Dalam beberapa hari belakangan ini, ada banyak sekali hal yang membebani pikiran saya. Dari hal remeh temeh memilih makanan dan beberapa cedera akibat kesalahan saat menekuni hobi lari saya, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan yang sesederhana rutinitas membaca dokumen yang sedang saya fokuskan hingga permasalahan sekompleks drama yang lama terpendam kemudian berujung pada hal yang tidak diinginkan.
Kesulitan untuk Memahaminya Secara Utuh
Jujur, saya bukanlah orang yang dengan mudah memahami berbagai permasalahan kompleks dan bukan juga seorang yang pintar mencari penyelesaiannya secara cepat. Saya masih membutuhkan waktu cukup lama untuk menyerap semua informasi yang bertubi tubi datang dan baru kemudian dapat mencapai kesimpulan bahwa situasi saat ini sudah tidak sama lagi.

Perlahan Saya mencoba memahami apa yang sedang terjadi sedikit demi sedikit letupan emosi keluar begitu saja. Namun percayalah sebesar itu pula Ku coba menahan agar segala macam yang keluar dari saya yang ada dalam jangkauan kendali saya dapat sedikit mungkin menyakitkan orang-orang yang memang telah lama berbaik hati kepada Saya.
Slain lambatnya proses pemahaman saya, saya pun juga harus mengakui bahwa sekuat apa pun kita mencoba kita tidak akan mencapai pemahaman yang utuh, karena kita akan terbentur pada sudut sempit kerangka berpikir kita yang memang sebatas pada segala pengalaman kita, dan hal-hal yang menurut kita penting, yang belum tentu dari kedua hal itu saja kita akan serupa.
Dari sinilah adalah sangat mungkin bila suatu masalah yang kita anggap sederhana akan terlihat dan dirasakan berat bagi orang lain dengan kerangka berpikir dan pengalaman yang berbeda dengan kita. Oleh karena itu kegagalan kita memahami konteks besar yang orang lain pikirkan adalah sebuah kemungkinan yang tidak mengherankan.
Pembelajaran Bukan Kenapa tetapi Bagaimana
Setelah saya berpikir beberapa hari, saya mulai memahami bahwa apa yang menjadi penyebab semua ini bukan lagi menjadi hal yang penting untuk dipikirkan dan berlarut dibahas. Memang kita tidak dapat lari dari masalah masalah yang telah terjadi tetapi kita juga tidak boleh begitu saja mengabaikan berbagai pencapaian yang sudah membawa kita di posisi sekarang. Untuk mencapai semua itu bukan hal yang mudah dan bukan pula dengan pengorbanan yang sedikit.
Refleksi ini kemudian menyadarkan saya untuk memisahkan mana yang benar benar tujuan saya dan mana yang hanya sebuah alat untuk mencapai tujuan itu. Dalam sebuah perjalanan ada kalanya kita bersama dalam sebuah kendaraan yang sama seprti dalam sebuah bus yang membawa “kita” dalam jumlah besar atau sejenak kita harus berjalan sendiri untuk kemudian berpindah ke kendaraan lain. Tidak semua penumpang bus memiliki tujuan yang sama bukan. Ada yang akan turun di tengah jalan, ada pula yang turun di stasiun akhir lalu kemudian kita semua akan berpisah berganti pada kendaraan masing masing yang akan mengantarkan kita pada tujuan kita berikutnya.
Di penghujung tahun ini saya merasakan bahwa sementara saya perlu berjalan sendiri dahulu sambil duduk sebentar dalam sebuah warung untuk beristirahat sebentar sambil bertanya tanya dan belajar pada pemilik warung di terminal kecil ini. Untuk mencapai tujuan saya yang sejauh itu memang sepertinya akan berkali kali juga melakukan hal seperti ini.
Yah, ini sebenarnya sama seperti biasanya ya, saat dulu saya masih perlu berpindah pindah kendaraan saat saya ingin menuju suatu tempat. Bukankah dahulu saya sudah biasa untuk tidur nyenyak di lantai depan supermarket, di kurisi penjual nasi padang di pelabuhan, bukankan saya sudah biasa bertegur sapa dengan berbagai orang asing yang saya temui. Ada yang baik dan kadang ada juga yang mencoba mengambil sedikit keuntungan.

Sama seperti sebelumnya saya sepertinya memang akan berhenti sebentar, mencoba beristirahat sejenak kemudian mulai mencari kamar mandi terdekat untuk mandi dan kembali mempersiapkan diri berjuang lagi dan menumpang bus lain, bertemu orang baru lagi dan kembali memulai hal baru, karena tujuanku masih sangat panjang dan banyak hal menarik di depan sana yang saya tau akan memberikan berlebih lebih banyak lagi pelajaran bagi saya.
Ini bukan lagi tentang kenapa saya disini, bukan lagi tentang kenapa saya menulis tulisan penuh dengan analogi seperti ini. Sayangnya harus kuakui analogi ini tidak sepenuhnya analogi, karena perjuangan yang dilalui terkadang harus dilalui se eksplisit itu.
Tulisan ini tentang bagaimana saya telah dan akan kembali berjuang untuk apa yang penting bagi saya. Panjang perjalanan saya lengkap dengan jatuh bangunnya akan sangat disayangkan bila saya serahkan pada satu terminal ini saja. Dan terpenting adalah tujuan yang ingin saya tuju bukan sekedar di sini saja, ada hal besar yang sedang saya coba untuk saya perjuangkan untuk diwujudkan, untuk itu semua tentu akan saya lakukan.
Terimakasih teman berjuang yang sudah berjuang bersama saya selama ini, kalian tetap luar biasa saat itu. Dan bilamana kali ini kalian sudah tidak bersama lagi bukan karena kalian tidak baik, kalian tetap sangat luar biasa saat saat itu hanya saja tujuan dan arah perjalanan kita sudah tidak sama lagi.
Terimakasih 🙂
Leave a Reply