Ku membuat tulisan ini sembari memandangi langit langit dalam kamar kosan 4×4 meter. Jemari menari di atas papan ketik, tidak tahu dan tidak tentu akan menulis apa, biarlah, kubiarkan ini semua terjadi. Sudah sekian lama mungkin ia menjerit dipaksa untuk menulis, dan menari untuk sesuatu hal yang lebih serius dari biasa biasanya. Mungkin ini dapat saya anggap sebagai sedikit dari sekian banyak arti dari kemerdekaan. Kemerdekaan untuk menjadikan jari jemari di atas papan ketik mengutarakan hal hal yang ingin diungkapkan tidak perlu mengikuti aturan aturan baku yang ada, tidak mengikuti arahan yang ada, tidak memerlukan tujuan yang spesifik. Meski tentunya hasilnya tidak akan seserius itu, namun setidaknya beberapa menit yang berharga ini kubiarkan jemari ini merdeka untuk menulis.
Kadang memang kebahagiaan akan kemerdekaan sesederhana itu saja, tidak lebih dan tidak kurang, hanya pada kemerdekaan spesifik, entah itu menulis, membaca, berlari, berteriak atau hanya sekedar menghempaskan tubuh ke atas kasur, dan kemudian melekat dan dan bukan hanya untuk yang sesaat #taat. Terlalu dipaksakan ya, hahaha, tak apa, ini kemerdekaan menulis apa yang diinginkan oleh jemari ini untuk tertulis maka akan tertulislah.
Saya tidak begitu paham dan mengerti apa yang akan dihasilkan tulisan ini namun ini terus mengalir tanpa perlu penjelasan sedikitpun. Tanpa perlu ada keraguan sedikitpun, hanya menulis apa yang ingin diungkap saja. Mari kita berbicara tentang hari ini, bukan sesuatu yang spesial namun hanya ingin bicara tentang hari ini saja, tidak lebih namun juga tidak begitu kurang. Apa itu kemerdekaan dimata kalian?
Apa itu kebebasan?
Setiap orang bukan tidak mungkin atau malah bisa dikatakan sangat normal bila memiliki definisinya sendiri sendiri. Entah itu kemerdekaan dari sesuatu hal fisis, suatu esensi yang terjelaskan oleh kelima indra kita seperti ujaran yang tertangkap oleh indra pendengar, gerakan yang tertangkap oleh indra pendengar, sentuhan yang tertangkap oleh indra perasa, rasa asin, manis, pedas yang tertangkap oleh indera pengecap, bahkan kentut yang menusuk langsung tak terbendung ke relung hidung. Maaf saya terlalu frontal menyebutkan kentut, karena saya kurang begitu tau kebebasan seperti apa yang dapat terasa oleh indra penciuman kita selain kentut. Oia, mungkin kita bisa menggantikan sebagai kebebasan untuk memilih harum atau bau ? mungkin itu sedikit lebih enak terlihat di mata dan terbaca pikiran teman teman. Itu semua kemerdekan dari suatu hal fisis yang terjelaskan oleh apa yang ditangkap oleh kelima indra kita.
Ada bentuk/esensi yang tentunya tidak boleh kita lupakan untuk dimerdekan. suatu esensi yang layak pula kita merdeka kan. Esensi ini tidak dapat kita rasakan dan tangkap melalui kelima indra kita, sebuah esensi yang sangat halus. Ia tak mampu terkekang dan terjajah oleh apapun di luar dari diri kita. Yah, hanya diri kita lah yang dapat dan sayangnya sangat sering mengengkang dan menjajah esensi ini. “Pikiran kita” dan “Perasa kita”.
Kapan terakhir kali kita memerdekakan kedua hal itu?
Merdeka itu apa, kawan, apakah hanya sekedar pada kebebasan untuk bertindak dan melakukan apapun yang ingin kita lakukan. Apa hanya sesederhana itu saja yang diperjuangkan oleh para pahlawan kita sampai mereka rela mengorbankan jiwa dan raga mereka? Hanya seperti itukah. Atau kemerdekaan itu memiliki arti yang lebih luas lagi, memiliki arti yang juga merdeka tanpa terbatas oleh arti yang sempit dan mengengkang.
Dirgahayu yang ke 75 Negeriku —-:Indonesia:—-
(Dewa Putu AM, 17 Agustus 2020)
Disclaimer
Feature Photo by Bayu jefri from Pexels