Dalam beberapa minggu terakhir publik seolah “dikagetkan” oleh pemberitaan tentang Binary Option, sebuah platform judi berkedok investasi. Kejadian ini menyita perhatian banyak dari kita (termasuk saya) karena pusaran isu tersebut berhasil menyeret beberapa nama besar yang selama ini kita kenal sering melakukan Flexing. Kata Flexing juga kemudian menjadi buah pembicaraan banyak orang, dan jujur saja saya baru mengetahui adanya istilah itu beberapa minggu ini berbarengan dengan permasalahan mengenai Binari Option tersebut.
Cerita tentang penipuan keuangan saya rasa sudah sering kita dengar atau bahkan beberapa dari kita pernah mengalaminya dari cerita tentang multi level marketing (Skema Ponzi), investasi bodong hingga yang remeh temeh seperti sms mama minta pulsa, hadiah ratusan juta yang entah dari mana dan tentunya termasuk cerita sedang ramai saat ini Binari Option yang dikompor kompori dengan budaya Flexing dari beberapa afiliatornya.
Terlepas dari salah atau benarnya para afiliator saat memamerkan harta benda untuk memancing para calon korban yang menurut saya keputusan tetaplah ada di tangan para korban tersebut apakah ia kemudian terhasut menuruti hawa nafsunya itu tidak bisa dipungkiri tanggung jawab mereka juga. Namun sayangnya hal ini tidak sesederhana itu, beberapa dari kita mungkin terheran heran melihat ada beberapa orang yang bisa terbuai dengan hal semacam itu. Namun “No One is Crazy“, semua orang memiliki kerangka berpikir dan melihat yang berbeda beda tergantung dari pengalaman personal mereka mengenai uang. Apa yang kita anggap gila bukan tidak mungkin akan sangat masuk akal bagi orang lain, begitu juga sebaliknya apa yang kita anggap biasa dan masuk akal bisa jadi dianggap gila oleh sebagian orang. Gagasan inilah mengawali Buku “The Psychology of Money karya Morgan Housel yang diterbitkan pada akhir tahun 2020.
Hal Paling Baik yang Bisa Uang Belikan
Buku The Psychology of Money saya beli dalam bentuk eBooks melalui platform Google Playbook. Saya tertarik untuk membeli buku ini karena banyak youtuber dan tiktoker yang merekomendasikan buku ini untuk dibaca karena “katanya” banyak gagasan bagus yang disampaikan. Yup ternyata rekomendasi ini benar dan bisa saya anggap buku ini adalah hal terbaik yang bisa saya beli dengan uang :).
Pada dasarnya buku karya Morgan Housel merupakan yang tidak terlalu tebal yakni hanya 206 halaman saja. Cara penyampaiannya pun cukup mudah untuk dipahami oleh orang yang tidak ada latar belakang pendidikan terkait finansial seperti saya. Bahasa yang digunakan cukup umum dan gagasan-gagasan yang disampaikan sering memberikan aha momen saat dibaca. Salah satunya pada bab 7 tentang “Freedom” yang memberikan kita gambaran tentang apa yang bisa kita beli dengan uang.
“The ability to do what you want, when you want, with who you want, for as long as you want, is priceless. It is the highest dividend money pays.”
Morgan Housel – The Psychology of Money
Dalam artian dangkalnya, hal tertinggi yang bisa kita dapatkan dengan menukarkan uang kita adalah “Kebebasan”. Sebuah kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan, kapan pun, dengan siapa pun, dan selama apa pun. Saya suka gagasan tersebut, beberapa kali kita temui akan banyak pilihan akan terbuka saat kita memiliki uang sesederhana pilihan tempat makan. Yah, bagi saya pilihan tempat makan inilah yang terbaik dapat uang berikan. Saat kita merasa uang kita kurang, kita tentunya akan berpikir berkali kali hanya sekedar untuk masuk ke dalam tempat makan. Kita berpikir dan khawatir kalau-kalau uang kita ternyata tidak cukup untuk membayar makanan yang ada di sana.
Penilaian Umum Tentang Buku
Ada banyak gagasan menarik lainnya yang saya temukan saat saya membaca buku ini yang sayangnya akan sangat panjang bila harus saya sebutkan satu per satu di dalam tulisan saat ini. Salah satu gagasan yang kemudian saya bahas dalam bentuk tulisan adalah tentang compounding yang saya tulis dalam artikel dalam posting ini.
Hal yang paling saya sukai dari penulis adalah cara pandang beliau saat membawakan cerita di dalam buku ini yang menurut saya realistis. Dalam buku ini tidak terlalu optimistik, tidak pula mengambil posisi yang pesimis. Bahkan dalam bab “Seduction of Pessimism” sang penulis berhasil memberikan saya tamparan yang selama ini tampaknya cenderung terlalu pesimis dan menganggap pesimis itu keren, intelek dan kritis.
Mungkin sebagai akhir dari tulisan ini saya ingin sedikit menyimpulkan tentang buku ini dari persepsi saya. Secara umum saya suka dengan buku ini, bahkan saya dengan senang hati memberikan nilai 5 bintang, sebuah angka yang sempurna dan cukup jarang saya berikan pada sebuah buku yang saya baca. Saya merekomendasikan teman-teman untuk membaca buku ini, akan banyak gagasan yang bisa kita temukan di sini dan setidaknya bisa memberikan kita sedikit pemahaman tentang “psikologi kita terhadap uang” dan harapannya kita dapat lebih bijak lagi saat mencari, menyimpan dan menggunakan uang.
Feature Photo by Karolina Grabowska from Pexels