Sebuah biografi biasanya menggambarkan masa masa lalu seorang tokoh dari perjalanan meniti karirnya yang penuh dengan dilema hingga kemudian sukses. Dari buku buku tersebut kita akan diajarkan kegigihan dan keunikan kerangka berpikir para tokoh dalam menghadapi permasalahan permasalahan yang “saat itu” ia temui. Hal yang membuat saya suka membaca buku buku emacam ini adalah berbagai nilai nilai yang menurut saya lebih relevan dan membumi karena dileatkan pada tokoh yang memang menganut nilai tersebut dikehidupannya dan bukan hanya sesuatu konsep yang masih abstrak.
Buku ini menawarkan formula yang berbeda dari biografi kebanyakan, tidak hanya menceritakan “sejarah” yang telah lalu sang CEO, buku ini justru menceritakan pembentukan kerangka berpikir sang CEO yang membawanya pada keputusan keputusan lalu dan juga memberikan gambaran tujuan gerak Microsoft kedepannya. Ini bukanlah buku biografi biasa namun lebih pada catatan harian sang CEO yang jalan ceritanya masih berlanjut hingga saat ini.
Generik namun masih menarik di Awal, Cerita awal mula perjalanan seorang Nandella
Kisah Nandella diawali dengan kecintaannya akan olah raga Kriket. Seperti negara negara persemakmuran Inggris pada umumnya mencintai olahraga kriket, India adalh salah satunya. Olah raga kriket merupakan passion terbesar Nandella selain kecintaannya pada komputer. Ia sempat menjadi anggota tim kriket sekolahnya dan mengikuti berbagai pertandingan hingga level nasional. Dari permainan kriket inilah Nandela muda mendapatkan prinsip-prinsip terkait membangun tim dan kepemimpinan yang hingga saat ini terus ia pegang dan juga saat ia memegang status sebagai CEO Nicrosoft.
- Prinsip pertama adalah bersaing dengan penuh semangat dan gairah
- Prinsip kedua, seorang pemain jagoan yang tak menomorsatukan tim akan menghancurkan seluruh tim tersebut
- Prinsip yang paling penting dari kesemua itu adalah “Pemimpin harus tahu kapan saatnya turun tangan dan kapan membangun kepercayaan diri seseorang atau satu tim.
Kerja sama tim adalah hal yang wajib selalu dijaga oleh setiap organisasi bahkan untuk organisasi yang berbasis tekhnologi seperti Microsoft. Dalam kerja sama tersebut juga perlu melibatkan empati dari para anggotanya untuk memberikan nyawa dan jiwa pada produk produk yang dihasilkan. Menurut Nandella, Tekhnologi tak lebih dari kumpulan jiwa para pembuatnya. Ketika para pesaing mendefinisikan produk mereka sebagai mobile, Microsoft justru mendefinisikan sebagai mobilitas pengalaman manusia. Mereka fokus mendefinisikan diri tidak hanya sekedar alat yang mobile (bisa dibawa kemana mana) namun lebih dari itu dengan produk-produk merekalah pengalaman pengalaman manusia akan termobilisasi.
Melalui buku ini, Mereka mengakui kesalahan, kelengahan dan berujung pada kekalahan Microsoft pada pergeseran tekhnologi yang belakangan ini terjadi. Namun mereka tidak akan kalah lagi kali ini
Microsoft telah kalah dalam menyikapi perubahan tekhnologi yang terjadi belakangan ini khususnya ketika Aple dan Android membawa komputer pada setiap genggaman tangan manusia menyebabkan visi untuk menyediakan komputer pada setiap meja menjadi visi yang tidak lagi relevan. Budaya saling bersaing diperusahaan disertai budaya budaya kurang baik yang berkembang membuat jiwa jiwa ingin berubah dan menjadikan Microsoft berjaya kembali bergejolak di banyak karyawan namun tertekan dan tidak bisa berbuat apa apa. Saat Nandella memimpin sedikit demi sedikit Microsoft berubah dan mulai kembali menunjukan taringnya.
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana Microsoft dengan serius mengembangkan produk produk mereka dan pertaruhan besar pada tekhnologi tekhnologi inti seperti Komputasi Awan, Kecerdasan Buatan, dan juga komputer quantum. Menariknya buku ini juga membahas kegelisahan kegelisahan yang dialami oleh Nandela saat bertemu pemimpin pemimpin negara-negara tidak hanya negara maju namun juga berkembang yang menginginkan andil besar dari tekhnologi untuk kemajuan bangsa. Negara negara berkembang cenderung ingin mendirikan Sillicon Valley dengan meminta para perusahaan tekhnologi besar membuka kantor cabang di negara mereka. Nandela menilai hal itu bukanlah solusi yang tepat.
Menurut Nandella suatu negara yang ingin mengembangkan negara mereka justru perlu menggali potensi potensi lokal yang ada dan memperbesar intensitas penggunaan tekhnologi tekhnologi terbaru yang ada maka perkembangan akan menjadi jauh lebih baik dan optimal. Pemberdayaan sumberdaya lokal akan jauh lebih baik dan optimal dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan unik yang ada di suatu negara. Untuk mengejar potensi penuh tekhnologi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan inovasi lokal.
(Pendidikan+Inovasi)*Intensitas Pemanfaatan Tekhnologi= Pertumbuhan Ekonomi.
Seperti yang disampaikan oleh Profesor Comin, Anda tak perlu menemukan roda, tetapi anda harus cepat mengadopsinya karena “Masyarakat yang cepat memanfaatkan alat baru kemungkinan besar akan lebih produktif”
Kunci perubahan budaya adalah pemberdayaan individu. Kadang kita meremehkan apa yang dapat kita kerjakan sendirian untuk mewujudkannya, dan terlalu berlebihan menilai apa yang harus dilakukan orang lain untuk kita.
Satya Nandella
Secara umum buku ini menurut saya sangat bagus dan menari. Penceritaannya dan permasalahan permasalahan yang dibahas dibuku ini masih relevan untuk menggambarkan apa yang saat ini sedang terjadi dan akan kemana Microsoft di masa yang akan datang. Permasalahn permasalah etis khususnya saat pembahasan terkait privasi, dan kaitan antara AI dan ketersediaan pekerjaan dibahas secara menarik dari buku ini.
- Sumber Foto Cover Time