Ini salah satu penulis favorit saya. Malcolm Gladwell , setiap bukunya selalu memikat perhatian saya. Gagasan yang gurih dan sangat dekat dengan keseharian kita ia sampaikan dengan begitu mendalam namun masih tetap nyaman untuk diikuti dan nikmati. Fokus, itu yang saya suka dari karya karyanya Gladwell. Setiap bukunya selalu memuat hanya satu gagasan inti yang kuat untuk kemudian ia bahas dari berbagai sisi dan sudut pandang. Ini yang menurut saya Gladwell berbeda dari penulis kebanyakan yang tidak jarang terhanyut dalam ide idenya sehingga sering kali terlalu banyak gagasan yang diberikan, hingga fokus kita menyebar dan terlalu luas.
Sebagai awalan saya coba list satu per satu beberapa gagasan dalam setiap karya Gladwell yang saya suka. Kita dikenalkan pada konsep bagaimana sebuah informasi yang viral dan melekat melalui bukunya yang berjudul “Tipping Point”. Kita juga di ajak melihat dan mengingat tentang cara kita berpikir melalui “Blink”, kalau kata saya si berpikir pakai tulang belakang (reflek) hehehe, ternyata 80% kegiatan kita dipengaruhi oleh gaya berpikir kita yang rapuh ini. Gladwell juga menunjukkan kepada kita konsep si lemah yang sebenarnya tidak lemah melawan si kuat yang sebenarnya justru lemah melalui buku “David and Goliath”. Lalu Konsep si jenius yang pencilan dan ternyata bukan “tidak sengaja menjadi” pencilan melalui bukunya yang berjudul “Outlier”. Kita diingatkan juga tentang “Ketidaktahuan kita” melalui buku berjudul What Dog Saw”.
Gladwell memang seperti itu, satu gagasan kemudian memberikan twist yang mungkin sebagian dari kita akan banyak mengalami “Lha” “What”, “Oh” dan “Aha” moment. Dan datang lah bukunya yang berjudul Talking to Strangers: What We Should Know About the People We Don’t Know. Setelah saya baca, jika harus memilih satu kata saja yang menggambarkan buku ini, satu kata tersebut adalah “Kapan Gwww bisa nulis seperti diaaaaa,..”. Mohon maaf saya kelepasan. Karena saya rasa buku ini keren banget dan memberikan saya pemahaman baru dan tidak jarang juga saya jadi merasa perlu merekonstruksikan lagi cara berpikir saya selama ini.
Kita sering menganggap bahwa kita “Mengenal” Siapa Orang Asing itu, bagaimana sikapnya dan apa yang ia sudah lakukan. Namun sayangnya kita tidak se “Cenayang” itu kawan
Secara garis besar buku ini menceritakan ke “sok tahu” an kita terhadap orang yang “tidak kita kenal”. Ada dua frasa yang saya berikan tanda petik disini karena dua frasa itu lah yang kemudian tersirat dibahas dengan mendalam dalam buku Gladwell ini. Keras memang bila mengatakan “sok tahu”. Namun saya rasa seperti itulah kita selama ini. Jangankan untuk orang awam seperti kita, bahkan Intelijen Amerika yang jika di film kita rasa mereka memiliki insting dan kerangka berpikir yang tinggi hingga kita “rasa” juga tidak akan ada yang terlewatkan dari pengawasan mereka. Namun nyatanya mereka pun tak luput dari kesalahan “mengenal” yang berakibat fatal dan membawa Ana Belén Montes, seorang mata-mata Kuba yang paling merugikan dalam sejarah Amerika Serikat.
Yang menarik dari kasus Montes adalah keberhasilannya menjadi orang berpengaruh dalam salah satu institusi Intelijen di Amerika ( Defense Intelligence Agency ). Montes sebenarnya tidak begitu sempurna dalam menyamar dan menjalankan perannya sebagai agen ganda beberapa kali ia menunjukkan hal mencurigakan dan rekan rekannya pun mengetahui itu. Namun “ke tidak sempurnaan” cara berpikir kita jugalah yang kemudian memperdaya para rekan rekan Montes yang kemudian mentolelir segala kejanggalan yang ada.
Tidak hanya itu kejadian “Salah Mengenal” yang berakhir fatal. Sebelum masa perang dunia ke dua banyak petinggi dari beberapa negara juga ternyata salah mengenal The Führer (Hitler) yang dikira mereka tidak akan memecah perang dunia ke dua. Kasus pedopilia seorang yang sangat ramah. Kasus salah tangkap polisi pada Amanda Knox, karena sikapnya yang terlalu mencurigakan dan tidak umum (Ini gw jadi takut sik, orang orang seperti ini akan jadi kambing hitam pertama jika ada kasus kasus pembunuhan).
Ini Buku Tentang Kepolosan Kita yang Menganggap Semua Orang Selalu “Jujur” dan Ketidaksadaran Kita bahwa Segala Hal Selalu Berkaitan dengan “Konteks”
Jujur di sini didefinisikan tidak hanya sebagai lawan kata dari bohong (kesesuaian antara kata dan kejadian sebenarnya) namun lebih luas lagi dari pada itu. Jujur didefinisikan sebagai kesesuaian kata, perbuatan dan atau sikap seseorang terhadap suatu hal. Sebagai contoh pada kasus Amanda Knox , meski tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ia pembunuh.
Penyidik utama kasus itu, Edgardo Giobbi, berkata dia meragukan Knoxx sejak Knoxx berjalan bersamanya di tempat kejadian perkara. Selagi memakai sepatu bot pelindung, Knoxx memutar badannya dan berkata “Ta-dah” —- Ini salah satu bagian dari buku yang menurut saya paling epic.
Saya membayangkan ini sosok Knoxx seperti Harley Queen, tengil aneh dan tidak sengaja buka pintu lihat ada mayat lalu dijebloskan dengan tuduhan pembunuhan yang setelah beberapa tahun ternyata terbukti bukan di yang bersalah. Ngenas ceritanya, Ini juga dimaksud sebagai ke tidak jujuran antara apa yang terjadi (dia tidak membunuh) dengan sikapnya yang cenderung cuek dan tidak memiliki banyak empati, akhir membuat dirinya dituduh demikian.
Buku ini bercerita tentang kepolosan kita yang menganggap semua orang selalu “Jujur” dan ketidaksadaran kita bahwa segala hal selalu berkaitan dengan “Konteks”. Kita selalu menganggap apa yang terlihat dan terdengar dari luar menggambarkan keadaan sebenarnya. Kita terlalu percaya pada orang kita juga terlalu percaya pada diri kita bahwa kita bisa membaca mimik orang dan mengenalinya seolah olah orang itu “selalu” memiliki mimik yang jelas bak pemain teater. Yang menunjukkan mimik sedih saat dirinya dirundung pilu, tertawa saat bahagia, belingsakan misah misuh saat gelisah dan ada yang ditutupi.
Mengenal seseorang dengan baik memanglah rumit. Namun ternyata semua itu lebih sulit lagi karena ternyata sifat dan tingkah laku seseorang berkaitan erat dengan “Konteks”, dari konteks yang bersifat keruangan, Waktu hingga pada konteks yang bersifat situasional. Hal ini dicontohkan oleh Gladwell dengan kasus kejahatan yang ternyata melekat pada lokasi tertentu saja, dan kasus bunuh diri di London ternyata terikat pada situasi London dulu yang menggunakan gas alam (yang mengandung racun) untuk kebutuhan sehari hari. Dari buku ini kita diajarkan bahwa kita tidak lah mengenal semua yang ada di depan kita, mungkin hanya sedikit kenal namun tidak selamanya kenal cukup dalam. Yup tidak dikenal cukup dalam, dan semua itu akan semakin sulit dikenal saat ada minuman keras ikut berdansa dalam interaksi kita itu.
Seselesanya membaca buku ini, saya jadi berpikir. Apakah arti “orang asing” sebenarnya. Ia bukan hanya orang berjubah hitam yang berdiri di pinggir gank yang gelap berlatar kan hujan. Ia bukan hanya orang yang sepintas lalu, orang entah dari mana yang sepintas berhenti, bersapa pada kita dan kemudian berlalu begitu saja. Tidak hanya sampai begitu makna “orang asing”, bahkan orang yang paling dekat dengan kita pun terkadang dalam Konteks tertentu dapat dikatakan sebagai orang asing.
Oia, kurang rasanya jika saya hanya mengagung agungkan buku ini saja tanpa diimbangi dari kekurangan. Secara keseluruhan buku ini memanglah bagus menurut saya namun, dalam versi ebook terbitan gramedianya saya rasa buruk sekali, bukan permasalahan terjemahan namun lebih pada keberadaan watermark yang berupa text aktif (bukan gambar) yang justru sangat mengganggu saat ingin menandai atau menghighlight bagian bagian yang menarik. Keberadaan watermark yang berupa text menyebabkan huruf huruf pada kalimat didekatnya menjadi teraduk acak sehingga saat di highlight sulit untuk dibaca. Padahal highlight dan kemudahan penelusurannya merupakan fitur kunci dalam versi ebook yang membuat ebook lebih menarik dari versi cetaknya. Itu sangat saya sayangkan sehingga dalam google playnya saya terpaksa memberikan bintang 1 dari 5 untuk percetakan Gramedia.
Itu saja dulu dari saya, semoga bermanfaat dan mungkin bisa jadi rekomendasi buku yang akan teman teman baca saat harus tetap di rumah seperti sekarang ini. Salam hangat dari saya
Dewa.
Ngeri juga kalo ada kasus di sekitar kita, karena sifat kita yang cuek malah kita yang dicurigai, sedangkan si pelaku bisa menyesuaikan situasi dengan kemampuannya.
Kunjungi juga blog baru ku Sipintek.com
Hai, terimakasih reviewnya. Kebetulan lagi searching buku ini. Ah, Im interesting in your bio, I think I should learn from you. Salam!
Hai. Terimakasih reviewnya. Kebetulan lagi searching buku ini. Ah, Im also interested in your bio, I think I should learn from you 😀
Salam!
Hai mba mamay,
Terimakasih sudah mampir, Bukunya bagus mba #recomended Selamat membaca ya