Berawal dari Suatu Keresahan
Ide tulisan ini terinspirasi dari keresahannya rekan kerja saya yang mempertanyakan “apakah peta-peta yang mereka buat selama ini benar dipakai dalam manajemen bencana khususnya saat operasi penanganan darurat bencana. Sesaat saya berpikir sepertinya sih peta-peta yang selama ini di buat sudah digunakan dalam operasi penanganan darurat bencana. Meskipun saat ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk dasar penentuan kebijakan maupun aksi, namun perlahan-lahan saya rasa pemanfaatannya akan semakin intens dan lebih optimal #semoga.
Saya (kanan) lagi diberi penjelasan oleh Bapak Deputi Pencegahan dan kesiapsiagaan BNPB saat bertugas di Pos Pendamping Nasional Sulteng
Pemanfaatan Informasi Geospasial yang dalam hal ini peta cetak (statis) maupun peta dinamis dalam operasi penanggulangan bencana masih minim. Mayoritas pemanfaatan informasi tersebut masih pada hal-hal yang bersifat kosmetik baik untuk salah satu lampiran dalam laporan atau background dalam infografis. Kalaupun ada pemanfaatannya lainnya lebih pada salah satu media pembantu untuk menyatakan eksistensi suatu objek dan lokasi objek tersebut. Pemanfaatan informasi geospasial yang seperti itu saya rasa belum begitu optimal, dan tentunya masih bisa lebih dimanfaatkan lagi beberapa potensi lainnya. Pada tulisan saya kali ini saya akan berbagi sedikit tentang cara mengekstraksi informasi Geospasial secara minimalis namun cukup efektif.
Cara Interpretasi Informasi Geospasial Secara Minimalis
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah “bagaimana kita mengoptimalkan interpretasi dan pemanfaatan informasi geospasial yang telah susah payah dibuat oleh rekan rekan tim GIS kita hehehe :). Susah lo untuk sekedar membuat peta, dari mulai clearing data mentah, mempersiapkan data agar map-able, belum lagi jika harus melakukan prosedur spasial analisis lebih lanjut, dan juga tidak juga mudah melayout peta agar informasi dapat jelas terliahat dan mudah dipahami. seperti menyesap kopi yang ada seninya agar rasa dan aroma lebih terhayati dalam semua indra kita, ada seninya juga dalam menginterpretasi sebuah peta. Agar suatu informasi geospasial dapat kita interpretasi secara optimal ada beberapa unsur yang setidaknya kita jadikan acuan. Keenam unsur yang dapat dijadikan acuan itu meliputi warna, bentuk, pola, asosiasi, komparasi, interaksi, kecenderungan keruangan dan waktu serta proses. Untuk mencoba interpretasi kan peta akan saya tunjukan salah satu peta yang saya buat, diambil dari data milik BMKG tentang kejadian gempa dan patahan, serta data dari disdukcapil tentang penduduk. Beberapa informasi tersebut saya masuan kedalam peta di bawah.
Peta Kejadian Gempa 2018 dan Jumlah Penduduk Indonesia (untuk lebih jelas kunjungi link ini)
Berikut ini adalah langkah langkah dalam interpretasi sebuah peta yang menurut saya dapat mempermudah dalam interpretasi sebuah peta:
- Judul Peta: Sebelum menginterpretasi suatu peta tentunya kita perlu melihat dahulu judul nya untuk mengetahui gambaran umum sementara tentang maksud dibuat peta tersebut. Dalam peta yang saya tampilkan di atas adalah Peta Kejadian Gempa 2018 dan Jumlah Penduduk Indonesia yang tentunya akan menggambarkan lokasi kejadian gempa di Indonesia selama tahun 2018 dan disertai pula informasi jumlah penduduk per Provinsi di daerah tersebut. Agar tampak warna warnanya kalian dapat zoom peta dengan menggunakan tombol “+” pada peta.
-
Waktu pembuatan untuk memastikan informasi yang terkandung di dalam peta tersebut masih sesuai dan masih mampu memuaskan tujuan kita dalam melihat peta tersebut.
-
Mulai menginterpretasi setelah melihat judul, waktu pembuatan dan tentunya menyesuaikan nya dengan apa yang menjadi tujuan kita, kita baru dapat melakukan interpretasi peta ataupun informasi geospasial lainnya. Memasitikan tujuan kita dapat terpenuhi dan sesuai adalah hal yang perlu sebelum menginterpretasi sebuah peta. Berikut ini unsur unsur yang perlu kita perhatikan dalam interpretasi sebuah peta. Unsur unsur yang saya sebutkan dibawah tidak semuanya dapat diinterpretasi secara terpisah khususnya karena untuk unsur asosiasi, komparasi dan interaksi merupakan suatu kesatuan yang jarang dapat dipisahkan saat dilakukan interpretasi sedangkan warna, bentuk dan pola merupakan unsur dasar dalam interpretasi.
-
Warna & Bentuk: Unsur ini merupakan unsur yang paling mudah dilihat dan orang kebanyakan akan menginterpretasi unsur ini terlebih dulu atau bahkan justru hanya melihat dan memperhatikan unsur tanpa memperhatikan unsur lainnya. Unsur ini biasanya dilihat untuk menjawab pertanyaan Apa dan Dimana. Tidak terlalu sulit untuk menginterpretasi unsur ini karena semua informasi telah tersurat pada legenda peta.
-
Pola : Ada tiga pola utama yang dapat dibentuk objek-objek dalam peta. Pola pola tersebut antara lain pola acak, pola berkelompok dan pola terstruktur. Pola acak adalah pola sebaran suatu objek yang merata ke seluruh bidang tanpa aturan khusus. Pola berkelompok adalah pola dimana masing masing objek membentuk klaster/kelompok sehingga objek objek akan berdekatan dengan sesama anggota kelompoknya namun relatif jauh antar kelompok. Pola ketiga adalah pola terstruktur, pola ini dibentuk oleh objek objek yang mengikuti struktur tertentu.
-
Asosiasi, Komparasi dan Interaksi: Untuk mengetahui Asosiasi, Komparasi serta Interaksi antar objek dalam suatu peta diperlukan pemahaman khusus dan mendalam. Pemahaman tentang karakter objek-objek tersebut ditambah dengan informasi terkait warna, bentuk dan pola sebaran spasial membantu kita dalam mengkaji bagaimana komparasi (perbandingan) dan asosiasi (hubungan) antar objek. Berdasarkan informasi komparasi dan asosiasi antar objek, maka dapat di gambarkan bagaimana interaksi antar objek. Pada tahap ini memang sedikit butuh usaha dan pengetahuan dasar terkait topik yang dipetakan sehingga terkadang beberapa interpreter hanya menginterpretasi pada membandingkan apakah suatu objek memiliki karakter yang berbanding terbalik terhadap objek lainnya atau sebanding dan melihat hubungan antar objek apakah keberadaan objek tertentu akan membuat objek lainnya juga ada disekitarnya atau hubungan lainnya. Interaksi antar objek baru dapat kita pahami bilamana asosiasi dan komparasi masing masing objek telah dipahami sebelumnya.
-
Kecenderungan keruangan dan Waktu: Terkadang peta hasil kajian maupun hasil modeling merupakan data spasial yang memeiliki kecenderungan tertentu terhadap ruang dan waktu. Kecenderungan yang dimaksud disini lebih kepada reaksi perubahan nilai atau karakter objek ketika terjadi aksi pada objek lainnya baik secara keruangan maupun waktu.
-
Proses: Proses saya masukan pada unsur terakhir dalam interpretasi karena bagian inilah yang saya rasa paling sulit dan paling membutuhkan pemahaman tentang topik yang divisualisasikan dalam peta. Bila tahapan ini telah kita lalui maka kita dapat memahami fenomena yang digambarkan dalam peta bahkan melalui pemahaman proses yang ada juga kita dapat memberikan prediksi awal tentang apa apa saja yang akan terjadi di kemudian hari dan bagaimana memintervensi fenomena tersebut untuk keperluan keperluan tertentu.
-
Saya rasa itu saja yang dapat saya bagikan pada tulisan ini, saya baru tersadar topik ini sepertinya memang sulit untuk diringkas dalam satu tulisan saja. Jika saya ringkas dalam bentuk satu tulisan jadinya kurang begitu dalam dan sedikit membingungkan ya hehehe (sorry). Pada tulisan berikutnya mungkin akan saya tuliskan lebih detail dan spesifik dan juga sepertinya seru menulis tentang cara cara pembuatan peta seperti yang saya berikan pada tulisan ini.
Salam hangat,
Dewa Putu AM
Total
0
Shares