[Buku] The Leader Who had No Title “Seni Memimpin Tanpa Jabatan” karya Robin Sharman

Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit mengulas tentang buku menarik yang baru saja saya baca. Sebuah buku dengan judul yang bagi saya, terlihat agak kurang santai dan berkesan seperti pola pola pikir penuh dengan angan dan rasa optimis akan diri sendiri yang berlebih. Itu adalah pandangan awal saya terhadap judul dan design buku karya…


Buku Seni memimpin tanpa jabatan karya Robin Sharman memberikan kita pengalaman baru akan sebuah buku pengembangan diri yang cukup renyah dan mudah dibaca. Jauh lebih penting dari pada itu buku ini pula mengingatkan kita agar kita tidak terjebak dalam 10 penyesalan manusia, apa itu? silahkan baca buku ini hehehe (Sumber ilustrasi: Young On Top)

Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit mengulas tentang buku menarik yang baru saja saya baca. Sebuah buku dengan judul yang bagi saya, terlihat agak kurang santai dan berkesan seperti pola pola pikir penuh dengan angan dan rasa optimis akan diri sendiri yang berlebih. Itu adalah pandangan awal saya terhadap judul dan design buku karya Robin Sharman. satu satunya hal yang membuat saya tertarik untuk membaca buku ini adalah latarbelakang penulis yang merupakan konsultan kepemimpinan di berbagai perusahaan besar seperti Microsoft, GE, Nike, FedEx dan IBM.

Dari latarbelakang yang demikian kece menurut saya dan masuk kategori best seller international, akhirnya saya menilai buku ini layak saya baca dan berharap akan menemukan banyak poin menarik di buku ini. Meski cara saya memilih buku yang seperti ini berkesan sedikit nista tapi nyatanya saya jarang kecewa dengan buku-buku yang saya pilih dengan cara seperti ini hehehe.

Buku karya Robin Sharman tidak mengecewakan saya, buku ini secara garis besar menyajikan cara dan nilai yang unik untuk sebuah buku pengembangan diri. Saat membaca buku ini kita akan sedikit dijauhkan dari kesan buku panduan yang membosankan, dan membaca buku ini berasa seperti membaca novel dengan alur cerita yang cukup enak diikuti.

Kita tidak diberikan kisah kisah sukses seseorang yang saat ini sudah sukses tapi kita diajak bergerak justru dari sebuah kisah seorang penjaga toko buku yang biasa saja

Sosok pemimpin bagi sebagian besar orang selalu diidentikan pada “Pemimpin” yang diangkat serta dilekatkan pada jabatan tertentu. Hal inilah yang kemudian membawa kita pada berbagai pemikiran yang menyesatkan (Sumber ilustrasi: Varoun Baga)

Seperti yang saya utarakan sebelumnya, buku ini disampaikan bak sebuah novel dengan alur cerita yang cukup menarik. Melalui buku ini kita akan dibawa pada sebuah kisah seorang penjaga toko buku bernama Blake yang sedang berada dikondisi yang mungkin sedang dialami bagi sebagian orang saat ini. Kondisi sudah tidak ada gairah dan hanya bekerja sekena dan alakadarnya saja. Entah karena kecewa, ataupun sidah tidak bisa mengharapkan apa apalagi (eeee malah curhat hehehe). Dan kemudian suatu hari, blake dipertemukan dengan seorang rekan kerja nyentrik, dengan gaya berpakaian yang isa dikatakan ajaib bernama Tommy.

Di balik keajaiban dan kenyentrikan rekan kerjanya tersebut ternyata ada sesuatu fakta yang tidak dapat dianggap biasa. Dialah seseorang yang selalu menyandang karyawan terbaik di perusahaan pertokoan buku tersebut selama bertahun tahun dengan hadiah liburan ke berbagai tempat berkali kali. Dia juga sudah berkali kali diajukan untuk menjadi pimpinan di perusahaan tersebut namun berkali kali pula ia tolak. Dari segi materi pria itu juga sudah masuk kategori yang tidak berkekurangan sama sekali. Dan pria tersebut ternyata teman dari almarhum ayahnya blake. Sebuah cerita yang begitu klise dan sering kita temukan di novel novel ya hehehhe.

Dari pertemuan ini kemudian dimulailah perbincangan dan petualangan Blake dan Tommy untuk menyelami dunia kepemimpinan tanpa jabatan yang selama ini dijalani oleh Tommy dan membawanya ke kesuksesan seperti ini. Ada suatu ide menarik dalam perbincangan pertama mereka berdua yang membuat saya sexikit tersadar meski sebelumnya dalam beberaa buku menyebutkan bahwa dirikita tidak begitu spesial namun dalam buku ini kita juga diajarkan diri kitq pun tidak begitu tidak spesial. Kita lah satu satunya yang bisa menjadi diri kita sebaik baiknya. Di umur yang singkat manusia (960 bulan) akan sangat disayangkan bila kita tidak bekerja secara maksimal mengeluarkan segala apa yang ada dan diberikan Tuhan pada kita.

“Apa yang lebih sempurna dari pada melihat dunia yang “sedikit membaik” karena keberadaan dan perbuatan kita selama ini.”

Robin Sharman

Di beberapa buku menyebutkan kita bukanlah orang yang begitu spesial jadi tidak perlu terlalu dipikirkan dan terhanyut dalam penyesalan bila kita melakukan kesalahan. Kebanyakan dari kita bukan orang spesial yang dapat menyelamatkan dan memberikan pengaruh serta perubahan besar pada dunia. Ini adalah pola pikir yang menurut saya benar dan realistis namun benar pula kalau kita memang tidak begitu tidak spesial sehingga meskipun sedikit, kita sebenarnya bisa membuat dunia lebih baik dengan kerja kita.

Para Guru nyentrik yang mengajarkan kita secara perlahan tentang tidak hanya menjadi pemimpin tanpa jabatan, tetapi bagaimana menjadi kita yang seutuhnya

Bagi sebagian orang, mendengarkan hanyalah menunggu orang lain selesai berbicara agar mereka dapat menjawab dengan ucapan yang dipersiapkan, Dan pemimpin sejati mengambil peluang langkanya hal tersebut untuk tetap “Mendengar” (Sumber ilustrasi Keegan Everitt from Pexels )

Tommy kemudian membawa Blake mengunjungi keempat guru yang membuat dirinya menjadi pemimpin tanpa jabatan seperti sekarang. Keempat guru tersebut menurut saya sangat unik dan berkarakter hingga memberikan pada kita gambaran yang lebih menarik tentang apa apa saja yang sedang mereka bahas. Unik kata itu yang pertama kali terucap, ketika membaca karakter para guru di buku ini. Masing masing guru tersebut juga mengajarkan beberapa nilai penting terkait topik tersebut dalam satu singkatan.

  1. Seorang pelayan hotel bintang 5 yang menyampaikan bahwa [highlight]”Kita tidak butuh jabatan untuk memimpin” [/highlight] . Aturan dasar dalam topik ini dirangkum dalam singkatan “IMAGE” (Inovation, Mastery, Authenticity, Guts dan Ethics). Kutipan penting yang menurut saya paling menarik adalah “Tak ada pemimpin hebat mencapai tangga tertinggi dengan berpegang erat pada alasan berdasar rasa takut. Korban selalu punya alasan, sampai mati. Dan, secara umum, orang yang ahli mengarang alasan biasanya tidak mahir melakukan yang lain.
  2. Seorang pemain ski profesional yang menyampaikan [highlight] masa masa bergejolak membentuk pemimpin hebat [/highlight] . Sebagai pemain sekaligus pelatih ski profesional tentu sangat familiar dengan konsep konsep seperti ini, dalam bermain ski akan sangat sulit bila dilakukan di tempat landai (tidak ada tantangan sama sekali). Banyak konsep menarik di bab ini. Lima aturan penting untuk sebagai respon dan memanfaatkan masa masa bergejolak dirangkum dalam kata SPARK (Speak wit candor, Prioritize, Adversity breeds opportunity, Respond versus react, Kudos to everyone). qoutes yang menurut saya paling menarik dari bagian ini adalah “Kau dapat berbicara dengan terbuka dan mengungkap semua yang perlu kau sampaikan pada siapapun selama kau menggunakan bahasa yang pantas dan menjaga harga diri pendengarnya.” Qoute ini saya rasa sangat sesuai dengan beberapa polemik yang kita hadapi saat ini, terkadang kita lalai dalam hal menjaga harga diri pendengar atau orang yang sedanh kita bicarakan dan dengan pongahnya berkata ini hanya sebuah kritik yang mau tidak mau akan selalu ada.
  3. Seorang tukang kebun yang mantan CEO perusahaan besar menyampaikan topik [highlight] “Semakin dalam hubunganmu, semakin kuat kepemimpinan mu” [/highlight]. Lima aturan yang terangkum dalam topik ini adalah “HUMAN” (Helpfulnes, Understanding, Mingle, Amuse dan NUrture). Quote yang menurut saya paling mengesankan dan mengena adalah “Bagi sebagian orang, mendengarkan hanyalah menunggu orang lain selesai berbicara agar mereka dapat menjawab dengan ucapan yang dipersiapkan.”
  4. Seorang tukang pijat refleksi yang legendaris dan menjadi langganan para pembesar untuk merefresh tubuh mereka. Dari guru ini kita akan diajak untuk belajar [highlight]”Untuk menjadi pemimpin besar, Jadilah orang besar terlebih dahulu.” [/highlight]. Lima aturan dasar untuk mencapai hal tersebut adalah “SHINE” (See clearly, Health is wealth, Inspiration matters, Neglect not your family, Elevate your lifestyle). Quote yang menurut saya paling menarik adalah “Orang orang sebenarnya mendapat masalah ketika semua yang mereka miliki menjadi landasan siapa diri mereka dan identitas mereka di dunia. Karena jika mereka kehilangan semua itu, mereka juga kehilangan diri mereka sendiri”

Dari keempat guru tersebut dengan berbagai narasi dan latar belakang yang mereka miliki kita akan dihadapkan suatu drama yang menarik untuk diikuti perkembangannya, meskipun memang tidak se intens ketegangan seperti saat kita membaca buku bukunya Dan Brown. Namun Robin Sharman telah menunjukan kualitasnya sebagai konsultan kepemimpinan perusahaan perusahaan besar.

Namun sama halnya dengan buku buku terjemahan kebanyakan, buku inipun seakan sedikit hilang ruhnya khususnya saat joke joke diberikan antar karakter dan juga beberapa istilah menjadi kurang memberikan suasana sebenarnya yang diinginkan penulis aslinya sehingga makna dan nilai yang diberikan penulis sulit tercerna secara maksimal. Hal ini beberapa kali saya temukan dalam tulisan khususnya pada saat para tokoh memberikan singkatan singkatan yang saat di alih bahasakan menjadi canggung dan sedikit aneh.

Featured image by Mica Asato from Pexels


Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewaputuam

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading