Alasan Ku Menulis Hanya Untuk Berbagi dan Belajar Lagi

[drop_cap type=”1/2/3″]K[/drop_cap]adang ku berpikir sejenak, apakah tulisan ku ini di baca oleh orang lain dan apakah tulisan tulisan saya ini akan bermanfaat bagi mereka. Pikiran pikiran itu harus ku akui selalu bergelayut dalam pikiran saat sedang menulis hingga tidak jarang pula sebuah tulisan yang sudah didraft akhirnya terbengkalai begitu saja tertimbun akan keraguan yang lucunya…


Ilustrasi sedang menulis yang saya anggap sebagai “berbagi”. Berbagi adalah hal yang natural dan tidak perlu malu juga tidak lah perlu takut untuk berbagi. Berbagilah layaknya dirimu sedang melakukan hal natural lainnya. Meski terkadang apa yang kita bagi tidak lah sempurna, justru disitulah naturalnya dari berbagi karena kesempurnaan bukanlah sesuatu yang mungkin ada dalam suatu yang natural (Sumber ilustrasi: rawpixel.com)

Kadang ku berpikir sejenak, apakah tulisan ku ini di baca oleh orang lain dan apakah tulisan tulisan saya ini akan bermanfaat bagi mereka. Pikiran pikiran itu harus ku akui selalu bergelayut dalam pikiran saat sedang menulis hingga tidak jarang pula sebuah tulisan yang sudah didraft akhirnya terbengkalai begitu saja tertimbun akan keraguan yang lucunya ku sadar itu tidak perlu, tetapi tetap saja pikiran pikiran seperti itu selalu saja menghantui pikiran ini, seolah sudah ada begitu saja bersamaan dengan pikiran ini diciptakan.

Tidak ada alasan spesifik yang dapat ku jadikan alasan untuk menulis topik ini sekarang. Ku hanya menulis apa yang sedang ada dalam pikiran saja, tidak kurang dan tidak lebih. Seperti pada paragraf ini tetiba ku ingin membahas sedikit sekaligus sekedar memberitahu ke teman teman kalau frasa “Tidak kurang dan tidak lebih” adalah suatu frasa yang ku suka gunakan dalam beberapa tulisan beberapa waktu belakangan ini. Tidak ada alasan spesifik juga tetapi hanya suka saja.

Alur Mengikat yang Membosankan dan Menjemukan, Namun Tak Apa Toh Kita Suka

Ilustrasi sebuah kamera. Kameranya boleh tua tetapi konsep nya agaknya akan seperti itu terus, Film selalu membawa kita pada alur yang mereka buat dan merasa alur itulah yang akan kita sukai. Meski terkadang memanglah alur tersebut yang kita sukai dan tanpa di sangka sangka terjadi, Tetapi tidak boleh dilupakan pula bahwa tidak sedikit pula yang kecewa akan alur yang ditawarkan (Sumber ilustrasi: Jaymantri)

Menulis memanglah bukan suatu kegiatan yang nyaman dan menyenangkan, setidaknya tidak semenyenangkan bermain game atau sekedar menonton film. Namun ada suatu kebebasan yang ditawarkan dari aktifitas ini yang tidak diberikan kegiatan kegiatan lainnya taruhlah seperti bermain game atau menonton film atau yang lebih dekat seperti kegiatan membaca. Ku akan coba jabarkan satu satu dari ketiga kegiatan tersebut untuk menjelaskan apa itu “sesuatu” yang ditawarkan oleh aktifitas menulis dan tidak diberikan oleh aktifitas lain.

Kita mulai dari menonton Film, Yup kegiatan ini memang menawarkan suatu pengalaman yang luar biasa dengan buaian visual dan audio yang berkolaborasi menciptakan ilusi pada kita, namun film yang kita tonton secara sadar ataupun tidak juga mengikat kita pada alur ceritanya, kita dipaksa untuk mengikuti alur yang diberikan oleh sang empunya film tanpa bisa memilih jalan mana yang kita pilih hingga terkadang hal hal konyol dari pilihan sang pembuat film pun mengganggu logika para penonton. Kegiatan membaca juga tidak berbeda begitu jauh dari kegiatan menonton, namun dengan tidak ada balutan visual dan suara yang membimbing.

Dari buku pula kita akan diikat oleh alur pikir dan cerita sang pengarang tanpa adanya tawaran untuk menentukan pilhan secara bebas. Jikapun ada pilihan itupun tetap akan mengarahkan kita pada arah alur yang sudah ditentukan oleh para pengarang yang bukan suatu yang tidak mungkin bila kita tidak sepakat dengan itu. Dari game sebenarnya kita diberikan “sedikit” kebebasan untuk menentukan tindakan apa yang akan kita pilih. Hingga saat ini sudah banyak pengembang yang membuat game dengan alur yang bercabang. Namun tetaplah ada aturan aturan (role) yang membatasi pilihan kita yang sama kasusnya seperti buku yang memiliki alur ganda kita tetaplah diatur dan diikat oleh alur yang sudah ditentukan oleh sang pembuat game tersebut.

Bebas, sesuatu yang jarang ada di sekeliling kita. Selalu ada yang mengikat kita, baik yang terlihat jelas hingga yang sembunyi sembuny tanpa pernah dapat kita rasa dan sadari. (SUmber ilustrasi: Snapwire )

Berbeda dengan kegiatan lainnya menulis menghadirkan sesuatu yang mungkin tidak teman teman sadari namun inilah salah satu alasan sangat kuat kenapa saya tertarik dengan kegiatan ini. Dari menulis, ku merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Dengan menulis bahkan saya pun bebas menentukan dimana saya harus berhenti, contohnya akan

Nah seperti itu kira kira kebebasan ku saat menulis. Dari menulis juga ku bebas untuk memasukan apapun yang sedang saya pikirkan ahahaha coba liat deh ada orang bulu hidungnya keluar keluar karena sedang iseng saya sedikit melirik dan menghitung bulu hidung yang keluar dari orang itu sekitar 18. Tapi ya orang itu sekarang malah mesra mesraan sama sebelahnya ngeri banget hohoho ini kita lagi di perpustakaan loh untuk hal seperti itu ngeliatnya ngeri.

Nah kira kira seperti itu juga kebebebasan ku untuk menulis, karena ku yakin hanya sedikit orang yang akan membaca tulisan ini sampai baris sini dan akan lebih sedikit juga yang membaca sampai akhir maka akan baik baik saja bila saya menulis apapun pada baris sini hehehe. Contohnya akan aman aman saja kalau kuungkap saja siapa orang yang saya sayang yang sudah dari dulu sekali saya dekati nama orang itu adalah. Eit itu hanya sebuah contoh bahwa sampai pada poin ini berdasarkan penelitian memanglah akan sedikit sekali yang membaca, jika teman teman salah satu orang yang membaca tulisan saya saat ini sampai pada baris ini selamat dan terimakasih atas waktu yang kalian berikan sampai saat ini ya. kalian luar biasa.

Perasaan Membebaskan yang Justru Tidak Membebaskan

Perasaan tidak ada yang mengawasi, tidak ada yang peduli membawa pada suatu perasaan semu yang seolah olah memberikan kita kebebasan untuk mengungkapkan apa saja yang ada. Padat dan bertele tele tulisan diatas sebenarnya sengaja saya berikan untuk sekedar memfilter orang orang malas membaca diluar sana. Saya yakin pada bagian ini mereka mereka itu sudah tersisih dan enggan untuk membaca keseluruhan tulisan saya ini. Jadi kita mulai saja secara singkat apa yang sebenarnya menjadi keresahan saya dan ingin saya bagikan pada tulisan saya hari ini.

Kita dalam keadaan bahaya kawan, ku tidak tahu kalian sadar atau tidak kalau sekitar kita sekarang berubah, yang sayangnya kearah yang mengkhawatirkan. Banyak sekali e orang orang bodo yang semakin menjadi jadi kurang ajarnya dan melakukan hal hal konyol. Yah terkadang memang lucu sih terlihatnya namun saat hal itu terjadi berkali kali akan sangat mengganggu dan justru membahayakan untuk semua. Bebasnya kita berbicara sekarang, membuat apa yang penting dan seharusnya kita tahu menjadi tertimbun dengan hal hal remeh yang tidak ada faedahnya sama sekali.

Kita dibanjiri hal hal remeh tidak penting dan terus menerus demikian bahkan terkadang kita yang sadar bisa limbung dalam arus itu dan kemudian hilang arah hingga kita pun ikut melakukan hal hal konyol itu. Dari sini dimulailah bahaya yang bersembunyi dari arus informasi yang begitu deras itu, otak kita yang terbiasa menyikapi perlahan lahan dan memperhitungkan akasi aksi yang baik dan perlu kita lakukan dengan banyak memepertimbangkan norma dan nilai yang ada. Saat ini semua berubah dan cepat hingga tidak jarang aksi aksi spontan kita lakukan. Kalau begini terus, saya kawatir dari akasi aksi spontan kita itu bukan tidak mungkin kalau akan ada saja orang yang memanfaatkan untuk tujuan tujuan yang tidak baik bahkan jahat.

Ku hanya ingin mengingatkan sekaligus sebagai pengingat untuk diri sendiri. Fenomena ini sebenarnya sudah lama terjadi namun hingga kemarin saat panas panasnya pemilu semua meningkat lo, orang orang jadi semakin senggol bacok, salah dikit di bully, terbuli sedikit sudah membuli balik keroyokan. Semua itu sekarang sudah sangat cepat terjadinya seolah olah orang tidak lagi berpikir dari otak tapi berpikir melalui tulang belakangnya sehingga apa yang ia lakukan full refleks.

Hanya untuk Berbagi, tidak kurang dan tidak lebih itulah alasanku menulis

Jika melalui narasi ku sebelumnya teman teman menyangka ku menulis untuk mengejar kebebasan dan menjauhi dari segala keterikatan tak terlihat sebagaimana yang ada dalam kegiatan menonton film dan bermain game itu tidak sepenuhnya salah. Ku pun tidak mengelak akan hal itu, toh itu benar adanya. Kegiatan menulis memanglah menyenangkan dan membebaskan alam pikir kita dari semua apa yang ada di sekitar kita. Dengan menulis kita dibebaskan dari aturan orang lain karena kitalah yang menjadi aturan itu.

Namun alasan saya menulis ku jauhlah lebih sederhana dari itu semua. Ku menulis hanya untuk berbagi dan belajar lagi. Hanya itu saja dan tidak ada yang lain. Jauh lebih sederhana bukan?

Sumber-Sumber

Sumber ilustrsi untuk cover blog ini Pixabay

Total

0

Shares

Share 0

Tweet 0

Pin it 0

Share 0


Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewaputuam

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading