[Opini] Evolusi Kebiasaan Membuat Catatan Pribadi Saya

Ada satu kebiasaan yang menurut saya sulit namun baik sekali bila kita terapkan dalam menjalani dunia kerja. Hal ini jarang saya temukan pada orang kebanyakan dan kalaupun ada lebih jarang lagi yang secara efektif mengarsipkan sehingga memudahkan bila sewaktu waktu dibutuhkan. Seseorang yang saya kenal yang secara konsisten melakukannya adalah atasan saya dulu di BNPB…


crop person making notes in notepad

Ada satu kebiasaan yang menurut saya sulit namun baik sekali bila kita terapkan dalam menjalani dunia kerja. Hal ini jarang saya temukan pada orang kebanyakan dan kalaupun ada lebih jarang lagi yang secara efektif mengarsipkan sehingga memudahkan bila sewaktu waktu dibutuhkan.

Seseorang yang saya kenal yang secara konsisten melakukannya adalah atasan saya dulu di BNPB yakni Alm. Bapak Bernardus Wisnu Wijaya. Selama bekerja bersama beliau baik di kantor maupun di lapangan, membuat catatan pribadi adalah suatu kebiasaan yang selalu saya ingat dari beliau. Kebiasaan inilah yang meskipun sulit selalu saya coba untuk terapkan dalam kerja saya hingga saat ini. Entah berapa buku tulis telah ia habiskan untuk mencatat gagasan-gagasan yang ia dapat dari setiap kegiatan.

Dalam perkembangan jaman sekarang yang demikian canggih, kita sebenarnya telah dimanjakan oleh berbagai macam jenis aplikasi yang membuat kita mudah untuk mencatat dan mengorganisir catatan kita untuk mudah dicari sewaktu waktu bila dibutuhkan. Bahkan dalam beberapa aplikasi seperti Notion juga menyematkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan pengalaman kita dalam urusan catat-mencatat sebuah gagasan.

Sebagai sarana berbagi pengalaman, saya ingin mencoba menceritakan perkembangan gaya mencatat saya mungkin dari jaman sekolah dan perkuliahan yang masih secara manual hingga saat ini yang mulai mencoba mengoptimalkan pemanfaatan kecerdasan buatan. Tulisan ini merupakan pengembangan tulisan saya sebelumnya di Cara Saya Menulis Dan Perkembangannya.

Jaman Sekolah Mencatat Manual dan Linear (1996-2008)

Pada tahun awal saya sekolah, dengan tulisannya yang kurang begitu indah saya banyak mendapat cercaan dari guru dan teman saya. Tulisan saya memang sulit untuk dibaca bahkan ada kalanya pada masa-masa SMP, tulisan saya lebih parah lagi dengan huruf tulisan yang sangat kecil yang membuat tidak hanya sulit di baca tetapi juga sulit untuk dilihat.

closeup photo of blue pen tinted spiral notepad placed beside pen die cast car and coffee cup
Photo by David Bares on Pexels.com

Tulisan saya saat itu masih seperti tulisan orang normal biasanya karena kebanyakan masih berupa menulis langsung dari buku. Yah pada masa itu masih ada yang namanya CBSA (Catatan Buku Sampai Abis), saat itu kita disuluh menulis kembali isi yang nada dibuku ke buku tulis kita dengan tujuan agar siswa seperti kita dipaksa untuk membaca.

yang jadi pertanyaan, apakah metode itu efektif? saya rasa kurang begitu bagus karena saking capeknya menulis tidak jarang kita justru kelelahan untuk memahami gagasan yang tersirat dalam tulisan yang kita tulis.

kebiasaan itu terus berlangsung sampai saya duduk di bangku SMA, metode penulisan saya masih memindahkan semua isi buku ke dalam buku tulis entah itu ditulis di depan di papan tulis maupun di dikte oleh guru atau teman sekelas. Intinya masih sama “memindahkan isi tulisan ke dalam buku tulisan kita.

Mencatat Gagasan Kunci dengan Menggunakan Mind Mapping (2008-2017)

Di akhir tahun saya belajar di SMA sambil mempersiapkan dunia perkuliahan saya mulai mengeksplorasi gaya menulis non linear dan saat itu saya juga belajar metode NLP yang di dalamnya juga dijelaskan beberapa metode penulisan alternatif yakni mencatat dengan menggunakan kolom dan juga Mind Mapping. Akan tetapi yang kemudian saya pilih dan terapkan adalah metode mencatat dengan menggunakan Mind Map.

Pada dasarnya Mind Map memanfaatkan cara berpikir kita yang biasa berawal dari titik tengah sebuah objek yang karena itu, penulisan dengan metode Mind Map selalu dimulai dengan menulis gagasan utama di tengah kertas. Kemudian, gagasan baru yang berkaitan akan dituliskan sebagai ranting yang memiliki percabangan gagasan lain yang lebih spesifik. Berikut ini salah satu contoh catatan saya pad saat saya berkuliah.

Menurut saya ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang saya dapatkan ketika saya menulis dengan menggunakan metode Mind Mapping, beberapa diantara-Nya adalah:

  • Kelebihan: Mempercepat gambaran besar sebuah konsep. Dengan mind map kita akan secara cepat memahami gambaran besar dan utuh dari sebuah konsep. Bila dengan metode linier kita membutuhkan waktu lama dengan membaca kata per kata, dengan Mind map kerangka pikir dari sebuah konsep serta kaitan kaitannya lebih mudah dilihat dan cepat untuk dihafal. Hal inilah yang mempermudah saat akan mengikuti ujian. Dengan metode penulisan yang demikian waktu yang dibutuhkan untuk belajar menjadi lebih singkat
  • Kekurangan: Hilangnya informasi detail, dengan menggunakan metode Mind Map, informasi detail akan menjadi kabur dan tidak jelas karena yang kita tulis lebih pada kata kunci pada setiap gagasan yang kita dapatkan. Hal ini juga sedikit menyulitkan untuk dipahami orang lain yang tidak menulis mind map hingga bila ada orang lain yang meminjam catatan kita akan kebingungan membacanya.

Pengalaman menarik yang pernah saya temukan pada saat saya menerapkan metode mencatat dengan menggunakan Mind Map. Pada saat itu ada dosen saya di kampus menghampiri saya dan bertanya kepada saya kenapa saya tidak mendengar penjelasannya dan malah menggambar. Saat itu saya kemudian menjelaskan bahwa yang saya gambar adalah mind map dan itu cara saya menulis gagasan yang disampaikan oleh dosen saya. Pada saat itu dosen saya tidak percaya dan memberikan saya pertanyaan yang tentunya dengan Mind Map tersebut dengan mudah saya menjawab pertanyaan dari dosen itu dan dosen itu pun kemudian melanjutkan pelajarannya

Mulai Mencatat Secara Digital (2017-hingga Sekarang)

Ada satu kelemahan mencatat yang saya rasa sangat menyulitkan saya untuk mengeksplorasi kembali catatan saya sebelumnya apalagi catatan yang lama. Mencatat secara manual dibuku tulis tentunya akan membuatnya tidak praktis untuk dibawa ke mana-mana dan sulit untuk diakses.

Untungnya dalam perkembangan jaman yang semakin pesat ini, saat ini telah tersedia berbagai aplikasi yang memudahkan kita untuk menulis bahkan dengan penerapan teknologi komputasi awan (cloud), catatan kita sudah tidak lagi disimpan secara offline di perangkat kita melainkan sudah kita simpan di internet sehingga dapat kita akses di mana saja dan kapan saja.

Hal inilah yang kemudian saya manfaatkan, dalam mencoba coba berbagai aplikasi setidaknya ada beberapa aplikasi yang sangat sering saya gunakan yakni Aplikasi Google Keep, One Note, Obsidian dan saat ini saya lebih suka untuk menulis di Notion.

Dalam beberapa aplikasi itu tentunya terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing yang saya kemudian memanfaatkan untuk beberapa keperluan yang berbeda. Berikut adalah komentar saya untuk beberapa aplikasi mencatat yang pernah saya gunakan.

  • Google Keep: di Aplikasi ini pada dasarnya tidak banyak yang dapat kita lakukan, karena aplikasi ini tergolong ringan dan sederhana saya biasa menggunakan aplikasi Google keep sekedar untuk menulis catatan singkat yang sekelebat muncul dalam pikiran saja atau bisa juga saya jadikan cek list jika akan berbelanja sesuatu.
  • One Note: Aplikasi ini seperti buku binder yang saya gunakan pada jaman kuliah, aplikasi ini juga tergolong sederhana dan saat itu karena terintegrasi dengan aplikasi yang ada di Laptop saya maka saya lebih banyak mencatat dengan aplikasi ini. beberapa catatan rapat penting masih tersimpan di akun saya pada aplikasi ini seperti catatan selama saya terlibat dalam operasi penanganan erupsi Gunung Agung, Penanganan Gempa Palu dan juga Karhutla di Palembang. Catatan rapat masih tersimpan rapi di aplikasi itu dan sesekali saya manfaatkan untuk beberapa hal seperti bahan analisis project dan lainnya.
  • Obsidian: Obsidian sebenarnya aplikasi yang sangat keren karena dengan aplikasi tersebut kita dapat mengombinasikan keunggulan pemahaman konteks umum di Mind Mapping dengan pemahaman detail di metode penulisan liner. Namun metode penulisan ini masih sangat sulit saya terapkan. Aplikasi Obsidian ini akan memberikan dampak yang lebih signifikan bila kita menerapkan metode Zettelkasten.
  • Notion: Saya belajar menggunakan Notion sebelum saya mengenal Obsidian, namun karena tertarik dengan obsidian saya sedikit mengalihkan Notion. Namun demikian dengan perkembangan aplikasi Notion yang kian semakin baik dan menarik maka saya memutuskan untuk lebih aktif lagi menggunakan Notion. Terlebih dengan adanya AI yang ditanamkan pada aplikasi tersebut yang saat ini mempermudah memberikan rangkuman dan juga bertanya melalui chatbot Nya berdasarkan catatan yang sudah kita buat.

Leave a Reply

Total
0
Share

Discover more from Dewaputuam

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading