebih dari itu kita bisa saja sesat dalam hidup.

Posisi kita saat ini bisa jadi ditentukan oleh apa yang kita pertanyakan di masa lalu. Hal ini menurut saya cukup masuk akal. Karena dari beberapa kejadian yang saya alami selalu diawali dengan pertanyaan. Dari pertanyaan sesederhana seperti “siapa namamu” hingga pertanyaan yang lebih kompleks dan terstruktur seperti pertanyaan-pertanyaan dalam sebuah tes, ujian atau bahkan dalam wawancara kerja.

Antara Mencari Jalan dan mencari Alasan

Saat mengajukan pertanyaan kita biasanya berpatokan pada 5W 1H yang terdiri dari kata tanya What (Apa), Who (Siapa), Why (Mengapa), When (Kapan), Where (di mana) dan How (bagaimana). Meskipun ada banyak ragam pertanyaan yang kita temukan namun dari sekian banyak pertanyaan tersebut secara langsung ataupun tidak akan memiliki kaitan dengan ke enam kata tanya tersebut.

Dari ke enam kata tanya tersebut, menurut saya ada dua kata tanya yang cukup menarik untuk kita diskusikan yaitu kata tanya “Kenapa” dan “Bagaimana”. Kata tanya “Kenapa” kita tanyakan ketika kita ingin mengetahui alasan dari terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Sedangkan kata tanya “Bagaimana” kita tanyakan ketika kita ingin mengetahui cara atau langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan atau mencapai suatu tujuan tertentu.

Untuk lebih mendalam lagi pembahasan kita tentang trend penggunaan kedua kata tanya tersebut, saya ajak teman-teman untuk melihat trend pencarian di mesin pencari kata kunci yang kita masukan ke dalam Google melalui Google Trends. Agar analisis yang kita lakukan tidak terlalu melebar maka periode waktu yang kita gunakan kita batasi hanya pencarian dalam periode waktu 12 bulan terakhir saja dan untuk wilayah Indonesia.

Berikut adalah perbandingan trend pencarian kata kunci “Kenapa” dan “Bagaimana” yang kita masukan dalam mesin pencari milik Google. Angka yang ditunjukkan dalam grafik di bawah merupakan angka relatif untuk keperluan perbandingan saja dan tidak menggambarkan angka absolut pencarian dengan kata kunci tersebut.

Dari gambar di atas terlihat bahwa trend pencarian dengan menggunakan kata kunci berupa kata tanya “Kenapa” relatif stabil bila dibandingkan dengan trend pencarian dengan kata “Bagaimana”. Dalam periode tertentu (awal Agustus hingga awal Desember 2021 serta awal Januari hingga Awal April), kata kunci “Bagaimana” lebih populer dibandingkan dengan kata kunci “Kenapa”. Pada periode waktu lainnya (awal Desember 2021 hingga awal Januari 2022 dan Awal April 2022 hingga akhir bulan Juli 2022) kata kunci “kenapa” justru lebih populer untuk digunakan dalam pencarian di Indonesia.

Pada dasarnya Ada lebih banyak ‘Alasan’ untuk Kita Bertanya “kenapa” dari pada “bagaimana”

Jika kita lihat lebih dalam lagi pencarian dalam 12 bulan terakhir di Indonesia terhadap kata kunci “kenapa”, ternyata paling sering merujuk pada pencari penyebab dari peristiwa yang biasa terjadi di sekitar kita seperti penyakit, gosip hingga permasalahan yang lebih rumit dan sedang berdampak pada khalayak ramai seperti alasan dari naiknya minyak goreng hingga pada alasan dari terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.

Ada banyak alasan untuk bertanya kenapa yang mengakibatkan kata tanya tersebut terus populer untuk digunakan untuk bertanya. Dari kejadian keseharian kita, tidak sulit untuk kita bertanya “kenapa”, apa pun itu tujuannya dari sekedar mencari alasan jelas suatu kejadian hingga pada kebutuhan untuk meramu sebuah solusi. Atau bahkan bisa juga pencarian sesuatu yang bisa kita jadikan kambing hitam.

Berbeda dengan pertanyaan dengan kata tanya “kenapa”, kita cukup kesulitan untuk meramu pertanyaan dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Hal ini terlihat dari begitu random variasi pencarian dengan kata tanya “Bagaimana”.

Pada mulanya dari grafik Google Trend, saya menduga orang-orang Indonesia kebanyakan bertanya bagaimana cara menghadapi resesi, bagaimana menanggapi isu perang Rusia dan Ukraina, bagaimana membuat kue, atau kata tanya diawali kata “bagaimana” lainnya.

Yah, kira-kira seperti itu dan saya rasa cukup sampai di sini saja tulisan saya pada malam ini. Sebagai pengakhiran dalam tulisan, mari kita nikmati lagu dari “Judika – Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik – Baik Saja” inilah yang kemudian menjadi alasan saya memasukkan video clip lagu ini menjadi Video Background tulisan saya ini. 🙂

Salam hangat dari Saya

Dewa Putu A. M.

Oia, jika kalian membaca tulisan ini dan berharap mendapatkan pesan moral yang bisa dibawa pulang. Mohon maaf, sepertinya hal seperti itu tidak ada dalam tulisan ini 🙂

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading