[Buku] Berani Tidak Disukai by Ichiro Kishimi & Fumitake Koga

870
0

Dari awal sekali buku karya Kishimi dan Koga menyajikan kita para pembaca sebuah cerita dengan alur dan sudut pandang yang menarik #itu. Berbeda dengan buku pengembangan diri kebanyakan yang sering kali berupa monolog dan uraian endalam dari kisah kisah sukses beberapa tokoh, buku ini justru menyajikan diskusi dan perdebatan seorang anak muda dan filsuf yang eksentrik. Gaya penulisan yang seperti ini disengaja oleh penulis agar sama dengan yang dilakukan para filsuf yunani kuno di zaman Sokrates yang bertukar pikiran dan pemahaman dengan cara berdebat. Yups sang penulis menulis alasan tersebut dalam bukunya.

Socrates tidak menulis ide ide dan pandangannya namun ia mendiskusikan dan mendebatkannya, Plato lah yang kemudian menuangkan gagasan gagasan brilian yang dicetuskan oleh Socrates tersebut dalam bentuk tulisan. Saya menuliskan hubungan antara Socrates dan Plato karena dalam buku ini Ichiro Kishimi secara tersurat mengungkapkan keinginannya untuk menjadi Platonya bagi Alfred Adler. Dan menariknya Fumitake Koga menjawab ungkapan Kishimi dengan menjadi Platonya bagi Kishimi. Membaca hal tersebut saya dalam hati menyeletuk, “oke kalau begitu saya ingin menjadi Platonya Fumitake Koga 🙂 .” Tetapi setelah membaca buku ini hingga selesai, saya menyadari ternyata apa yang dibahas memanglah suatu gagasan-gagasan yang “gila“.

Inilah sosok Alfred Adler, seorang ahli psikologi yang gagasannya secara umum dibahas dalam buku The Courage To Be Disliked (Berani Tidak Disukai) karya Ichiro Kishimi & Fumitake Koga (Sumber gambar: Dritio)

Gagasan dari Adler ini menurut saya sangat kontroversial di jamannya bahkan harus diakui gagasan gagasan tersebut masih cukup nyeleneh bila kita bawa hingga masa kini. Gagasan-gagasannya tersebut tidak begitu mudah dipahami dan membuat saya mengenyitkan kening berpikir keras beberapa kali karena tidak jarang bertentangan dengan pemahaman umum yang ada selama ini. Bahkan dalam dalam satu bagiannya, sang filsuf, tokoh dalam buku ini berkata seperti ini

Konon, Untuk memahami betul teori psikologi Adler dan menerapkannya untuk benar-benar mengubah cara hidup seseorang, orang membutuhkan “separuh tahun kehidupannya” Dengan kata lain kalau mulai mempelajari pada usia empat puluh tahun, kau butuh dua puluh tahun, yaitu sampai kau menginjak enam puluh tahun. Kalau kau mulai belajar pada usia dua puluh tahun, kau butuh waktu sepuluh tahun, yaitu sampai kau menginjak usia tiga puluh tahun.

(Ichiro Kishimi)

Tapi jangan takut untuk membaca buku ini, meskipun tidak seratus persen gagasan gagasan dari Adler akan kita mengerti dan setujui langsung. Sang penulis dengan kecakapannya dapat sedikit meringankan gagasan-gagasan Adler tersebut agar lebih mudah dikonsumsi oleh kita yang memang tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu psikologi maupun ilmu filsafat. Dari pengalaman membaca saya, pertanyaan yang muncul dibenak kita sebagian besar terwakilkan oleh pertanyaan pertanyaan dari tokoh pemuda kepada filuf, yah meskipun terkadang agak sedikit over sih buat saya. Mengingat sosok pemuda yang digambarkan dalam buku ini jika digambarkan “Sad Boy” banget, yang putus asa dengan berbagai hal dan selalu emosional. Tetapi disitu menariknya.

Buku Berani Tidak Disukai tidak mengajak kita untuk menjadi orang yang tidak disukai?

Hiruk pikuk orang berjalan cepat berkeringat di stasiun kereta, sheler bus dan berbagai tempat padat lainnya, melihat itu semua terkadang saya berpikir apa yang sebenarnya kita cari selama ini hingga kita relakan waktu dan energi kita menghilang untuk seperti ini (Photo by Skitterphoto from Pexels )

Menurut Adler, semua permasalahan adalah tentang hubungan Interpersonal. Yup, semua permasalahan, tidak terkecuali. Ini salah satu gagasan yang menurut saya nyeleneh. Semua yang dimaksud disini berati tidak ada permasalahan atau persoalan apapun yang bukan tentang hubungan interpersonal. Gagasan ini menjadi topik pembahasan yang menarik karena tokoh pemuda dalam buku ini kemudian membantah gagasan yang menurut saya pun mengusik logika. Namun dari apa yang dibahas dalam buku ini. saya akhirnya berangsur angsur sedikit sepakat bahwa “Semua permsalahan kita berakar pada permasalahan tentang hubungan interpersonal”.

Untuk menguraikan dan menyelesaikan permasalahan tersebut Adler memberikan sebuah kunci yang dapat kita gunakan yakni “Pembagian Tugas”. Konsep pembagian tugas pada dasarnya serupa dengan konsep dikotomi kendali yang ada dalam filosofi Stoa (Stoicism) yang saya baca dalam buku Filosofi Teras karya Hendry Manampiring. Pembagian tugas disini pada dasarnya membagi hal berada dibawah kendali kita (tugas kita) dengan hal yang berada diluar kendali kita (bukan tugas kita). Dengan pembagian tugas yang jelas maka kita tidak akan berlarut larut dalam sesuatu yang diluar kendali kita dan lebih fokus pada apa yang berada dalam kendali.

Dari sini lah kemudian judul buku ini berasal. Buku Berani Tidak Disukai tidak mengajak kita untuk menjadi orang yang tidak disukai, tetapi lebih dari itu melalui buku ini kita diajak sang penulis untuk hidup dijalan kita sendiri (menggeluti apa yang memang menjadi tugas kita) dan tidak mencampuri tugas orang lain termasuk urusan dalam menyukai atau tidak menyukai kita. #Itu

Tetapi Memang Buku Ini Menabrak Banyak Gagasan yang selama ini kita pernah pahami

Salah satu, alasan awal saya memilih buku ini untuk dibaca adalah kata kata “International Bestseller”, meskipun nista banget pemilihan buku dengan cara itu tapi berhubung referensi buku saya belum begitu bagus yah jadi tidak apa dan memang buku ini tidak mengecewakan! #recomended lah

Membaca buku ini, seperti yang saya ungkapkan sebelumnya membuat saya harus berpikir keras. Bukan berarti buku ini sulit sekali dipahami, namun saat membaca saya menemukan banyak nilai nilai yang saya anut selama ini ditabrakan dengan gagasan gagasan yang ditawarkan dalam buku ini. Mungkin juga akan memberikan sensasi yang sama dengan yang akan teman dapatkan ketika membaca buku ini. Dari sekian banyak gagasan nyentrik yang ada dalam buku ini, beberapa diantaranya melekat cukup erat dalam pikiran saya seperti

  • Tidak ada pengalaman yang dengan sendirinya menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kita. Bahkan dalam teori psikologi Adler “Traum” secara definitif tidak diterima. Jadi dalm teori ini tidak ada lagi alasan alasan kita tidak bisa melakukan sesuatu hal karena mengalami trauma A atau trauma B di masa lalu. Psikologi adler tidak menganut Aetiologi (studi tentang hubungan sebab-akibat), tetapi menganut Teleologi (studi yang mempelajari dan menitikberatkan pada tujuan dari suatu fenomena, ketimbang penyebabnya).
  • Semua permasalahan adalah tentang hubungan Interpersonal. Lagi lagi sebutkan ini ya, tetapi menurut saya ide ini memang gila sih dan saya suka dengan ini. Hingga pada suatu bagian, sang penulis pun menunjukan kepada kita bahwasanya permasalahan permasalahan yang kita anggap pribadi seperti kepercayaan diri kita, kualitas kerja kita, bahkan permasalahan permasalahan yang lebih pribadi lagi tidak lepas dari permasalahan di hubungan interpersonal kita dengan orang lain.
  • Seringkali kita (atau mungkin hanya saya) menganggap konsep reward and punishment itu suatu konsep yang baik untuk perkembangan diri kita. Ketika seseorang mendapatkan reward ketika melakukan sesuatu yang benar dan mendapat punishment yang wajar saat kita salah maka semua akan baik baik saja bahkan menurut kita akan baik. Namun menurut pandangan Adler, hal itu adalah konsep dari hubungan Vertikal, yang sebisa mungkin atau dapat dikatakan harus kita hindari jika kita ingin membangun hubungan yang harmonis. Bahkan kita pun perlu menghindari ucapan ucapan reward ringan berupa pujian seperti “wah apa yang lu lakuin keren banget”, karena menurut Adler di sana dapat mengesankan dan memberikan hubungan yang bersifat vertikal dimana sang pengucap yang menilai tersebut berusaha memposisikan diri lebih tinggi dari yang diberikan ucapan. #NahLoh

Dari buku yang sedikit tebal ini (320-an lembar) ada banyak sekali ide brilian dari tokoh Adler yang saya rasa dapat kita ambil untuk kemudian dapat kita jadikan salah satu inspirasi bahkan bantuan bagi kita untuk menjalani hidup yang lebih sederhana. Sulit bagi saya untuk menjelaskan dan menguraikannya melalui sebuah tulisan. Benar kata HelloGiggles, yang tertulis dalam cover buku ini memanglah “Marie Kondo, tapi untuk jiwa”. Suatu langkah awal bagi kita untuk mengaplikasikan minimalisme dalam jiwa dan kehidupan kita. Ada satu frasa yang kusuka dari buku ini ada dihalaman 306. Dengan beberapa gubahan dari saya, kira kira sang penulis berkata seperti ini.

Dusta Kehidupan yang terbesar adalah tidak hidup di sini pada saat ini. Kita Justru menghabiskan energi untuk memandang pada masa lalu dan masa depan, mengarahkan sinar temaram pada seluruh kehidupan, dan percaya bahwa kita berhasil melihat sesuatu. Padahal justru pada saat itu kita melupakan “sesuatu yang terpenting”.

Ichiro Kishimi & Fumitake Koga dengan beberapa perubahan seperlunya 🙂

Salam hangat dari saya

Dewa Putu AM

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
2
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading