Jumat 7 Juni 2024,
Hai, mungkin dalam tulisan ini ku ingin sedikit berefleksi, inilah alasan pemilihan judul yang ada kata cermin di dalamnya. Maaf bila bahasa yang akan ku gunakan dalam tulisan ini agak sedikit mendayu.
Harus ku akui hari kamis kemarin adalah satu pembelajaran yang sebelumnya belum pernah ku alami. Pembelajaran yang memberikan ku keharusan untuk mengkoreksi nilai yang mungkin selama ini ku yakinkan bahkan bisa dikatakan bangga-banggakan. Besarnya dampak koreksi nilai itu membuat ku memutuskan ceritakan sedikit dalam tulisan ini dengan cara ini.
Ku ingin bercerita tentang cermin yang sendari ku duduk dibangku SMA bahkan mungkin lebih awal lagi pernah setidaknya ku banggakan yaitu nilai prinsip seperti cermin. Cerminku yang akan berusaha memantulkan apapun yang ku terima. Sebuah nilai prinsip yang membuat ku merasa hal apapun yang orang lain berikan kepada ku secara otomatis dan meyakinkan memberikan keharusan untuk ditimpali dengan hal yang sebanding entah itu kebaikannya ataupun keburukannya.
Ku bahkan dengan bangga mengatakan bahwa dalam menghadapi seseorang ku akan menjadi cermin. Ketika seseorang baik ku akan berupaya berbaik hati pada orang itu dan saat ia jahat maka ku akan dengan senang hati jahat dengan orang itu.
cerita Sinar Bulan dalam gelap malam
Lalu kemudian 18 Mei 2024
Beberapa hari ini ku dikenalkan pada sesuatu yang memiliki takdir yang bisa dibilang sangat bertolak belakang dengan yang ku alami selama ini. Dalam keterbukaan di pertemuan itu sesaat ku disadarkan oleh Sinar Bulan itu bahwa dunia yang ku bangga-banggakan dan kenal masih sangat sempit dan banyak sekali gelap yang bahkan belum kulihat dan ketahui hingga saat ini.
Saat itu ku yang masih di balik cermin itu terus berusaha memantulkan bilar bilar sinar yang dipancarkan bulan dalam setiap detiknya. Diterangi Sinar Bulan ku coba berjalan menelusuri dalam gelapnya malam menyibak berbagai keadaan yang mungkin selama ini terabaikan olehku. Tentang gelapnya malam dibalut kesedihan dan kesepian ditemani suara desir dedaunan yang gemericik berbisik sesaat di luar jendela kamar tidurku.
Di dalam lingkup Sinar bulan saat itu, terasa begitu terang hingga tak sadar Bulan memiliki fase nya dari Bulat terang bersinar, namun ada kalanya kemudian menutup semakin temaram dan berakhir menghilang.
Bulan mati tak ada Sinar
5 dan 6 Juni 2024
Hingga kemudian cermin yang ku pegang selama ini tanpa kusadari mulai retak. Dalam kepanikan, kemudian karena rasa dan egoku pada pantulan nyata cermin sudah demikian besarnya kepada Sinar Bulan memberikan rasa layak untuk membuka sisi gelap Bulan yang belum pernah dilihat bahkan bagi dunianya tanah Bumi tempatnya lahir.
Dalam kebingungan dan sadar cermin ku tidak lagi memantulkan bayang Sinar terang lagi dari Bulan, kepanikan pun melanda ku. Yang tersisa dan terlihat hanya sisi gelap Bulan yang merambah perlahan terus memakan dan menenggelamkan sisi terangnya kemudian menjadikannya Tiada. Mirisnya semua itu terjadi sangat tepat saat Bulan Mati di tanggal 6 Juni 2024.
Dalam kepanikan itu dengan cermin yang mulai retak, ku terus menyibak berbagai sisi yang tak pernah dilihat mentari maupun dunianya. Keping demi keping sisi tak terlihat Bulan kusibakan kuburai jadi serpihan kecil kecil. Pegunungan dan retakan noda kecil sisi yang selama ini tak terlihat dari Bulan kuperlihatkan pada matahari yang menjadikannya ada dan pada Dunia yang sebenarnya sangat dia rindukan. Pegunungan, lembah bahkan retakan ber noda terkecil pun terus kuperlihatkan dengan cermin ini kepada matahari dan dunianya itu tanpa terkecuali yang membuat Bulan semakin kehilangan Sinarnya dan semakin menghilang dan tenggelam.
Baik Bulan ataupun sinarnya mati dan menghilang tepat pada malam itu. Dalam kepanikan masih dengan sombongnya ku terus memegang erat cerminku memantulkan bulan yang tenggelam dalam gelapnya malam. Ia menghilang di tengah pekatnya malam mungkin selamanya dan tak lagi mungkin menunjukan keberadaanya kepada dunianya, mataharinya bahkan pada malam yang selama ini memeluknya.
Seketika itu cermin ini pecah berkeping keping saat semuanya terlambat, tepat disaat rekahan kecil terakhir terungkap bahkan bagiku. Kemudian dalam senja yang kuketahui hari itu mati nya Bulan 6 Juni 2024 kucoba ku geser cermin yang selama ini ku pegang.
Ku putuskan tak peduli apapun di depanku, yang dihadapi nya langsung diriku. Ya, diriku tanpa cermin. Hanya ada aku dan yang ada di depanku saja.
Leave a Reply