“Compounding” dan Teori Zaman Es?

423
0
person putting coin in a piggy bank

Ada gagasan menarik yang saya dapati ketika saya membaca sebuah buku karya Morgan Housel yang berjudul “The Psychology of Money”. Seperti yang saya utarakan sebelumnya dalam judul, gagasan ini tentang compounding yang biasa kita dengar atau baca mengenai “mendapatkan Cuan” dengan teori zaman es. Pertama kali saya membaca bagian ini, saya menduga tulisan ini akan mengarah pada konsep bola salju yang menggulung terus semakin lama semakin besar. Konsep itulah yang sering kali saya dengar ketika seseorang menjelaskan tentang konsep compounding ini yang dalam bahasa sederhananya biasa disebut “bunga berbunga”.

Tetapi ternyata dugaan saya salah. Di awal ia menjelaskan bahwa “Sering kali pembelajaran dalam suatu bidang/topik dapat mengajarkan kita sesuatu yang penting tentang suatu bidang/topik lain meskipun tidak berkaitan”. Dari awal kalimat ini saya mulai curiga. Dan benar saja, alih-alih menjelaskan hal membosankan seperti bola salju yang bergulung entah dari mana, Morgan Housel justru membawa kita pada sebuah Theory Milutin Milankovitch. Untuk menjelaskan tentang konsep Compounding ini. Sebuah teori yang pernah diajarkan kepada saya saat belajar Klimatologi di IPB dahulu.

Teori ini pada dasarnya Berusaha menjelaskan kenapa Zaman Es di Bumi terjadi Berulang Kali

Milutin Milankovitch merupakan seorang ilmuan asal Serbia yang mengajukan hipotesis tentang Perubahan pola posisi relatif antara Bumi dan Matahari dalam jangka panjang merupakan fenomena yang mengendalikan iklim jangka panjang juga memicu awal dan berakhirnya jaman es di Planet Bumi (Sumber). Perubahan posisi tersebut berlangsung dalam siklus berulang. Dalam kajiannya, perubahan pola posisi dan gerak dapat mengakibatkan variasi jumlah radiasi sinar matahari yang diterima oleh wilayah yang ada dalam lintang tinggi mencapai 25%.

Ada tiga siklus perubahan posisi dan pergerakan Bumi terhadap Matahari yang dikenal sebagai Siklus Milankovitch. Ketiganya adalah:

  • Eccentricity (Eksentrisitas): penyimpangan orbit bila dibandingkan dengan lingkaran sempurna. Orbit bumi berubah dari orbit paling lonjong ke lingkaran paling sempurnanya setiap 100.000 tahun.
  • Obliquity: Sudut kemiringan rotasi bumi dari 22.1 derajat hingga 24.5 derajat untuk satu kali siklusnya selama 41.000 tahun.
  • Precession: Perubahan kecondongan bumi dari kutub utara mengarah pada Polaris hingga kutub utara mengarah pada Vega setiap 26.000 tahun

Untuk lebih memahami seperti apa bentukan dari ketiga siklus Milankovitch tersebut lihat gambar berikut.

Tiga siklus dalam Teori Milankovitch (Sumber Gambar: Skeptical Science)

Untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam Mengenai Teori Milankovitch (jika tertarik) mungkin teman -teman dapat membaca artikel pada link ini. Atau dapat juga mencari sumber referensi lainnya. Pada mulanya, siklus perubahan posisi relatif Bumi dan Matahari ini dianggap menyebabkan Musim Dingin yang pekat hingga mengubah bumi menjadi es. Namun kemudian muncul sebuah gagasan brilian dari Meteorologis Rusia bernama Wladimir Koppen yang menggali lebih dalam teori Milankovitch ini.

Justru musim panas yang agak dingin, bukan musim dingin yang keras yang menjadi penyebab terjadinya jaman es. Musim panas yang agak dingin ini kemudian tidak mampu mencairkan es pada musim dingin sebelumnya yang menyebabkan sisa-sisa es. Sisa es ini kemudian menyebabkan besarnya radiasi matahari yang seharusnya diserap karena ada lapisan es ini kemudian sebagian dipantulkan. Sehingga pada musim berikutnya semakin tidak cukup panas untuk mencairkan es. Kondisi demikian terus berakumulasi pada musim dingin selanjutnya dan berulang terus sehingga terjadi penurunan suhu dan menimbulkan zaman es.

Tidak perlu “hal” luar biasa untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa

Photo by Pixabay from Pexels

Poin inilah yang kemudian diutarakan oleh Morgan Housel. Dari teori jaman es, yang diajukan tersebut kita melihat bahwa perubahan kecil secara terus menerus dapat menjadi sesuatu hal yang besar. Es yang tidak habis mencair terus terakumulasi dalam waktu yang lama menjadikan bumi masuk ke dalam zaman es.

Dari sini kita belajar bahwa perubahan kecil itu berarti. Usaha yang kecil tersebut dapat menjadi bahan bakar yang membantu memicu perubahan berikutnya dan semakin lama dari perubahan kecil tersebut akan terakumulasi menjadi sebuah perubahan yang besar.

“You Don’t need tremendous force to create tremendous result. If Something Compound, little growth serves as the fuel for future growth”

Morgan Housel

Semua butuh waktu, begitu pula dalam hal investasi. Warren Buffett dapat menghasilkan kekayaan yang sedemikian banyak seperti sekarang tidak hanya karena dia seorang investor yang hebat namun karena ia menjadi investor hebat bahkan sejak ia di umur yang sangat muda. Buffet telah serius berinvestasi sejak ia berumur 10 tahun. hingga kemudian saat ia di umur 30 tahun dia mendapat penghasilan bersih sebesar 1 juta dolar atau sekitar 9.3 juta dolar bila disesuaikan dengan inflasi yang sudah terjadi saat ini.

Ngeri sih saat saya membaca di bagian ini. jadi terbayang saat umur begitu saya masih kelas 5 SD dan masih main hujan-hujanan dan masih hobi memancing. Tapi menurut saya tidak apa-apa, setidaknya saat itu kita semua senang,nyaman dan sehat hahahaha.

Tetapi setidaknya kita tahu konsep compounding ini, entah itu dalam keuangan atau bidang lainnya saya rasa konsep ini masih relevan di mana usaha kecil-kecil yang rutin dan berlangsung lama akan terakumulasi menjadi besar baik itu yang bersifat positif dan sayangnya juga dalam hal yang negatif. Semua itu merupakan pilihan kita ya sepertinya mau pilih hal baik yang kita akumulasi atau justru hal yang buruk.

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
1
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading