[Buku] Segala-galanya Ambyar, Sebuah Buku Tentang Harapan karya Mark Manson

1144
0
Photo by Steven Arenas from Pexels

Ambyar, itu judul yang cukup tepat untuk mengalihbahasakan kata “F*cked” pada judul asli buku karya Mark Manson.

Buku ini sudah cukup lama ingin saya baca, bahkan versi eBooks dari buku Everything is Fcked karya Mark Manson ini sudah saya miliki namun karena sesuatu dan lain hal (males) jadinya saya urungkan niat saya. Hingga kemudian saya menemukan versi fisiknya dan translate bahasa Indonesia dengan judul Segala galanya Ambyar. Judul yang mengingatkan kita pada fenomena mewabah akhira-khir ini “Fenomena Ambyar” yang diciptakan oleh tidak lain dan tidak bukan King of broken hearth (*Didi Kempot) hehehe.

Mark Manson adalah salah satu penulis yang unik, karyanya dari buku sebelumnya (Subtel Art Not Giving A F*ck) yang menjadi buku bestseller Internasional dan menawarkan beberapa gagasan yang membuka wawasan saya meski sesekali tajam, jahat serta melawan arus utama berpikir kita selama ini. Berkaca dari kesan pada buku pertama yang cukup mengesankan itu pula lah, yang akhirnya membuat saya ber”harap” agar buku ini akan menawarkan gagasan melawan arus lagi seperti buku pertamanya atau setidaknya sama. Itu saja sudah cukup.

Sekilas tentang Buku Kolaborasi Mark Manson dengan Didi Kempot

Secara fisik memang sedikit tebal (kira-kira sekitar 300an halaman), jadi bagi beberapa orang yang kurang begitu suka membaca buku, tebalnya buku ini sudah cukuplah menciutkan nyali (termasuk saya 🙂 ) tapi saya cukup percaya kok kalau temen saya yang sedang membaca tulisan saya pasti mampu selesai membaca buku Ambyar satu ini. Banyak nilai yang dapat kita ambil dan pelajari disajikan dengan apik oleh penulis. Gagasan gagas yang ditawarkan juga saya rasa sangat relevan dengan apa yang terjadi sekarang, di tengah Pandemi Covid-19 yang tidak satu pun dari kita yang tahu kapan akan berakhir, yup situasi saat ini menurut saya sama seperti judulnya “Segala-galanya Ambyar.

Photo by Steven Arenas from Pexels

“Kita adalah makhluk yang paling mudah terhipnotis saat tertimpa permasalahan besar, ketika hidup kita kacau balau, itu tanda bahwa nilai yang kita anut telah mengecewakan kita, dan kita terhempas dalam kegelapan sembari meraba raba nilai-nilai baru untuk menggantikan yang lama.” -Mark Manson-

Masih dengan gaya bebasnya, Mark Manson memberikan kita banyak sekali gagasan yang sebenarnya tidaklah baru, namun entah mengapa cukup berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini. Pada awalnya saya merasa buku ini akan membawa kita pada konsep Nihilisme yang menganggap segala hal yang ada didunia ini termasuk keberadaan kita sebenarnya tidaklah ada artinya. Bahkan dalam suatu bagian bab berjudul “Kebenaran yang menggelisahkan” Mark Manson dengan santuy menuliskan gagasan ini.

Kelak, kamu dan semua orang yang kamu cintai akan mati. Dan dalam sekelompok kecil orang, selama waktu yang cukup singkat saja, hanya sedikit kata-kata atau tindakanmu yang masih berpengaruh. Inilah kebenaran yang menggelisahkan tentang kehidupan. Dan semua yang kamu pikir dan kerjakan hanyalah untuk menghindari kenyataan itu. Kita adalah debu kosmik yang tidak berguna, bertabrakan dan berputar-putar seperti titik biru yang kecil. Kita sendiri yang merasa sok penting, kita mencari-cari tujuan kita— Kita bukan apa-apa.

(Enjoy your Fucking Coffe)

(Mark Manson)

Buku ini menceritakan tentang harapan, tentang “harapan” yang membuat seseorang melakukan tindakan heroik mengorbankan diri dan menerima penderitaan begitu besar seperti para pahlawan kita yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk “harapan akan kemerdekaan”. Buku ini juga menceritakan tentang “harapan” yang sama juga yang membuat seseorang seperti Hitler dengan Nazi-nya yang melakukan pembantaian banyak orang secara kejam. Harapan seperti dua sisi mata uang yang memberikan gambaran sangat berbeda dalam kondisi dan kasus tertentu dapat ekstrem baik dapat juga ekstrem buruk. Namun ada satu yang serupa, segala galanya akan ambyar bila mana kita merasa harapan yang kita lambungkan tinggi tersebut nyatanya tidak kunjung terwujud.

Tidak hanya harapan, gagasan yang disampaikan Mark Manson dalam buku ini pun ikut ambyar kemana-mana

Kita semua saat ini dipertontonkan drama yang menyedihkan, atau bahkan kita juga terlibat di dalamnya. Terimalah itu baik atau buruknya, jangan menyangkal dan hadapi meski tidak selamanya kita akan menang menghadapinya setidaknya kita pernah merasakan keras dan tangguhnya berjuang (Photo by Adrien Olichon from Pexels)

Banyak sekali gagasan menarik yang ditampilkan dan dipertontonkan oleh Mark Manson dalam buku “Everithing is F*cked”.

  • Dari kisah tentang harapan yang tidak hanya memberikan dampak positif namun juga sangat mungkin memberikan sesuatu yang “negatif”. Ini merupakan gagasan utama yang bolak balik di bahas dalam buku ini hingga pada pembahasan soal “Cara membuat Agama Baru” hahaha cukup horor kan ya. Memang buku ini cukup horor e tapi setelah dibaca langkah membuat agama barunya ternyata cukup masuk akal dan polanya sama dengan pola-pola penyebaran agama kita yang ada sekarang. “Agama” dalam buku ini tidak terbatas pada Agama yang kita kenal sekarang yang dalam negara kita ada 6 Agama yang diakui oleh pemerintah. Ada tiga jenis agama yang dimaksudkan dalam buku ini yaitu.

    • Agama Spiritual yang mendapatkan harapannya dari kepercayaan kepercayaan “kuasa supranatural” agama-agama yang biasa kita kenal dari Islam, Hindu, Kristen Katolik, Yahudi dkk,

    • Agama Ideologis yang mendapatkan harapan harapan dari dunia natural seperti kapitalisme, komunisme, environmentalisme, fasisme dan liberalisme

    • Agama Interpoersonal yang mendapatkan harapan dari orang orang lain seperti cinta cinta romantik “Perbucinan”, anak anak, tokoh olah raga (viking dan the Jack Mania) ini ini juga disebut sebagai Agama oleh Mark Manson.

  • Gagasan lain tentang cara berpikir juga dijelaskan dalam buku ini. cara kita berpikir dengan otak pemikir dan perasa, kita yang selama ini dikelabui oleh cara pikir klasik yang menganggap otak pemikirlah yang memiliki kekuasaan atas otak perasa kita. Padahal hal terbaliknya lah yang sebenarnya terjadi dimana otak perasa kita yang pegang kendali akan kita sedangkan otak pemikirkita berada di samping otak perasa memberikan petunjuk petunjuk yang kadang diterima namun lebih sering berlalu begitu saja, karena otak perasa yang pegang kendali. Dari sini kemudian lahirlah banyak “trik trik” marketing modern yang menggunakan dan memanfaatkan gagasan tersebut pada berbagai iklannya seperti pada iklan rokok yang meski tidak pernah menunjukan bentuk rokoknya bahkan membeberkan fakta fakta merusaknya rokok itu, namun dengan penggambaran kesan bahwa “rokok” itu “keren dan tangguh” maka hingga sekarang rokok tetaplah laris dikalangan anak muda.

Sebenarnya masik banyak gagasan dan Insight yang dijelaskan oleh penulis dalam buku ini. Namun akan sangat panjang bila saya bahas dalam sebuah tulisan ini. Jadi saya rasa cukup itu dulu saja gagasan gagasan yang menurut saya paling menarik untuk saya ulas, sedangkan gagasan lainnya akan saya ulas secara tersurat pada tulisan tulisan saya berikutnya. Namun bila ingin di simpulkan secara keseluruhan gagasan yang sang penulis berikan menurut saya memiliki nuansa Stoicsm yang kental atau dalam buku Henri Manampiring disebut dengan Filosofi Teras. Yup berkali kali saya menyebut tentang Filosofi ini. Saya tidak tahu mengapa buku buku sekarang banyak yang mengadopsi filosofi ini. Selain itu secara tersurat Mark Manson banyak juga menyadur konsep konsep yang diberikan oleh Friedrich Nietzsche. Bahkan dalam beberapa bagian tidak hanya konsepnya saja yang dijabarkan namun kisah Friedrich Nietzsche lah yang secara terang terangan di kenalkan pada kita. Agaknya menarik bila kita membaca langsung buku buku Friedrich Nietzsche ya. Dalam buku ini, kita dianjurkan agar kita tidak terpesona secara berlebihan oleh “harapan” bahkan dalam situasi buruk pun (Situasi Ambyar). Kita dianjurkan untuk “Amor Fati” atau memncintai keadaan sekarang secara apa adanya baik ataupun buruknya. Itu saja.

Secara umum buku ini menurut saya sangat bagus dan masuk dalam buku yang sangat direkomendasikan untuk kita baca. Banyak hal menarik yang dapa kita ambil dalam buku ini. Meskipun harus saya akui pula, mungkin saking semangatnya mark manson menyampaikan gagasan gagasannya hingga ia sering kali seperti membanjiri kita dengan berbagai macam gagasan yang menurut saya sih masih kurang begitu rapi di susun sehingga membuat saya beberapa kali bingung tentang apa sebenarnya yang mark manson maksud. Bab terakhir yang berjudul dengan “Agama Terakhir” juga memberikan antiklimaks yang buruk untuk buku ini yang sendari awal menyarankan kita agar tidak berpegang dan terbuai pada harapan namun ia pula yang mengingkarinya dengan berharap pada “Harapan pada agama terakhir” yang ia berikan di paragraf akhir. Sayang sekali sih menurut saya.

Total

0

Shares

Share 0

Tweet 0

Pin it 0

Share 0

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading