Ada sedikit cerita “menarik” tentang bagaimana saya membeli buku ini karena secara ajaib sesuai dengan tema besar yang diusungnya. Buku ini saya beli dari “imbalan” setelah bersedia diwawancara oleh seorang kadidat PhD Indinesia di salah satu univeritas Singapura yang meneliti terkait penggunaan data dalam beberapa operasi penanggulangan bencana di Indonesia. Ironisnya meski didapat dari ‘hadiah’ wawancara, dalam bab bab awal di Buku ini justru menyoroti kurang begitu baiknya metode wawancara konfensional karena dalam dalam wawancara konfensional “kita dibayar untuk menjawab pertanyaan bukan untuk kebenaran”.
Sejenak saya berpikir apakah yang saya jawab kemarin adalah sepenuhnya kebenaran, atau sudah ada bumbu bumbu dusta disana? Meski secara subtansi saya rasa sudah menjawab dengan relatif benar namun saya kurang begitu yakin beberapa gimik mungkin tidak sengaja saya utarakan saat itu #mungkin.
Deskripsi Singkat Sebuah buku cerita dari seorang data saintist tentang Kita”
Buku yang saya baca adalah versi ebook berbahsa inggris yang diterbitkan oleh Bloomsbury. Buku karya Seth Stephens ini saya beli melalui aplikasi Google Playbook. Everybody Lies merupakan satu dari sekian banyak buku yang sudah saya incar antara tahun 2017 atau 2018 karena topik yang dibahas cukup profokatif serta unik, itu menurut saya. Karena buku ini berbahasa inggris akhirnya saya pun sedikit menahan diri menunggu versi terjemahan bahasa indonesianya. Seiring waktu, saya pun mulai kehabisan bahan bacaan menarik dan kebetulan saya mendapat sedikit dana dalam bentuk pulsa untuk dapat membeli sebuah ebook di Google Play (hehehe) akhirnya sayapun putuskan untuk membeli versi inggrisnya saja mumpung harga yang ditawarkan ebook jauh lebih terjangkau dibandingkan versi cetaknya. Akan tetapi menyebalkannya, saat saya hampir selesai membaca buku ini Gramedia dengan gagahnya menerbitkan buku ini.
Buku ini tidak terlalu tebal namun tidak juga tipis, hanya 354 halaman dan itupun yang bagian intinya hanya sampai halaman 290an. Jumlah halaman segitu sudah cukup padat mengingat begitu banyak topik yang dibahas oleh buku ini. Oia lucunya, Seth Stephens secara tersurat juga menyampaikan jumlah kata yang ada di dalam buku ini yakni sekitar 700000-an kata. Hal ini ia sebutkan dalam kesimpulan yang menurut saya adalah salah satu bab kesimpulan buku paling unik yang pernah saya baca hingga saat ini.
Insight Buku yang tidak hanya menceritakan “Insight” namun juga tentang “pencarian Insight” dari data tentang kita
Dalam bukunya, Seth Stephens sang data saintist ini tidak hanya lihai mengungkap insight dari berbagai “Big Data” namun juga berhasil menempatkan diri secara konsisten sebagai data saintist sejati yang percaya namun sedikit menyisakan skeptis pada insight-insight yang ia dapatkan baik melalui kajiannya maupun dari beberapa urunan informasi dari beberapa kolega sesama data saintistnya.
Buku ini menceritakan berbagai fakta menarik yang sering kali kontradiksi dengan apa yang sudah kita yakini selama ini. Buku ini mengungkap berbagai kebohongan yang dilakukan oleh kebanhyakan dari kita atau bahkan kita semua. Dari hal-hal remeh dan lucu seperti sikap kita yang meski terlihat begitu “santun dan baik” dari luar maupun di media sosial, namun ternyata menympan sarkastik dan rasisme yang begitu gelap. Hal ini diungkap penulis melalui kajiannya terhadap kata-kunci pencarian yang dikumpulkan dari berbagai mesin pencarian seperti Google, Bing dan sebagainya.
buku ini mengungkap perbedaan sentimen dan harapan para orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuannya. Mengungkap kosa kata yang menandakan bahwa akan ada kencan kedua. Mengungkap kata kunci paling populer dalam penelusuran situs situs pornografi. Mengungkap cara memperkirakan jumlah pengangguran, jumlah pelaku aborsi dan jumlah anak anak korban pembulian bahkan potensi terjadinya pembunuhan. Ketiga hal tersebut dilihat dari jumlah akses terhadap situs situs pornografi untuk mengungkap jumlah pengangguran, dan penelusuran trend trend frasa tertentu untuk mengungkap jumlah pelaku aborsi dan korban pembulian, serta potensi terjadinya pembunuhan.
Dari buku ini juga, Seth Stephens menantang keyakinan kita selama ini yang meyakini bahwa film film kekerasan akan meningkatkan jumlah kekerasan di suatu wilayah. Nyatanya dari beberapa penelitian kejadian sebaliknya justru terjadi, film film kekerasan ini justru menurunkan tingkat kriminalitas di suatu wilayah. Tentang pidato obama juga yang digadang gadang mampu meredakan Islam phobia di Amerika ternyata juga tidak sepenuhnya benar karena sesaat setelah pidato tersebut kata kunci yang trnding di mesin pencarian justru bersuasana yang sebaliknya.
Opini saya tentang buku Everybody lies karya Seth Stephens
Secara keseluruhan saya suka dengan buku ini. Banyak wah dan aha momen yang saya rasakan ketika saya membaca bagian demi bagian pada buku ini. Buku ini menjelaskan dengan cukup baik tentang kelebihan kelebihan Big Data dan cara para data saintis dalam mengungkap Insight dari data tersebut untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada disekitar kita yang tidak jarang jawaban yang diungkap dalam buku ini berbeda dari apa yang kita yakini sebelumnya sekaligus sangat miris.
Saya kagum pada cara penulis menyusun banyak topik bahasan yang sangat beraneka ragam. Meskipun harus saya akui pada mulanya, saya sedikit skeptis dengan buku ini, mengingat topik yang yang ia bahas adalah topik yang sangat luas dan sangat beraneka ragam. Beberapa buku serupa kebanyakan terjebak pada melempar begitu saja topik topik mereka tanpa keterikatan yang kuat antar topik dalam membentuk alur cerita dan kerangka ide yang ingin diungkapkan secara utuh. Dan buku ini menurut saya behasil menampilkan hal tersebut pengungkapan pengungkapan insight dan cara cara mengungkapnya di jabarkan dengan rapi untuk memberikan kita gambaran seperti apa potensi pemanfaatan Data Konvensional dan Big Data saat ini namun tidak lupa pula mengutarakan kelemahan kelemahan big data tersebut.
Buku ini tidak hanya mengagung agungkan superioritas dan seksinya big data dalam era sekarang namun juga mengkritik perlombaan Big Data yang kebanyakan hanya terfokus pada ukuran yang masiv tanpa banyak memperhatikan Insight sebanyak dan sesignifikan apa yang dapat diungkap dan yang paling penting adalah pertanyaan pertanyaan apa yang dapat dijawab dengan data semasiv itu.
(Seth Stephens)
Dan terakhir, hal yang menurut saya paling menarik dari buku ini adalah bagian kesimpulannya. Dari bab tersebut Seth Stephens di bagian bagian awal mengungkapkan secara tersurat bahwa dalam sebuah buku (atau tampaknya semua karya tulisan), sebuah kesimpulan yang luar biasa haruslah ironis, harus menggugah, harus mendalam, harus menyenangkan, harus dalam, humor dan sekaligus menyedihkan. Dalam Bab ini terlihat sekali kedalaman dan kekonsistenan penulis akan kesan dan peran data saintist yang ia emban. Cara ia menutup bukunya menurut saya keren hehehe dan sepertinya menarik bila saya gunakan gaya tersebut untuk menutup tulisan saya.
Tampaknya tulisan ini sudah terlalu panjang ya sudah 1100 an kata saya tuliskan dalam posting ini dan saya tidak begiu yakin akan banyak yang membaca tulisan saya sampai pada kata kata saya saat ini, karena kebanyakan dari para pembaca saat ini hanya membaca Judulnya saja, dan sedikit diantaranya akan sampai pada beberapa paragraf awal, dan menyedihkannya lagi jaul lebih sedikit pula yang akan mencapai akhir pada kalimat ini. Sedih sih dan juga cukup kecewa tapi mau bagaimana lagi ya, inilah keadaan sekarang. Oke buat teman teman yang tersisa sampai pada kalimat ini saya ucpkan terimakasih atas waktu yang teman teman berikan pada tulisan saya ini. Kalian luar biasa Guys 🙂