Dalam setiap kejadian bencana banyak dari kita tentunya mengharapkan kesigapan dari pemerintah dan tim penolong untuk membantu penanganannya agar tidak banyak korban jiwa. Pemikiran seperti ini tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar.
Tidak salah karena salah satu layanan dasar yang harus dipenuhi pemerintah dalam urusan bencana adalah “Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban Bencana” seperti yang tertuang dalam Permendagri 101 Tahun 2018. Untuk itu memang sudah selayaknya pelayanan itu kita dapatkan sebagai warga Indonesia, dan tentunya bisa kita tagih bila memang dirasa belum terlayani.
Namun demikian, perlu disadari juga bahwa tetap faktor utama yang menyelamatkan kita adalah diri sendiri, baru orang lain. Hal inilah yang kemudian sering juga diutarakan dalam setiap sosialisasi tentang bencana, tentang pentingnya kesiapsiagaan diri terhadap apa pun yang terjadi.
Belajar Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB)
Pada tanggal 25 sampai 27 Juni lalu saya berkesempatan untuk ikut terlibat dalam kegiatan Bimbingan Teknis Tim Rekasi Cepat Penanggulangan Bencana se Provinsi Bali. Sebagai informasi, kegiatan ini didukung oleh Program SIAP SIAGA yang merupakan program kerja sama antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana di Indonesia, yang untuk saya sendiri ditugaskan untuk mendukung program di Bali.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Tabanan selama 3 hari dua malam ini saya merasakan berbagai pengalaman baru yang menurut saya sangat menarik untuk dibagikan dalam tulisan saya saat ini. harapannya bisa menjadi pengingat saya bila sewaktu waktu saya lupa.
Pada hari pertama kami belajar tentang tugas dan fungsi dari tim TRC-PB yang dipaparkan oleh Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bali. Dalam pemaparannya tersebut Bapak Sesban banyak berbagi tentang bagai mana TRC semestinya bekerja dan menekankan tugas utamanya dalam mengkoordinasikan kaji cepat.
Beliau juga menekankan berbagai aksi lapangan lainnya sebenarnya juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti SAR, Kesehatan, PUPR, Dinas Sosial dan kedinasan teknis lainnya namun untuk urusan bencana berbagai macam urusan tersebut harus ada yang membantu untuk mengkoordinasikan agar upaya yang dilakukan instansi teknis tersebut bisa berjalan secara efektif dan optimal.
Gladi Kaji Cepat di Dini Hari Jam 1 Malam untuk Tim TRC se Bali

Di hari kedua banyak lagi yang coba diajarkan kepada para peserta TRC PB fokusnya lebih pada penentuan status keadaan darurat bencana dan juga kita diajari tentang bagaimana melakukan komunikasi kedaruratan berbasiskan radio komunikasi yang dalam latihan ini kami menggunakan aplikasi bernama Walkiefeet salah satu layanan radio komunikasi berbasis internet yang telah dimiliki juga oleh BPBD Provinsi Bali “ROIPs“.
Dalam pelaksanaan hari ke dua, ada satu musibah yang sempat membuat kami kaget dan mengharuskan kegiatan ditunda yakni kejadian kebakaran gudang milik BPBD Provinsi Bali . Karena kejadian tersebut kemudian Kepala Bidang kedaruratan dan logistik sekaligus penanggung jawab gudang yang terbakar tersebut bersama beberapa tim harus pulang lebih awal untuk menangani permasalahan yang terjadi di Gudang.
Nah di sinilah saya banyak belajar. Meskipun dalam situasi panik dalam musibah seperti itu, hal yang saya merasa salut dan respek setinggi tingginya dengan BPBD Provinsi Bali adalah meskipun dalam kondisi tertimpa musibah akhirnya mereka membagi tim dan memutuskan sebagian tim tetap bertanggung jawab untuk melanjutkan acara meski di tengah situasi yang demikian sulit. Respek ini juga saya lihat dari para peserta dari Kabupaten Kota yang tetap serius mengikuti kegiatan. Yah sesekali mereka pun sebenarnya menyadari bahwa tim dari Provinsi memang sulit untuk berkonsentrasi lebih dalam situasi itu.
Kegiatan pun kemudian dilanjutkan dengan Gladi/ Simulasi penanganan kejadian bencana yang menurut saya sangat spesial dan jarang dilakukan. Hal ini karena dari sis waktunya yang diadakan jam 1 malam. Pelaksanaan geladi tersebut pun berjalan dengan lancar dan terlihat keseriusan para peserta dalam mengikuti setiap inject yang diberikan oleh para panitia.
Kesan Saya terhadap Bimbingan Teknis TRC-PB se Provinsi Bali

Menurut saya pelaksanaan kegiatan ini sangat menarik dan banyak pelajaran yang saya dapatkan. Saya yang bertugas untuk mendukung pelaksanaan khususnya untuk keperluan uji SOP Komunikasi bersyukur sekali bahwa kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Dan dari sini ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk saya catat dan perbaiki di kemudian hari:
- Kita perlu meningkatkan kapasitas tidak hanya bertumpu pada satu atau dua orang saja. Hal ini terlihat dari pembelajaran baik BPBD Provinsi Bali, yang dalam situasi genting ketika mengharuskan pembagian tugas secara mendadak mereka tetap dapat menanganinya dengan baik dan sesuai rencana.
- Komunikasi radio dan seluruh sistem untuk Penanggulangan Bencana tidak boleh hanya bertumpu pada satu sistem saja. Pada hari ke dua akibat kebakaran di gudang, arus listrik untuk server di BPBD mengalami gangguan meski kemudian dapat ditangani dengan baik oleh tim di kantor akhirnya komunikasi yang ingin di uji bisa berjalan dengan lancar.
- Desas-desus tentang sumber daya BPBD yang kebanyakan adalah buangan dari instansi lain dan tidak kompeten ternyata salah. Dari pelaksanaan kegiatan terlihat sekali ketulusan dari para peserta dan keterampilan teknis mereka yang tidak bisa sama sekali dianggap remeh. #mantabskali dah.
Kurasa itu saja si yang bisa saya bagikan saat ini. Salut buat teman-teman panitia dan peserta dari Bimtek ini. Turut prihatin atas musibah yang terjadi di gudang BPBD tetapi salut dan angkat topi untuk penanganan yang cepat dan keren.
Leave a Reply