Ku hari ini sedang terduduk sendiri di sebuah caffe yang biasa kusambangi sambil menyeruput secangkir teh hangat. Hayal angan ku berterbangan jauh entah kemana, berkelana sedikit demi sedikit membayangkan apa yang telah ku perbuat sepanjang tahun ini.
Banyak hal yangsudah terjadi. Dari suka-nya dengan berbagai pencapaian yang ku dapatkan. Yah salah satunya lari 42 km pertama saya. Ada juga beberapa yang membuat ku sedih. Beberapa kesalahan kecil yang ku perbuat, kesalahan besar hingga sayangnya banyak juga orang baik yang kemudian harus pergi meninggalkan ku.
Hari ini sebenarnya cukup spesial, hari ini ulang tahunku dan ku. Namun ku disini duduk dan berpikir dengan hampa. Ku bertanya apakah hidupku sudah memberikan makna? atau ku hanya hidup yang sekedar hidup.
Ku hanya sedang berpikir apakah di umurku 33 kemarin ku sudah melakukan hal yang benar? saya rasa sebagian mungkin tidak, bisa jadi sebagian besar yang kulakukan masih belumlah baik. Meskipun perlu juga dengan rendah hati ini ku perlu mengapresiasi juga beberapa diantara yang kulakukan selama ini bisa saja sedikit benar.
Ah,… apalah semua itu, bukannya benar dan salah hanya sebuah persepsi ya, apa yang kuanggap benar bukan berarti benar benar benar bukan? dan apa yang ku anggap salah bukan berarti benar benar salah di mata orang lain.
Lalu untuk apa dipikirkan benar dan salah itu, rasanya merepotkan saja ya, dan tidak memberikan sesuatu yang menarik.
Mahalnya Belajar dan Pengakuan Perbedaan Nilai
Dalam satu tahun belakangan ini saya mencoba belajar beberapa hal dengan harga yang sangat mahal bagi saya. Cara belajar mungkin cukup unik dan berisiko dengan mencoba menshortcut pengalaman saya dari yang menurut saya hidup saya selow selow saja seperti tidak ada masalah saya coba mendalami berkenalan dan mendekat pada beberapa orang dengan berbagai ceritanya. Dari sana saya coba memahami apa yang terjadi pada mereka dan bagaimana mereka menghadapi itu semua.
Dari pembelajaran itu banyak hal yang saya dapatkan untuk pelajari. Mungkin ada dua hal penting diantaranya coba saya sampaikan di sini:
- (Pertama) Semua orang punya permasalahan yang unik. Hal inilah yang kemudian meyakinkan saya bahwa tidak ada yang benar dan baik absolut berlaku bagi semua orang. Semua tergantung pada persepsi orang yang mengalaminya. Mungkin kita mendengar semakin dirimu menghadapi permasalahan maka dirimu akan semakin kuat. Hal ini pun tidak berlaku bagi semua orang. Tidak semua orang berhasil dikuatkan dari permasalahan yang dihadapinya. Beberapa diantaranya akan tetap terjebak bahkan semakin terjerembab dalam permasalahannya. Apakah mendapat bantuan dari orang lain adalah solusinya? ternyata dari yang saya pelajari memang sebagian orang akan terbantu, namun sebagian lainnya akan kita temukan justru orang itu akan membawa kita terjerat pula pada permasalahan dan kesedihannya.
- (Kedua) Setiap orang sudah satu paket dengan nilai diri yang berbeda. Hal inilah yang kemudian membuat setiap orang memiliki cirikhas dalam merespons sebuah permasalahan. Ada kalanya kita berusaha mengajari seseorang bahwa permasalahan ini harus dengan cara tertentu seringkali mengalami kegagalan. Contohnya yang paling mudah berkalipun kita coba memaksakan nilai bahwa kejujuran dan pantang menyerah itu baik atau hal hal standar lainnya akan mental tidak berbekas begitu saja pada orang yang sangat berbeda nilai dengan kita. Terkadang bila kita tidak beruntung justru bisa jadi akan dimanfaatkan oleh orang orang seperti ini. Jadi yang bisa kita lakukan hanyalah doakan saja dia semoga suatu saat akan lebih baik lagi.
Konsep Sistem Nilai dan Narasi Hidup
Mensitesis Konsep Sistem Nilai dengan cara seperti ini sepertinya cukup rumit ya. Namun saya rasa pembelajaran inilah yang saya rasa sangat penting untuk dipahami dan mulai kita bangun. Di tahun sebelumnya saya belajar tantangan beberapa orang pintar adalah tekanan hidup dan ekspektasi yang besar yang kemudian mengantarkan banyak orang pintar pada jurang depresi. Hal inilah yang kemudian membawa saya untuk mempelajari diri lebih banyak lagi untuk mencoba belajar bagaimana agar lebih kuat lagi. Meskipun ku sadari bahwa ku bukanlah orang yang begitu pintar kan ya hahahaha. Dari sinilah kemudian saya mencoba meilhat bahwa nilai dari perspektif sistem.
Untuk mensintesis Sistem Nilai mungkin kita bisa melihat kembali dua pembelajaran yang saya sampaikan pada bagian sebelumnya ya.
(Eksternal) Dari pembelajaran bahwa setiap orang menghadapi masalah yang unik membentuk pemahaman dan pengertian ku bahwa setiap orang dilatar belakangi oleh hal hal yang berbedabisa saja latar belakangnya terang benderang bagai surga, ada pula yang memiliki latarbelakang sangat kelam bahkan lebih kelam dibandingkan dengan apa yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Dari pengertian dan pemahaman kita akan melihat peristiwa akan lebih masuk akal untuk terjadi mskipun kerkadang perlu kita pisahkan bahwa karena latarbelakang kita pula lah yang kemudian menilai sebuah peristiwa bisa jadi berbeda dengan yang orang lain nilai. Dan itu normal normal saja.
(Internal) Dari hal hal eksternal yang telah menempa seseorang, hakekatnya manusia adalah makhluk hidup yang akan merasakan dan merespon apa yang terjadi di lingkungannya. Ini yang kemudian saya sebut sebagai sistem nilai. Sistem nilai nilai disini yang saya maksud adalah gabungan dari berbagai banyak nilai mana baik mana buruk, mana menyenangkan mana menyedihkan dan hal positif negatif lainnya yang pada dasarnya adalah (Nilai) yang diberikan seseorang pada lingkungannya. Kumpulan nilai nilai ini kemudian akan saling berinteraksi dan mungkin saling mempengaruhi untuk mencapai “tujuan” tertentu. Sistem nilai ini bisa diibaratkan sebagai kerangka penalaran kita sehingga kita dapat memberikan nilai pada rasa yang kita terima (rasakan) hingga kemudian dikembalikan lagi pada sistem nilai untuk menentukan reaksi apa yang kita berikan.
Narasi Untuk Menjadikanku Lebih Lengkap
Ringkasnya, dengan sistem nilai ini, menggambarkan bahwa proses penilaian dan pengambilan keputusan kita bukanlah sebuah mekanisme black box yang kita berikan input lalu menghasilkan output berupa rekasi. Tetapi sebuah model grey box yang didalamnya ada sebuah sistem nilai yang bekerja. Nilai nilai ini bisa berasal dari pengalamannya dan hal hal yang ia pelajari.
Untuk membangun sistem nilai harus dilakukan secara perlahan dan sistematis dan tidak bisa serta merta grasak grusuk tanpa mempertimbangkan nilai nilai yang ada sebelumnya. Pemaksaan hadirnya nilai tertentu atau pemaksaan seseorang agar menikmati sistem tertentu yang belum seharusnya ia dapatkan justru sering kali membuat dirinya hancur. Kadang kita merasa kalau kita itu menolong padahal kita sedang menyusahkan orang.
Sistem nilai bukanlah sesuatu yang statis, ia akan terus berkembang seiring dengan pengalaman dan permasalahan yang kita hadapi dan pelajaran pelajaran yang baik secara langsung maupun tidak langsung kita resapi dan pahami. Disinilah ku coba membuat sebuah narasi baru sebagai tema besar di umurku yang semakin tua yaitu diumur 34.
Di umurku yang 34 ini saya ingin lebih menggali perasaan saya terhadap lingkungan sekitar saya, entah itu bahagia maupun sedihnya mengalir dan mencoba membaca dari sudut pandang perspektif sebanyak mungkin tanpa memberikan penilaian yang mengkotak-kotakkan secara tegas.
Jikapun penilaian itu diperlukan ku harus tetap sadar dan mawas diri bahwa kebenaran dari sudut pandang yang kita ambil bukanlah kebenaran yang absolut sehingga mungkin saja bagi orang lain apa yang kita rasa itu bukan hal yang baik.
Hal ini juga dengan caraku merespon, sebisa mungkin ku mengambil merespon dan bertanggung jawab pada semua yang merupakan hasil dari responku.
Jika dikompresi dalam dua frasa, pada umurku yang ke 34 ini aku ingin lebih “Lebih Merasa” dan “Bertanggung jawab”. Tujuanku di umurku yang ke 34? adalah memberikan Narasi pada dua hal itu untuk lebih banyak diterapkan dan dipahami dari berbagai aspek.
Jika ingin dikompresi lagi dalam satu kata mungkin lebih bisa disebut sebagai “Amorfati”
Leave a Reply