Pada tulisan ini, saya akan coba bermimpi sejenak dan membebaskan semua angan saya jauh ke masa depan. Ini tentang Manajemen bencana pada masyarakat 5.0 atau dalam bahasa inggris disebut sebagai Society 5.0. Konsep tentang masyarakat 5.0 ini pertama kali di sampaikan oleh Shinzo Abe di pameran CeBIT, Hannover Jerman pada Maret 2017. Konsep ini juga di deskripsikan oleh pemerintah jepang secara keren dalam website Nya di link ini. Secara sederhana Imadudin Muhammad menjelaskan di tulisannya pada link ini, tentang masyarakat 5.0 yang merupakan konsep yang menggambarkan fase evolusi masyarakat yang sudah mengoptimalkan penggunaan artificial intelligence (AI), robotics, big data, dan drones. Masyarakat 5.0 merupakan suatu konsep masyarakat pada jaman industri 4.0 (yang agaknya sudah banyak sekali orang yang latah menggunakan istilah ini termasuk saya hehehe), Society 5.0 merupakan sistem masyarakatnya sedangkan industri 4.0 adalah platformnya.
Mungkin cukup di situ saja cuap-cuap saya terkait gambaran umum Masyarakat 5.0. Saya akan mulai merekonstruksi apa yang saya bayangkan tentang manajemen bencana pada masyarakat 5.0 yang tentunya tidak terlalu jauh dari Artificial Intelligence (AI), robotics, big data, dan drones dan mungkin akan lebih tepat bila saya sertakan pula IOT, AR/VR, . Oh ia, tulisan ini diilhami dari beberapa pengalaman yang saya dapat selama 2 tahun berkecimpung di bidang bencana, buku bacaan saya The Great Shifting karya Rhenald Kasali, yang telah saya ulas pada tulisan sebelumnya, Buku Army of None karya Paul Sharre dan tentunya dari berita-berita terkait society 5.0.
Profil Risiko Bencana per objek maupun personal secara Real Time
Mengenali dan memahami risiko merupakan dasar dan permulaan dari suatu manajemen bencana. Manajemen bencana sulit berjalan dengan baik tanpa didahului oleh pemahaman risiko bencana. Pemahaman terkait risiko bencana di Indonesia saat ini telah difasilitasi dengan adanya aplikasi InaRISK yang dikembangkan oleh BNPB. Dalam aplikasi tersebut baik web maupun aplikasi berbasis Android dan IOS, kita dapat melihat ancaman bencana apa saja yang ada di sekitar kita. Ini menurut saya merupakan aplikasi yang sudah bagus. Namun karena di sini kita sedang membahas masyarakat 5.0 tentunya pemahaman risiko bencana akan lebih berkembang lagi dengan adanya pemanfaatan teknologi Big Data, AI dan IOT. Berikut ini beberapa gambaran pemahaman risiko bencana kita bila ketiga teknologi tersebut sudah dapat di optimalkan.
- Kita memahami Ancaman di sekitar kita secara real time: Penerapan IOT tentunya tidak hanya menjadi rumah kita semakin pintar, Penerapan IOT pada kebencanaan memberikan akses pada kita untuk mengetahui dan memberikan peringatan akan kejadian-kejadian bencana yang dapat mengancam keselamatan kita secara realtime. Jika hal ini sudah diterapkan, tentunya blunder tentang tsunami atau hanya gelombang pasang biasa kecil kemungkinan akan terjadi lagi. Sensor, radar, CCTV dan citra yang terus memonitor kejadian-kejadian di CCTV sekitar kita, dan dengan adanya AI akan mengidentifikasi kejadian mana yang membahayakan dan mana yang masih dalam batasan aman. Jika ada suatu kejadian yang dirasa membahayakan, maka AI akan dengan segera menginformasikan manajer bencana dan masyarakat sekitar untuk melakukan aksi. Semua data dan informasi dari sensor, radar dan C tentunya memiliki jumlah besar, bervariasi tinggi dan arus transfer datanya sangat cepat, di sinilah teknologi big data dan AI kembali mengambil peran untuk memanajemen dan menganalisis data tersebut untuk menilai dan mengoreksi tingkat ancaman wilayah secara real time.
- Kita memahami kerentanan dan kapasitas kita terhadap bencana secara real time: Big Data yang diambil dari berbagai jejak digital yang ditinggalkan masing-masing orang baik dari pencariannya di mesin pencari (google dan Bing); aktivitas media sosial (tulisan, foto dan video) yang dibagikan di klik, like, retweet; pergerakan yang di ambil dari GPS smartphone dan juga aktivitas ekonomi yang dilakukan akan dianalisis oleh AI dan dihasilkan sebuah pola dan karakter masing-masing orang yang kemudian digunakan untuk menilai kerentanan dan kapasitas kita terhadap bencana secara real time. Ada sedikit kekurangan dalam konsep ini khususnya dari segi privasi, untuk mengakalinya tentunya perlu adanya suatu komitmen untuk menjaga data yang dikumpulkan dan dianalisis tidak bocor dari perangkat dan akun masing-masing orang, dan hanya informasi akhir saja yang dapat diterima oleh pemerintah dan pihak lain contohnya tingkat risiko masing-masing warga, dan informasi berdasarkan agregat kewilayahan.
- Kita memahami profil risiko kita masing-masing secara real time inilah hasil akhir dari dua poin di atas. Setelah tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas bencana baik personal maupun dengan agregasi tertentu dapat dinilai secara real time, maka profil risiko pun akan dapat di nilai secara real time. Profil risiko tidak hanya memberikan angka-angka yang menggambarkan tingkat risiko suatu orang, objek atau wilayah terhadap bencana namun lebih dari itu, dengan data yang berlimpah yang telah dianalisis oleh AI tersebut, para manajer bencana akan diberikan informasi lengkap terkait karakter masing-masing korban agar pelayanan terhadap korban lebih sesuai dengan karakternya dan kemudian meningkatkan peluang keberhasilan penanganannya. Sebagai gambaran saat ini, dengan bantuan AI, kita sebenarnya diberikan informasi dan iklan yang disesuaikan dengan karakter dan kecenderungan kita. Hal ini dipelajari oleh AI dari informasi jejak digital yang kita tinggalkan dalam situs mesin pencari dan juga media sosial kita. Sekarang kita bayangkan informasi tersebut digunakan untuk memberikan gambaran terkait profil risiko kita, maka dengan otomatis, dengan perlahan informasi terkait kebencanaan dan beberapa ilmu dasar kesiapsiagaannya disisipkan dalam media sosial kita dan disesuaikan dengan ancaman, kerentanan, karakter dan tendensi kita. Dari informasi tersebut, pendidikan bencana pun dapat lebih disesuaikan dengan umur dan karakter masing-masing personal.
Membantu Peningkatan Kinerja para Manajer dan Pegiat Kebencanaan
Ketersediaan data dan informasi yang cepat dan tepat merupakan suatu kunci dalam manajemen bencana pada masyarakat 5.0. Ketersediaan informasi terkait profil risiko bencana pada setiap agregasi masyarakat, dari personal ke desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara hingga masyarakat internasional dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pembuatan kebijakan, kesepakatan dan peraturan dalam manajemen bencana yang sesuai dengan karakter dan profil risiko bencana untuk masing-masing entitas yang akan ditangani. Peran AI, IOT dan BIG data di sini tidak hanya terbatas pada penyediaan bahan-bahan awal penyusunan kebijakan dan lain lainnya itu. Peran ketiga teknologi tersebut juga akan terlihat pada implementasinya.
Setelah pemerintah, manajer bencana dan pegiat bencana menyepakati kebijakan dan aturan baru dalam manajemen bencana, maka AI akan memasukkan kebijakan atau aturan tersebut dalam protokolnya. Misalkan terdapat peraturan baru terkait tata ruang daerah pesisir untuk mengurangi risiko tsunami yang menyatakan dilarang membuat bangunan yang tidak memiliki standard aman dari tsunami. Saat kontraktor mengurus perijinan, AI mulai menilai apakah bangunan yang akan dibangun oleh kontraktor tersebut sesuai dengan peraturan terbaru yang ada, jika tidak sesuai maka permohonan ijin akan di tolak.
Selain berperan dalam implementasi kebijakan, AI juga berperan dalam Implementasi rencana kontijensi yang telah di buat. AI di sini berperan untuk memastikan dan mengingatkan peran masing-masing stakeholder dan juga mengumpulkan data dan informasi kegiatan penanganan bencana untuk kemudian memberikan kembali informasi terkait status terkini dari penanganan bencana yang sedang dilakukan. AI akan mengidentifikasi hal esensial yang terlewat dan juga melakukan mengajukan saran untuk mendukung penyusunan langkah strategis aksi penanganan bencana yang perlu dilakukan para pegiat bencana.
Terkait penilaian situasi ketika bencana, AI secara otomatis akan mengakses semua informasi citra, radar, sensor, hingga jejak digital terkait wilayah dan masyarakat terdampak. Berdasarkan informasi tersebut AI akan memberikan gambaran umum terkait cakupan dampak dan tingkat keparahan masing-masing wilayah. Untuk melengkapi informasi tersebut AI mengirimkan tiga jenis drone yang satu berupa drone yang terbang melayang 24/7 untuk menyediakan koneksi internet dan saluran komunikasi, drone tipe kedua berupa drone observasi yang secara mandiri bergerak untuk mengakuisisi informasi visual daerah terdampak dan drone tipe ketiga berupa swarm drone yang terdiri dari jutaan drone kecil bergerak secara komunal dan berpencar mencari korban berdasarkan informasi dari drone observasi dan jejak digital para korban. Swarm drone berukuran sangat kecil sehingga dapat mengakses celah kecil reruntuhan bangunan. Masing-masing unit dari swarm drone memiliki sensor untuk memonitoring kondisi para korban, setelah menemukan korban, swarm drone akan melekat, memeriksa kondisi korban dan memberikan informasi lokasi maupun kondisi tersebut kepada pusat komando.
Pos Komando dibantu dengan AI akan melakukan analisis prioritas penyelamatan korban berdasarkan tingkat urgensi dan tingkat kesuksesan penyelamatannya agar jumlah korban yang berhasil diselamatkan semakin banyak dan cepat. Selain ke pos komando untuk keperluan penyelamatan, swarm drone juga mengirimkan informasi tersebut kepada masing-masing klaster baik klaster kesehatan untuk menyiapkan perlengkapan kesehatan (peralatan operasi dan obat-obatan) yang dibutuhkan, perlindungan pengungsi untuk menyiapkan tenda-tenda dan makanan.
Lengan robot digerakkan untuk membantu mengangkat reruntuhan sembari terus memantau kondisi para korban yang telah tertempel swarm drone. AI akan mengidentifikasi korban yang membutuhkan waktu lama dalam evakuasi dan kemudian mengirimkan drone logistik dan obat awal yang secara langsung dikirimkan kepada korban-korban tersebut.
Kondisi para korban akan dilaporkan pada para manajer bencana yang kemudian dikirimkan langsung pada masing-masing keluarganya. Keluarga yang merasa salah satu anggota keluarganya hilang kontak dapat menghubungi AI untuk kemudian mencocokkan identitas mereka (baik secara tertulis maupun biologis (DNA, pupil mata dan sidik jari) dengan korban-korban yang ditemukan swarm drone.
Saya rasa tulisan ini sudah terlalu panjang, dan jika lebih panjang lagi akan menjadi tidak bagus. Untuk itu tulisan ini saya potong sampai sini dulu dan akan berlanjut pada tulisan Manajemen Bencana Pada Masyarakat 5.0 bagian ke 2
Sekian dari saya, semoga angan-angan ini suatu saat dapat terwujud, sampai jumpa di tulisan bagian ke 2 dan Salam hangat dari Saya
Dewa Putu AM