Ini Putaran Lari yang Berat, Putaran 20 Ini Memberikan Kita Banyak Cerita, Namun Kali Ini Ijinkan Ku Dahulu yang Bercerita, Silahkan Duduk dan Menikmati Kopi Bersama Ku Sejenak.

177
0
Sumber Gambar  Skitterphoto from Pexels

Ku berlari menuju sebuah pemberhentian sementara dalam sebuah marathon yang sangat panjang. Sebotol air mineral kuteguk tergesa gesa, memang membuat tersedak dan naik salah jalur menuju hidung tetapi waktu ku rasa tidak boleh disia siakan. Putaran marathon ini terasa berbeda dari putaran sebelumnya. Di putaran  ini kita dipaksa untuk bergerak sendiri tak lagi beriring iringan bersenda gurau dan apa sulit juga melakukan apa yang dulu biasa kita lakukan saat menapaki setiap jalurnya. 

Pada marathon putaran 20 ini banyak kerikil tajam dan kadang menyakitkan. Tapi di putaran 20 ini harus ku akui banyak sekali pelajaran yang telah kita dapatkan. Pelajaran dari setiap tapak langkah kaki kita pada jalan berkerikil yang kita lalui hingga halang rintang sungai, bukit kecil menanjjak hingga jurang curam yang kita sudah jelajah bersama. 

Ku menyeka keringat dan sedikit mengingat awal dari putaran 20 ku. Sedikit melihat ke belakang sambil menikmati udara segar pepohonan, rerumputan dan tanah yang menghamburkan aroma menghanyutkan akibat diguyur hujan semalam. Sedikit melegakan kita sudah sampai sejauh ini namun sedikit berdebar mengingat apa yang ada di putaran 20 bukan tidak mungkin masih akan kita tantang di putaran 21. Sedikit mengecewakan semua belum selesai dengan sempurna, tetapi maraton ini tetap berlanjut. Masih ada hal hal seru menunggu di depan sana.

Perpindahan Jalur Lari di Putaran Ini Memang Berat dan Gelap, Namun Pelita yang Kita Nyalakan Bersama Mengubah yang Benar Benar Gelap Menjadi Sedikit Temaram dan Perjumpaan Awal Kita dengan Halang Rintang Renik Bermahkota

Putaran 20 memang salah satu  putaran yang  spesial buat ku karena di awal  putaran ini ku mencoba untuk melanjutkan perjalanan dengan hal yang baru, setelah 3 putaran sebelumnya bersama tim orange yang menjelajah banyak jalur hancur dan tangis sedih orang terbang bersama capung di atas rerumputan kering terbakar, melewati tanah terbolak balik dan terhempas deburan ombak, akhirnya pada putaran 20 ku mencoba peruntungan di jalur yang lain. Jalu ini memang masih terasa gelap dan masih sedikit orang yang ikut berlari bersama namun kucoba langkahkan kaki di jalur ini dan ku pun berpikir akan ada hal yang menarik akan kulalui selanjutnya. 

Di awal putaran ini tanah begitu basah dan banyak genangan yang membangkitkan kenangan di 3 putaran lalu yang biasa berhadapan dengan genangan dan kenangan. Sedikit geregetan dan jengah jemari ini untuk ikut turut terjun bersama teman lama namun tak bisa. Ku sudah di jalur yang berbeda dengan mereka sekarang, meski saat banyak genangan di awal tahun tersebut hati ingin kembali berbicara dan menari namun saya rasa cukup sudah di putaran ini ku perlu belajar lagi hal hal baru. Itu poinnya, banyak hal baru yang harus saya pelajari di awal putaran 20.

Berlari Dalam Gelap Photo by Michael Foster from Pexels

Sedikit demi sedikit ku belajar tentang jalur baru ini, ku coba peruntungan untuk belajar menggunakan sepatu yang berbeda dengan sepatu yang dulu dan tali temali untuk mengencangkannya. Membuat temali itu menjadi sedap dipandang, setiap tetes keringat hembusan angin malam yang mengiringi langkahku belajar ku yakin suatu saat akan ku petik. Ku belajar sambil berlari perlahan ikut melihat bersama orang dari dunia yang berbeda beda walau kadang ada sedikit kerikil yang menusuk sela antara jempol kaki dan jemari lainnya. Ku belajar menulis dengan ikut pelatihan menulis, memang bukan untuk berlari namun  saya rasa itu cukup penting. Ku juga belajar membuat gambar dari angka angka dengan ikut beberapa pelatihan online, tentu tidak sambil berlari, itu semua kulakukan sembari menyeruput secangkir kopi di warung anomali.

Ada beberapa kesempatan ku harus bergeser untuk berbalik sejenak ke jalur yang lama yah untuk melintas sejenak yang tak ku sangka cukup menyakitkan. Keluhan dan jengah kadang memang muncul tetapi ku tau tak bisa berlama lama rasa segan, ragu dan  bercampur lapar  ku langkahkan kaki untuk belajar. Namun raut wajah teman perjalanan yang dulu  ramah dan riang tak kusangka di putaran 20 ini sudah cukup banyak perubahan. Keramahan itu sudah sedikit hilang dan ku kecewa namun yah semua sudah berubah mungkin ada banyak permasalahan yang hinggap, akhirnya perjumpaan itu tidak berlangsung cukup lama. Padahal ingin rasanya untuk mendengar cerita cerita mereka. Ku sadar kecanggungan dan rasa asing itu memang normal terlebih saat kita berpindah jalur dari jalur lama yang banyak memberikan kesan. Rasa sentimentil kita kadang sedikit merapuhkan bahkan pada orang orang yang punya nafas  kuat sekalipun. Hehehe

Kita lanjutkan lagi, beberapa hal terus ku lihat, perhatikan dan pelajari  di sela perjalanan dan istirahat beberapa lembar koran bergambar diagram batang dan kue tart, Jalur jalur sigmoid coba ku coba ukir pada tanah di dekat tempat istirahat sementara kala itu sembari sesekali iseng bertanya kabar dengan teman teman lama. Semua itu kulakukan dengan persisten. Sembari melihat berita tentang halang rintang jauh di timur seberang laut sana yang sesekali ku menulisnya namun bukan tentang halang rintang renik bermahkota itu tetapi pada bagaimana kita tetap menjadi manusia. Yup halang rintang renik bermahkota kala itu masih jauh di seberang lautan, namun ada rekan tim lari maraton saya yang baru yang tiba ke jalur ini kami bersembilan beberapa kali  mengadakan pertemuan untuk men Cari! Beberapa hal yang pantas kami cari!, memetakan dan membuat jaring jaring permasalahan tentang maraton bersama rekan yang sudah lama di jalur ini, pak sanjungan namanya. Beberapa perbaikan jalur gelap kami coba nyalakan sedikit demi sedikit lentera, belum begitu terang namun cukup temaram untuk membimbing langkah kita bukan nya itu hal yang baik bukan hehehe. Soal halangan renik bermahkota itu, jangan ditanya lagi bahkan kini semua telah ada dimana mana ya yah sudah lah mau bagaimana lagi ya itu sudah masa lalu, mahkotanya pun sudah berganti ganti dan kita tidak tahu akan kemana lagi.

Berlari di Dua Jalur, Melelahkan Memang Namun Ada Kalian dan kamu yang Menyemangatkan dan Memberi Harapan

Setelah berkutat di Jakarta ku putuskan untuk kembali ke rumah di Lampung. Banyak perdebatan dan sesekali juga kerikil yang menyayat hati. Lihat tu tetangga si-A sudah bisa beli rumah, lihat tu tetangga si B sudah menikah dan punya anak dan gajinya sekian juta lihat si Z sudah seperti ini. Kenapa kamu tidak seperti A daftar di sini daftar di situ.  Hehehe menyebalkan memang, tapi ya sudahlah walau kadang menusuk sekali dan tak kuat mendengar kata kata menyebalkan seperti itu tetapi ku rasa perjalanan masih panjang dan ku kuatkan saja sembari membaca beberapa buku ringan. Everything is F*cked karya mark manson, Talk to Stranger karya Malcolm Gladwel dan beberapa buku yang sayangnya belum berhasil saya selesaikan seperti buku Leonardo Da Vinci karyanya Walter Isaacson, Data Science for Business karya Foster Provost.

Akhir maret tetiba ada miscall dari “kenalan lama”. Sudah lama ku coba untuk menghubunginya hahaha. Walau awalnya ku kira hanya misscall tetapi, saat itu perbincangan cukup seru. Dan komunikasi dengannya memang cukup sulit si, untuk sekedar berbincang dengan nya sudah bersyukur sekali, hehehe. Biasanya hanya hai apa kabar, hai selamat ulang tahun ya hai selamat A hai selamat B. Setelah sekian lama tak bertegur sapa akhirnya saya bisa lagi berkomunikasi dengan kawan lama, dia baik dan ramah meski terkadang sulit dipahami namun dalam setiap istirahat pekan belakangan ku coba menghubungi untuk bertanya kabar dan mendengar suara khas dan tawa renyahnya sekaligus berdiskusi ringan dan berat untuk mendengar pendapat pendapat yang tak jarang sulit ditebak 1 jam 2 jam dan 4 jam. Ku cukup senang dan bahagia untuk hal itu nice and thank you 🙂 . Oke next, anggap aja ini kisah sudah cukup lah ya ku ceritakan. Ku sediki belepotan kalau harus cerita cerita soal yang macam ini. Ku lanjut cerita ke hal lain kalau begitu.

Photo by Samuel Silitonga from Pexels

Pada akhir juni ku mendapat kesempatan untuk berdiri di dua jalur ku pun terbang ke arah tanah asal leluhurku dulu. Untuk bergeser saat itu cukup rumit, banyak hal yang perlu dipersiapkan dan sangat ketat aturannya. Banyak keraguan ku saat itu. Yang pada waktu biasa melompat kesana hanya butuh waktu satu jam namun karena halang rintang renik bermahkota semua menjadi rumit, dari memperoleh perizinan sampai segala tes harus dijalani. Berbagai protokol dan jalur jalur lewat yang relatif sulit juga harus ditempuh bahkan harus menginap di tempat penginapan di bandara.

Sesampainya di jalur baru ku juga menemukan banyak hal baru dan pemandangan baru walau karena jalurnya memang searah dengan jalur 3 putaran ku yang lalu sesekali ku berpapasan dengan kawan lama dan guru lama, beberapa orang yang memberikan banyak waktu dan banyak ilmu pada ku dulu tetap berlari searah tujuan. Salah satu dari mereka ada Beliau yang sempat berpesan bahwa kita masih satu nafas.  Sedih memang kalau mengenang beliau kini sudah tidak ada. Beberapa pimpinan jalur yang di 3 putaran lalu berlari bersama juga kini sudah menjadi pemimpin kelompok yang lebih besar dan memiliki tempat yang lebih berkilau, Beliau beliau ini saya salut dan segan karena meski di tempat baru yang lebih nyaman beliau beliau ini masih ramah dan bersahaja seperti dulu bahkan sesekali ada yang menghubungi sekedar saling mengingatkan dan bertukar kabar.

Perjalanan terus berlanjut, kakiku sedikit terasa pegal namun ku tau kita tidak boleh menyerah. Pada putaran kali ini ku mendapat  tambahan semangat semangat baru dan harapan baru.  Perjalanan terus bergulir, tak lagi hanya kerikil yang menyertai kadang yang menusuk bak duri dari tumbuhan putri malu dan ilalang yang sekedar menyapa merasuk hingga dua cm ke dalam kulit. Namun yang paling menghalangi diri justru dari dalam diri kita sendiri sebuah perasaan yang sangat sulit untuk menghadapi rasa jenuh, rasa malas, dan rasa ingin menyerah disaat hal sulit terus bergelayut kesana kemari. Memang tak jarang tak mampu kita atasi dengan baik terkadang ku menang melawan namun tak jarang juga ku harus rela mengaku kalah. Ini yang sulit bukan. Karena sulit ku juga harus ku akui ku bahkan sering tidak mengakui hal itu.

Yang Menguatkan di Putaran 20 dan Harapan di Putaran 21 yang Mungkin Sama gelapnya namun Ku yakin Kita Bisa Melalui yang Ini Lagi

Hal yang menguatkan ku di putaran 20  tidak lain karena ku telah berinvestasi pada banyak hal. Bukan bukan investasi pada emas, pada reksa dana, saham atau pada perangkat pendukung saja namun investasi terbesar yang paling memberikan arti paling besar bagiku selama putaran 20 ini adalah investasiku pada diri sendiri pada otakku, pada hatiku dan juga tentunya pada hubungan ku pada yang lain bertegur sapa dan bertanya kabar. Karena semua itu, ditambahkan berbagai macam keberuntungan dan usaha ku boleh anggap putaran 20 ini berhasil kulewati dengan cukup baik. Untuk itu melalui tulisan ini ku ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan berkah dan karunianya selama ini, pada diriku yang tetap bertahan dan tangguh di masa sulit, kepada orang tua kepada teman yang terus mendukung, kepada “Dia” yang menenangkan dan menyenangkan, dan juga kepada para “guru-guru” yang selama ini membimbing setiap jalanku, pada rekan baru yang memberikan banyak pengalaman dan pelajaran berarti dan pada semuanya yang meski sekelebat namun memberikan peran dengan berbagai porsinya. Ku mensyukuri semua itu. Berkat semua hal yang kusebutkan tadi target target ku di putaran 20 ini banyak yang tercapai bahkan terlampaui berlipat lipat. Menyenangkan sekaligus menegangkan.

Menjadi manusia, itu saya rasa akan menjadi kunci kita kedepannya. Bukan hanya manusia yang menginginkan hidup, bernapas dan berkembang biak namun menjadi manusia yang berharap dan berusaha untuk menorehkan arti pada manusia lainnya dan pada segala di sekitarnya. Di putaran 21 ini fokus ku akan tetap berinvestasi pada otak dan hati dan juga pada hubungan, meneruskan hal yang tertunda. Membaca berbagai referensi tentang penyelesaian permasalahan yang terstruktur (Lean Analytics, Six Sigma) dan belajar dalam mengelola data berupa kata lanjutan dari putaran 20 dan juga beberapa literatur lain yang saya temukan nanti. Target 25 buku pada putaran 20 lalu yang hanya berhasil saya selesaikan 7 agaknya sangat nista dan saya berharap di putaran 21 ini saya berhasil menuntaskan 30 buku. Saya juga akan membaca berbagai artikel artikel lucu dari HBR, dan Medium. Oia saya juga berusaha menulis blog setidaknya seminggu sekali ya. Soal hubungan pertemanan dan percintaan saya hanya bisa berusaha lebih konsisten dan persisten saja lalu kemudian serahkan pada yang diatas hehehe. Untuk hal ini perlu ketulusan luar biasa yang perlahan meski sulit perlu kita terus pelajari dan kita terapkan dalam keseharian. Yah sekali kali khilaf tidak apa. Memang hal ini tidak berkaitan terlalu erat dengan perlombaan lari kita namun entah perasaan saya saja namun saya yakin akan bermanfaat di kemudian hari.

Photo by Jeswin Thomas from Pexels

Soal kesehatan sudah sepatutnya ku akan menjaga kebiasaan-kebiasan baik berjogging di setiap minggu, dan makan makananan yang enak macam babi guling es krim, mie ayam hehehe. Terkait karir ada hal yang memang perlu sangat saya perbaiki baik dalam manajemen waktu dan pengelolaan mood saat bekerja agar lebih produktif, saya akan mulai mengetatkan dan menyehatkan jadwal kegiatan saya. Dan terkait finansial yang dulunya saya berharap meningkat 10 kali lipat dibandingkan putaran 19 ternyata secara mengejutkan berhasil tercapai. Yang saya harapkan pada putaran 21 ini akan saya bukan coba sepuluh kali lipat lagi namun lebih dari itu ku ingin menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan. Lebih banyak berinvestasi pada hal hal yang berguna dan bermakna sembari meningkatkan dan berjaga jaga agar tidak terjebak pada orientasi pada uang yang berlebihan dan saya rasa itu jelek sekali dan merusak kesenangan kita dalam bekerja. 

Itu saja yang kuharapkan di putaran 21. Saya rasa tulisan ini sudah terlampau panjang dan mengarah tidak tahu jundrungannya. Rencana ini memang masih sangat abstrak dan belum terperinci, saya sadar hal itu. Namun saya rasa berlayar tanpa peta akan mengasyikkan. #mungkin.

Selamat tahun baru semua. Mari kita berlari lagi, dan lalui semua ini bersama, mungkin berat di depan sana namun tidak ada salahnya kita untuk tetap berharap.

Yah, memang akhirnya putaran ini berhasil kita lalui bersama, namun kita pun mengetahui kalau tidak sedikit  yang kurang beruntung hingga mereka tidak mampu mencapai titik ini. Mereka yang kita kenal yang berbicara diskusi dan bercengkerama mungkin tidak akan lagi bisa melanjutkan marathon ini menuju putaran 21 22 dan putaran putaran selanjutnya. Namun ku tersadar ini bukanlah sekedar perlombaan maraton. Ada berbagai tongkat mimpi yang saling kita pertukarkan antara pelari satu dan pelari lain. Ada tongkat harapan yang kita bagi antara pelari satu dan pelari yang lain.  Ada pula tongkat berbalut tetes keringat, tangis bahkan darah yang kita genggam bersama untuk membawa perjalanan kita berarti bagi pelari berikutnya. Maraton putaran kali ini memang cukup berat. Namun bukan berarti tidak ada harapan sama sekali, tidak ada mimpi yang bisa digapai tidak ada pertolongan yang bisa diharapkan. Dalam putaran ini kita diajarkan bersama tidak berbatas pada bersama dalam jarak. Namun lebih dari itu, kebersamaan memiliki artian yang lebih luas, kita punya satu nafas, kita punya satu arah. Tetap bersama mari kita bersama berlari melanjutkan hal yang telah kita rintis di putaran putaran terdahulu bersama pelari yang dahulu untuk menyongsong jalur dan senyum yang baru. Dengan begitu kita akan tetap menjadi manusia. 

NB:

Feature Photo by Jeswin Thomas from Pexels

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading