[Buku] Negeri Para Bedebah karya – Tere Liye –

300
0
Buku kedua yang saya selesaikan di tahun 2020 ini, sebuah buku karya Tere Liye. Meskipun saya termasuk orang yang sedikit tidak nyaman dengan begitu banyaknya karya-karya Tere Liye di toko buku. Tapi buku ini memang bagus wkwkwkwk (Sumber koleksi foto pribadi)

Sebelum membaca seri novel Negeri Para Bedebah, kira-kira tahun 2018 lalu saya membaca “Negeri di Ujung Tanduk”. Dari buku tersebut ternyata cukup meruntuhkan opini saya yang mengira buku-buku karya Tere Liye itu selalu menye-menye dan cinta cintaan, dan saya kurang bgitu tertarik dengan hal yang seperti itu. Saya punya kesan demikian karena melihat judul-judul yang dipilih Tere Liye terbaca oleh saya terlalu mendayu dayu dan puitis seolah olah cocok difoto dengan segelas kopi dan lagu kemudian diupload ke Instagram lengkap dengan lagu lagu indie serta caption sederhana ala ala. Ternyata saya salah. Buku “Negeri di Ujung Tanduk” dan “Negeri Para Bedebah” bisa saya katakan menjadi salah satu novel terbaik yang pernah saya baca hingga saat ini.

Selang waktu beberapa lama setelah saya membaca habis buku “Negeri di Ujung Tanduk”, Saya disibukan dan tertarik dengan buku dari genre-genre lain tau dari penulis lainnya. Setahun berlalu, pada akhir tahun 2019 saya tidak menemukan lagi buku yang menurut saya menarik untuk dibaca. Dan akhirnya saya memutuskan melanjutkan seri Novel yang dulu pernah coba saya ikuti dengan membeli buku “Negeri para Bedebah”. Yah selain alur ceritanya yang sudah pasti saya suka dengan tokoh super keren, cerdas dan genius “Thom” tampaknya menarik jika saya membaca cerita petualangannya sekali lagi.

Sekedar informasi buku berjudul “Negeri Para Bedebah” pada dasarnya merupakan buku pertama sedangkan buku berjudul “Negeri di Ujung Tanduk” justru buku keduanya. Jadi singkat kata, urutan membaca saya terbalik hehehe. Pantas saja beberapa cerita terkesan ngegantung dan sulit saya pahami hehehe. Tapi tidak begitu buruk lah, hitung hitung macam flashback lah (pembelaan)

Ini tetap kisah tentang seorang Thom, “Sang Konsultan Keuangan Profesional” serta kaitannya dengan konspirasi Penyelamatan Bank Semesta

Sama seperti buku keduanya, dalam buku pertama ini tetap menceritakan tokoh yang bernama Thom “sang Konsultan Keuangan Profesional” kelas dunia. (ngomong ngomong agak aneh juga ya membandingkan yang pertama justru ke yang dua, biasanya sama seperti buku yang pertama bla bla bla, tetapi ini. Yasudah lah ya). Kembali pada topik bahasan, Buku ini menceritakan perjalanan Thom sang konsultan keuangan dalam memenghadapi orang dari masalalunya. Sekelompok orang yang dengan sadis merebut harta benda bahkan juga menyebabkan Ayah dan Ibunya tewas terbakar. Semenjak kejadian kelam dimasa kecilnya itu Thom tumbuh menjadi seorang anak yang ambisius dan sangat cerdas. Ia bersekolah disuatu sekolah berasrama (sekolah ini ternyata sekolah spesial dan dibahas di buku ke 2). Thom kemudian melanjutkan studi di sekolah bisnis yang hanya orang orang sangat cerdaslah yang boleh berkuliah disana ditambah lagi ia juga dididik oleh seorang Profesor penerima Nobel.

Hingga dewasa, kemampuannya Thom berkembang pesat dan diakui oleh pebisnis pebisnis kelas dunia terbukti dari seringkali ia diundang untuk menjadi pembicara dalam pertemuan para pemimpin perusahaan perusahaan besar serta sering pula menjadi narasumber berbagai majalah bisnis. Selain bergemilang di karir profesionalnya,

Thom juga memiliki hobi yang terbilang unik dan nyeleneh. Ia memiliki hobi bertarung dan secara rutin bersama klub petarungnya mereka bertemu juntuk bertarung. Klub petarung ini terdiri dari berbagai kalangan baik dari orang orang biasa, pebisnis, pegawai imigrasi hingga polisi. Dari sinilah Thom kemudian memiliki para kawan yang tidak hanya setia namun sangat membantu Thom dalam menyelesaikan misinya. Sebuah misi yang ia persiapkan sendari dulu untuk membalas komplotan jahat yang telah menyebabkan orang tuanya tewas mengenaskan yang tentunya mereka juga saat ini semakin berkuasa dan berbahaya bahkan sudah menduduki posisi penting negara.

Ini kisah tentang petarungan menggunakan otot dan otak,.. semua dilibatkan tanpa terkecuali

Di Negeri Para Bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata. Di Negeri Para Bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah. Tetapi setidaknya, Kawan, di Negeri Para Bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat -Tere Liye- (Photo by Gleb Krasnoborov from Pexels)

Issu yang dibahas di novel ini tidak asing dengan issu dan mirip sekali dengan kasus Bank Century yang hingga kini masih terus berlarut larut tidak ada akhir. Dalam novel ini bank yang sedang kritis tersebut bernama Bank Semesta. Jika dalam dunia nyata nama bank yang kolaps dan di bantu pemerinah itu berkaitan dengan waktu “Century” atau Abad. Secara jenius Tere Liye memilih nama “Semesta” yang berkaitan dengan ruang #Cerdas!. Beberapa tokoh penting pun dibuat tidak sengaja mirip dengan tokoh tokoh yang terlibat seperti petinggi bank central (bank indonesia) hingga mentri saat itu yang terkenal cerdas dan lulusan universitas ternama. Percayalah ini hanyalah kebetulan semata yang tidak sengaja mirip.

Issu yang menarik dan rumit tentunya tidak akan lagi menarik jika seorang penulis tidak mampu mengolah nya dengan menggunakan diksi dan sudut pandang yang tepat. Tere Liye adalah salah satu penyihir kata yang dapat melakukan itu. Saya suka bagaimana sang penulis menceritakan alur dan interaksi para tokoh yang seolah olah hidup dan natural. Tidak begitu banyak hal hal tidak penting dalam novel ini. Bahkan saya malah berpikir lebih dari 80% adegan yang ada dalam buku ini memiliki arti dan keterkaitan yang erat dengan kejadian kejadian yang dibahas pada bagian berikutnya.

Hal ini menurut saya merupakan hal yang hebat karena tidak jarang buku novel se jenis ini memberikan informasi tambahan yang terlalu berlebihan disampaikan oleh sang karakter utama hanya untuk memperlihatkan keluasan pengetahuannya tanpa ada kaitan yang kuat antara apa yang dibahas melalui percakapan karakter dengan apa yang sebenarnya sedang dan akan terjadi. Bahkan kisah kisah tambahan yang sebelumnya saya anggap remeh tanpa arti justru menjadi salah satu kunci penting dalam keberlanjutan cerita. Dari sini kita dapat melihat kematangan seorang Tere Liye sebagai penulis.

Namun ada sedikit saja kekurangan yang saya rasakan cukup mengganggu ekspektasi saya akan buku ini. Kedua buku baik “Negeri Para Bedebah” dan buku “Negeri di Ujung Tanduk” memiliki plot cerita yang terlalu mirip dan sayangnya tidak begitu berbeda plotnya dengan novel novel karya Dan Brown baik “Inferno” maupun “Origin”. Yang pada intinya orang cerdas luar biasa ditemani gadis cantik menghadapi tokoh penting yang lalim kemudian dikejar kejar sembari para tokoh utamanya terus mempelajari kasus yang terjadi. Dalam pelariannya tokoh utama juga berpindah pndah begitu banyak tempat, menemui banyak orang dan saling berkomunikasi untuk kemudian secara tidak disadari menjalankan rencana sang pemeran utama untuk mengalahkan tokoh jahat berkuasa tersebut.

Diatas kekurangan tersebut, buku ini merupakan novel yang menarik. Bahkan sebelumnya pula saya menggolongkan kedua novel karya Tere Liye ini kedalam kelompok novel terbaik yang pernah saya baca. Hal yang menjadi pembeda antara buku ini dengan karya Dan Brown adalah koordinasi antar tokohnya.

Dalam novel Tere Liye ini, pemeran utama tidaklah bergerak sendiri dan terlalu mencolok, ia dibantu dan menkoordinasi segala sumberdaya yang ada dan dia miliki secara efektif termasuk teman dan kenalannya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Saya suka dengan gagasan ini, mengingat ditengah keseharia, kita seringkali justru terlalu percaya diri dan berekspektasi lebih dengan kemampuan diri kita sendiri dan tanpa sadar menghiraukan potensi besar dari yang ada disekitar kita.

Sekian dulu dari saya, sampai jumpa pada tulisan saya berikutnya.

Salam

Dewa Putu AM

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading