Musim Hujan 2019 dan Bencana

172
0

Musim Hujan 2019 dan Bencana. Dari judul yang saya pilih, bisa dilihat bahwa pada tulisan kali ini saya akan membahas suatu issu yang sedang seksi-seksinya dibahas penghujung tahun 2018 hingga awal tahun 2019. Dari kalangan muda hingga tua, cebong hingga kampret, dari orang orang yang expert dibidangnya hingga orang yang masih polos banyak membahas hal ini. Bencana dan manajemennya semakin populer di bicarakan oleh masyarakat Indonesia sejak kejadian kejadian bencana besar yang secara terus menerus terjadi dari Gempa Lombok, Gempa Sulawesi Tengah, Tsunami Selat Sunda hingga yang terbaru adalah tanah Longsor di Cisolok.

Dampak dari bencana bencana seperti gempa Bumi dan Tsunami bahkan saat ini kita di kenalkan bencana yang bernama likuifaksi memanglah besar, namun secara teori bencana bencana seperti ini memiliki periode ulang yang sangat panjang atau dengan kata lain kejadian bencana bencana tersebut sebenarnya langka. Kecuali memang kejadian gempa bumi yang jika kita amati sebenarnya terjadi setiap hari di Indonesia. Saya menyebut “kejadian gempa” secara sengaja agar membedakan gempa yang hanya sebuah kejadian dan gempa yang telah berubah menjadi bencana. Kedua hal itu adalah istilah yang berbeda, yang satu hanya sekilas lalu, sedangkan bencana itu yang memberikan dampak signifikan bagi kehidupan, penghidupan dan hidup kita sebagai manusia. Jadi meski “kejadian gempa” sering terjadi namun kejadian “bencana gempa” seperti Lombok dan Palu adalah kejadian yang langka (dan mudah mudahan akan seperti itu, itu harapan kita semua bukan?).

Dominasi Bencana Hidrometeorologi dan Dampaknya

Ada suatu fakta yang menarik, terlepas dari jumlah kejadian gempa yang sudah seperti jadwal belajar anak SMA (sering banget) namun seperti yang saya sebut sebelumnya itu hanya kejadian biasa dan alami dan belum menjadi bencana dan sebenarnya bencana yang paling sering terjadi hingga mendominasi kejadian Bencana di Indonesia adalah Bencana Hidrometeorologi yakni sekitar 90% dari total keseluruhan kejadian Bencana (ini menurut catatan BNPB).

Longsor Cisolok

Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang terjadi karena dipicu oleh faktor faktor hidrometeorologi. Bencana-bencana yang masuk kedalam komplotan bencana hidrometeorologi antara lain (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, dan kebakaran hutan). Dampak dari bencana Hidrometeorologi tentu tidak dapat kita abaikan begitu saja. Salah satu kejadian bencana hidrometeorologi yang baru baru ini terjadi adalah kejadian longsor di Cisolok Kabupaten Sukabumi yang mengakibatkan 30-an orang meninggal dunia. Kejadian kejadian bencana hidrometeorologi sebenarnya telah dapat diprediksi dan tentu telah dipublikasikan oleh Kementrian/ Lembaga terkait, yah meski kita akui terkadang masih banyak false alarm. Contoh lembaga yang secara rutin memberikan peringatan dini gerakan tanah adalah PVMBG melalui link vsi PVMBGnya (http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/peringatan-dini-gerakan-tanah) Dalam situsnya PVMBG dengan rutin memberikan peringatan lokasi lokasi yang memiliki peluang besar terjadi Gerakan Tanah (Longsor) setiap Bulan berdasarkan informasi tingkat ancaman gerakan tanah dan prediksi curah hujan pada bulan tersebut.

Bencana Hidrometeorologi di Musim Hujan 2019?

Bencana hidrometeorologi merupakan komplotan bencana yang faktor pemicunya berupa kejadian kejadian yang berkaitan dengan fenomena hidrometeorologi seperti hujan. Pada musim penghujan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang dan cuaca ekstrim biasanya akan semakin sering terjadi di wilayah Indonesia. Hingga 12 Januari 2018 tercatat setidaknya telah terjadi bencana Hidrometeorologi di 17 kabupaten di Indonesia.

  • 4 Kejadian Banjir di kabupaten Aceh, Banten, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan
  • 2 Kejadian Banjir Bandang di Kuningan dan Sanggau
  • 1 Kejadian Banjir dan Tanah Longsor di jayapura
  • 7 Kejadian Cuaca Ekstrim di Karawang, Bandung, Cirebon Magelang, Nganjuk, Pinrang dan Luwu
  • 1 Kejadian Tanah Longsor di Sukabumi
  • 2 Kejadian kebakaran Hutan di Aceh Jaya dan Bengkalis
Kejadian Bencana Hidrometeorologi 2019

Pada musim penghujan jumlah kejadian bencana hidrometeorologi biasanya akan mengalami peningkatan baik intensitas maupun frekuensi kejadiannya. Potensi terjadinya bencana hidrometeorologi akan terus meningkat hingga puncak musim penghujan yang pada beberapa daerah di Indonesia terjadi antara bulan Januari hingga Maret. Untuk mengatasi hal tersebut sudah sepantasnya kita bisa melakukan persiapan agar dampak yang diakibatkan bencana bencana tersebut dapat diminimalisir. Kegiatan sederhana dan dapat kita lakukan sendiri di tempat tinggal kita adalah:

  • Kita harus mengetahui dan mengenali tempat tinggal kita lebih dekat lagi. Kita harus tahu bencana bencana apa yang sering terjadi di tempat tinggal kita. Biasanya namun tidak selalu nama dari tempat tinggal kita menggambarkan kondisi kondisi terdahulu seperti nama nama yang ada frase rawa, kali, sungai dan segala hal yang berhubungan dengan air bisa jadi tempat tersebut dulunya memang dipenuhi air. Cara lainnya tentu banyak ngobrol dengan orang orang disekitar, tanya apakah tempat kita sering banjir dulunya. Cara lainnya lagi teman teman dapat melihat melalui aplikasi InaRisk yang disediakan oleh BNPB di playstore Android untuk mengetahui risiko bencana apa di sekitar kita.
  • Kita harus selalu memonitor kondisi cuaca di sekitar wilayah kita. Saat ini telah banyak aplikasi yang menyediakan layanan prediksi cuaca. Jika ada potensi hujan lebat atau bahkan hujan lebat disertai petir maka lakukan tindakan tindakan berikut agar terhindar masalah.
    • Jauhi Pohon rindang dan baliho dan objek objek lain yang rawan tumbang. Saat terjadi hujan sangat deras biasanya disertai angin kencang yang bisa saja menumbangkan pohon dan baliho. Jika memiliki pohon pohon besar ada baiknya memangkas sebagian rantingnya agar tidak membahayakan.
    • Letakkan benda benda elektronik dan kabel kabel maupun instalasi listrik lainnya di tempat tinggi agar tidak membahayakan bilamana terjadi banjir.
    • Hindari tebing tebing yang rawan longsor. Dan laporkan ke BPBD setempat bila ditemukan retakan retakan atau mulai miringnya objek objek seperti tiang listrik yang berada di dekat tebing, kejadian longsor biasanya didahului oleh retakan retakan seperti ini dan tiang listrik yang miring menandakan adanya pergerakan tanah.
  • Ketahui jalur jalur evakuasi terdekat dan adakah peringatan dini di sekitar kita seperti kentongan atau lainnya yang biasa digunakan masyarakat untuk mengabarkan kejadian bencana. Jika ada kita perlu mengetahui kesemua itu agar tidak bingung dan dapat merespon dengan baik dan cepat bila benar benar terjadi. Lebih bagus lagi bila kita sekali kali melakukan latihan secara rutin. yah itung itung sembari lari pagi atau jalan jalan santai.
  • Ketahui nomor nomor darurat yang dapat kita hubungi saat kejadian darurat benar terjadi seperti nomor polisi, ambulan dan BPBD. Atau minimal nomor pak RT hehehe.

Saya rasa cukup segitu dulu yang dapat saya tuliskan dalam posting saya ini, sepertinya sudah panjang sekali hehehe. Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga kita dapat melalui musim hujan ini dengan seru dan berkah Amiiiiin.

Salam,

Dewa Putu AM

dewaputuam
WRITTEN BY

dewaputuam

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewa Putu AM

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading