Hari pendidikan nasional 2 Mei
Hari Pendidikan Nasional kita rayakan setiap Tanggal 02 Mei yang ditetapkan sejak tahun 1959 melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959. Hari Pendidikan Nasional merupakan sebuah hari yang didedikasikan untuk mengenang jasa Bapak Pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara karena kiprah dan jasa beliau dalam mendirikan dan mengembangkan Sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau dilahirkan dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, sebagai salah satu keluarga dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Nama Ki Hajar Dewantara baru disematkan pada beliau pada saat beliau berumur 40 tahun. Selain Sekolah Taman Siswanya, Ki Hajar Dewantara juga terkenal dengan suatu semboyan[/drop_cap]
Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. – Ki Hajar Dewantara-
Jika kita artikan secara bebas, semboyan itu kurang lebih berarti “Dari depan memberikan teladan, Dari tengah memberikan prakarsa atau ide, Dan dari belakang memberi dorongan dan arahan”. Semboyan ini mengambarkan kepada kita secara jelas prioritas apa yang harus diemban seseorang pada setiap “fase posisi” mereka. Saya lebih nyaman menuliskan sebagai “fase posisi” dibandingkan “posisi” dikarenakan semboyan ini bukanlah suatu semboyan yang dapat diambil dan diterapkan secara sebagian melainkan harus keseluruhan.
Semboyan sang Maestro Pendidikan kini
Sayangnya, semboyan sang maestro pendidikan, Ki Hajar Dewantara tersebut kini hanya bersisa sebagai “Tut Wuri handayani saja yang berarti dari belakang memberi dorongan dan arahan #saja. Sedangkan prioritas pada fase posisi lainnya baik saat di atas maupun di tengah sudah jarang sekali kita (atau setidaknya saya) lihat diterapkan dalam keseharian baik oleh Guru, Atasan, atau bahkan diri kita sendiri baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Hal itu dapat dilihat dari jamaknya kita menemukan dan menghadapi Atasan ataupun Guru yang hanya memberikan dorongan dan arahan saja dengan cara memberi tugas, memberikan pekerjaan atau bahkan memberikan perintah. Mereka/Kita yang seperti ini biasanya jarang memberikan sikap memberikan prakarsa/ide (Ing Madya Mangun Karsa) maupun sebuah sikap memberikan tauladan (Ing Ngarsa Sung Tulada). Alhasil, terkadang muncullah generasi pekerja dan juga pelajar yang kurang antusias serta kurang respect terhadap atasan atau juga gurunya. Sayangnya, kesalahan tersebut sering kali dilimpahkan kepada pekerja dan juga tentunya pelajar, sehingga saat ini sering bermunculan istilah Kids Jaman Now kurang ajar, Kids Jaman Now tidak tau sopan santun, Kids Jaman Now pemalas dan berbagai persepsi jelek lainnya. Padahal, jika kita renungkan lagi lebih mendalam kejelekan kejelekan tersebut tidak secara absolut merupakan kesalahan dari pelajar ataupun pekerja. Kemungkinan kesalahan tersebut dipicu oleh kesalahan guru dan atasan selalu ada, mungkin saja seorang guru ataupun atasan sedikit lupa untuk menerapkan kedua frasa dalam semboyan Bapak Pendidikan kita. yakni frasa “Ing Ngarsa Sung Tulada serta Ing Madya Mangun Karsa”. #whoknows?
Selamat Hari Pendidikan,
Salam hangat dari saya
Dewa Putu AM