Paradigma Berpikir “Analisis” dan “Sintesis”

Pergeseran Paradigma, bagi sebagian orang frasa ini tentunya akan sering berseliweran di telinga kita. Contohnya di bidang penanggulangan bencana (PB), banyak yang bilang PB di negara kita saat ini sedang mengalami pergeseran paradigma dari yang sebelumnya banyak terfokus pada respons tanggap darurat bencana saat ini lebih memfokuskan diri pada pencegahan (sumber). Gagasan dengan tema Manajemen…


Pergeseran Paradigma, bagi sebagian orang frasa ini tentunya akan sering berseliweran di telinga kita. Contohnya di bidang penanggulangan bencana (PB), banyak yang bilang PB di negara kita saat ini sedang mengalami pergeseran paradigma dari yang sebelumnya banyak terfokus pada respons tanggap darurat bencana saat ini lebih memfokuskan diri pada pencegahan (sumber).

Gagasan dengan tema Manajemen Bencana tersebut mungkin awam bagi sebagian orang, namun yang ingin saya soroti justru bukan pada ide “perubahan paradigma” tersebut. Saya lebih tertarik pada kata di balik “Paradigma”. Menurut saya pemahaman kita tentang kata ini dapat membuka pemahaman kita tentang bagaimana kita memandang dunia kita sesungguhnya.

Sebuah Fondasi yang Membentuk Cara Kita Melihat Dunia

Photo by Pixabay from Pexels

Saya mendapati gagasan ini kira-kira tiga tahun yang lalu. Saat saya sedang mencoba mempelajari tentang “Berpikir Sistem” dan menemukan sebuah video YouTube. Saya yang dulu seorang analis baru tersadar bahwa apa yang saya jalani hingga saat itu hanya satu sisi saja dari kerangka besar pikiran kita dalam memahami suatu hal. Agak rumit ya penjelasan saya. Ada maksud tersembunyi yang membuat saya sengaja menebalkan kata analis pada kalimat sebelumnya. Oke kita mulai diskusi kita sekarang.

Sebelum membahas lebih lanjut, saya rasa kita perlu melihat definisi dari Paradigma. Berikut ini adalah pengertian dari kata “Paradigma” menurut KBBI.

paradigma/pa·ra·dig·ma/ n 1 Ling daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut; 2 model dalam teori ilmu pengetahuan; 3 kerangka berpikir

Paradigma merupakan sebuah “kerangka pikir” yang mendasari cara kita melihat dunia. Ada dua paradigma mendasar yang dikenal dalam sains yaitu “Analisis” dan “Sintesis”. Menurut saya, dua paradigma ini menjadi kerangka dasar kita saat mencoba memahami dan menyelesaikan permasalahan. Bukan hanya permasalahan di dunia profesional melainkan juga permasalahan-permasalahan umum yang kita temukan di keseharian.

Analisis dan Sintesis

Analisis adalah sebuah kerangka pikir untuk membongkar dan menguraikan “sesuatu” menjadi komponen-komponen penyusunnya dalam usaha untuk mendapatkan pemahaman dari suatu hal atau permasalahan. Ide utama dari analisis adalah “menguraikan”. Dalam dunia profesional kata analisis ini sering digunakan untuk merujuk pada suatu “usaha untuk memahami” sesuatu.

Sintesis adalah kerangka berpikir yang berlawan arah dengan analisis. Alih-alih menguraikan sesuatu hal menjadi komponen penyusunya. Sintesis justru berusaha mendapat pemahaman terhadap suatu hal melalui konteks “hubungannya” dengan keseluruhan bagian dalam sistem tersebut.

Permainan catur, menjadi salah satu analogi yang menurut saya menarik bila kita ingin memahami tentang analisis dan sintesis dengan sederhana #sepertinya. (Photo by Lars Mai from Pexels)

Kita coba melakukan analisis pada permainan catur. Kita ingat kata kuncinya adalah mengurai pada komponen penyusunnya. Dalam Permainan catur kita memiliki 6 jenis biji/buah catur dengan fungsi dan pola gerakan yang berbeda beda. Bila kita membuat analisis berdasarkan pola gerakan yang dapat dilakukan pada masing-masing buah catur, maka didapatkan Raja yang bergerak satu petak ke segala arah, Kuda yang bergerak membentuk huruf “L” hingga pion yang hanya bisa bergerak satu atau dua kotak ke depan saja. Proses mendapatkan pemahaman dengan cara menguraikan komponen penyusun yang seperti ini bisa disebut sebagai Analisis.

Namun, ada kelemahan dalam pengimplementasian paradigma ini. Penguraian memanglah mempermudah kita dalam memahami suatu hal atau permasalahan. Namun, paradigma tersebut akan kurang memberikan manfaatnya ketika antar komponen tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan kuat. Konteks hubungan antar komponen yang menjadi pusat perhatian kita untuk membangun sebuah pemahaman.

Mari kita kembali pada analogi kita sebelumnya. Jika kita hanya menggunakan “analisis”, catur hanyalah kumpulan dari biji-biji catur saja ada yang bermahkota (raja), berbentuk kuda, dan bentuk-bentuk lainnya. Tanpa ada hubungan saling menyerang dengan aturan khusus dalam sebuah papan permainan, catur belum dapat dikatakan sebagai permainan (hanya sekedar karya seni saja hehe). Namun saat dimainkan dengan aturan main tertentu, setiap pergerakan anak catur akan berdampak pada situasi permainan yang mengharuskan direspons dengan pergerakan dari lawannya.

Dari sedikit penjelasan di atas, terlihat bahwa paradigma “analisis” saja belum cukup untuk memahami sebuah permainan catur secara utuh. Untuk memahaminya, kita perlu memperhatikan interaksi dari setiap anak catur. Kita perlu memahami pola saling keterhubungan (interkoneksi) dan saling mempengaruhinya setiap anak catur, untuk itu dibutuhkan paradigma yang fokus pada hal-hal tersebut yang dalam hal ini adalah Sintesis.

Pergeseran Paradigma Atau Perluasan Paradigma?

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Saat berkenalan dengan kedua konsep paradigma (Analisis dan Sintesis), saya melihat bahwa ada sesuatu yang kurang dalam penyematan status “analis” pada kebanyakan bidang kerja. Status analis yang disematkan tersebut berarti orang tersebut memiliki tugas untuk menganalisis (mengurai) permasalahan-permasalahan yang muncul di setiap bidang mereka. Masalah-masalah yang besar akan diurai menjadi komponen kecil permasalahan yang diharapkan lebih masuk akal untuk diselesaikan.

Seperti dalam permainan catur, sudah kita paham bahwa mengurai saja tidaklah cukup untuk permasalahan yang komponen-komponennya saling terhubung, mempengaruhi dan bergantung. Sayangnya banyak dari permasalahan-permasalahan yang kita temui memiliki karakter yang saling terhubung tersebut. Jarang sekali kita temui masalah yang dapat diurai menjadi komponen yang tidak saling berhubungan. Dalam situasi inilah paradigma sintesis akan mengambil peran.

Itu saja yang bisa saya bagikan pada tulisan ini. Saya sadari bahwa masih banyak yang harus saya lakukan untuk lebih memahami apa itu analisis dan apa itu sintesis. Hal ini menurut saya sangat penting bagi saya agar kekepannya lebih bisa mengoptimalkan kedua paradigma tersebut dalam menghadapi permasalahan yang saya temui sekarang dan ke depan baik di dunia profesional saya maupun dalam keseharian. Ini bukanlah tentang pergeseran paradigma, saya lebih nyaman untuk menyebut perluasan fokus paradigma dari yang sebelumnya kita cenderung menganalisis sekarang semestinya kita mulai mencoba untuk menyintesis.

Salam dari saya,

Dewa Putu A.M.

Feature Photo by Pixabay from Pexels


Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewaputuam

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading