Helo, Salam Cuan hehehe,
Berhubung di sekitar saya sekarang sedang ramai ramainya tag yang berhubungan dengan hal tersebut (Investasi, Saham, Cuan, dan lain sebagainya). Harus saya akui kalau dilihat-lihat saya juga masuk sebagai angkatan baru di pasar saham yang bertepatan dengan pandemi corona, bahkan ada beberapa senior yang menyebut kami kami ini sebagai Angkatan Corona atau Coronials. Tidak terlihat cukup baik sik tapi tidak terlalu buruk juga, nice lah hehehe. Jumlah kami cukup banyak btw, lebih dari 527 ribu orang atau meningkat 47,71% dari 2019 (Sumber Berita).
Namun di balik hingar bingar jumlahnya yang sangat besar tersebut ternyata banyak pula yang terjun bebas tanpa persiapan dan dasar hingga dalam aksinya seringkali hanya ikut-ikutan semata. (termasuk saya mungkin) sehingga banyak dari Coronilas tersebut alih alih mengelola nafsu dan mendapat keuntungan mereka justru mengalami kerugian yang mungkin tidak dapat dikatakan kecil. Saya tidak membahas hal ini dalam tulisan saya, mengingat sudah banyak orang orang yang kece dan berpengalaman membahasnya seperti dua youtuber yang menjadi salah satu sumber informasi dan tempat saya belajar ringan tentang dunia investasi Andika Sutoro Putra atau Felicia Putri Tjiasaka.
Tidak hanya Sekedar Berinvestasi, namun Menata Kembali Keuangan
Pada tulisan ini saya ingin mencoba sedikit berbagi dengan teman-teman yang menurut saya justru lebih penting dan mendasar dari sekedar investasi. Hal ini juga beberapa kali disebutkan oleh beberapa orang yang menjadi panutan saya (termasuk Robert Kiyosaki, dalam bukunya Rich Dad, Poor Dad). Ini tentang pengelolaan Keuangan.
Namun, dari apa yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan, saya mulai menyadari sesuatu hal, Investasi itu hanya sebagian kecil aspek dalam pengelolaan keuangan, hal inilah yang kemudian saya jadikan sebagai salah satu resolusi saya di tahun 2019 dan 2020 (Link). Pada dua tahun tersebut saya sedikit demi sedikit mulai merapikan pengelolaan keuangan saya. Beberapa poin utama yang saya lakukan sebagai berikut:
- Rajin mencatat pemasukan dan pengeluaran dari hal yang menghabiskan biaya besar seperti membeli Laptop hingga hal remeh seperti membayar karcis parkir 2000 rupiah. Semua itu tercatat dengan rapi sejak 2019 sehingga aliran uang saya termonitor ke mana mana saja (tentu banyak ke jajan hehehe).
- Menyiapkan Dana Darurat dan “Dana Alokasi Khusus”, ini saya siapkan karena di akhir tahun 2019 lalu saya resign dari kantor lama dan memulai usaha baru dengan teman teman dan untuk itu saya berusaha mengamankan dahulu dana darurat kalau sewaktu-waktu apa yang saya lakukan tidak berjalan dengan mulus. Namun puji tuhan ternyata sangat mulus dan dapat kesempatan lain lainnya, hingga selain dana darurat juga saya sudah mengumpulkan dana Alokasi Khusus, untuk menikah hehehe.
- Mengelola Investasi, setelah kedua hal tersebut saya amankan, saya mulai merambah ke beberapa produk Investasi.Karena pada tahun 2019 saya masih fokus pada dana darurat, yang juga saya jadikan juga sebagai investasi, jadi saya cenderung bermain aman dengan menggunakan Emas dan Reksa Dana. Agar dari segi likuiditas masih aman dan dapat dipakai sewaktu waktu meski untuk reksa dana membutuhkan waktu sedikit lama dalam pencairannya yakni 2-3 hari kerja. Hingga masuk pada pertengahan tahun 2020, di tengah pandemi corona saya pun memanfaatkan momen tersebut untuk masuk ke produk investasi yang lebih agresif dan berisiko yakni Saham bersama Coronials lainnya. Namun alih alih membeli saham yang trend saya justru hanya berani pada saham saham yang menurut saya menjadi unggulan di 3 sektor saja (Perbankan BBRI, Konsumer ICBP, dan satu lagi TLKM, saya tidak tahu TLKM itu masuk sektor apa hehehe).
Dari pengelolaan keuangan tersebut sedikit demi sedikit ada perbaikan baik dalam pola pikir saya tentang uang dan bagaimana mengelolanya. Saya terus belajar dari berbagai sumber, tulis tulisan di medium, berita, youtube bahkan dari Tik Tok. Setiap bulannya, saya alokasikan sebagian penghasilan ke produk produk investasi yang saya miliki tergantung mana yang menurut saya harganya sedang masuk akal (diskon) biasanya saya akan alokasikan lebih besar disitu dibandingkan pada produk yang sedang gila-gilanya menghasilkan keuntungan, Istilah kerennya strategi “Average Down”. Beberapa prinsip yang saya pegang dalam pengelolaan keuangan adalah jangan taruh telur dalam satu keranjang, kelola emosi saat mengelola uang jangan terlalu nafsu, dan terakhir sisakan sedikit keraguan dalam setiap aksi yang kita lakukan. Memang ketiga prinsip itu masih belum sempurna saya jalankan sehingga masih sering saya melakukan kesalahan dengan melakukan pembelian barang barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan (Boros).
Dari Sekedar Menata Keuangan, Kini Ku ingin Menata Nilai
Meskipun cukup puas melihat hasil dari perbaikan pengelolaan keuangan saya di tahun 2019 dan 2020, namun saya merasa ada sesuatu yang kurang di situ. Entah kenapa, meskipun dari segi finansial sudah ada peningkatan yang cukup baik, saya merasa hampa dan nista. Saya merasa ini bukan lah saya.
Kenapa semua hanya berkutat tentang uang. Saya berpikir dan berdiskusi dengan beberapa orang tentang hal ini dan kembali merefleksikan hal hal lampau yang membuat saya bahagia dan bisa sampai di sini, timbul suatu pertanyaan besar. Dimanakah posisi uang, dan apa itu uang. Cukup naif memang bila kita menafikan arti penting dari uang. Namun cukup nista pula bila kita mengaitkan semua hal itu dengan uang. Hingga pada jumat lalu saya mendapatkan sebuah gagasan yang saya rasa sebuah rantai terputus dari apa yang menjadi kegelisahan saya selama ini, sebuah gagasan dari video yang berjudul Escaping the Rat Race: What School Failed to Teach You About Money karya James Jani. Dalam video tersebut, uang tidak hanya didefinisikan sebagai alat tukar, sebuah media untuk membayar tagihan, barang, ataupun jasa.
Uang hanyalah salah satu ekspresi/representasi dari sebuah nilai. Salah satu media kita untuk memberikan dan menilai suatu produk baik barang maupun jasa. Dengan definisi ini saya berpikir bahwa salah jika kita selama ini terus berfokus pada uang. Hal esensial yang perlu kita perhatikan seharusnya bukanlah uang, melainkan “Nilai”.
Hal ini kemudian menjelaskan kenapa seseorang dalam waktu yang sama namun dapat menghasilkan uang yang jauh berbeda, karena seseorang tersebut memiliki nilai yang lebih untuk kemudian diekspresikan dalam bentuk uang. Sama seperti uang, nilai pun perlu kita kelola dengan baik agar memberikan hasil yang baik. Untuk mencapai itu saya rasa sudah saatnya saya menggeser sedikit target resolusi saya di tahun 2021 dan beberapa tahun kedepan yakni pada “perbaikan tata kelola nilai”. Jika kita analogikan seperti pengelolaan uang maka strategi perbaikan nilai yang menurut saya penting untuk diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Memonitoring nilai kita, ini hal yang sulit namun tanpa mengetahui dimana posisi kita dan tanpa tujuan yang jelas seperti apa kita ingin dinilai maka tidak akan ada perbaikan nilai yang signifikan dapat kita lakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara lebih sering melakukan refleksi diri tentang apa apa yang telah terjadi dan apa apa saja yang telah kita lakukan untuk menyikapi apa yang terjadi tersebut. Dari refleksi tersebut terkadang akan timbul beberapa pertanyaan penting yang mengarah pada seharusnya saya bisa seperti ini bila memiliki nilai ini.
- Menyiapkan nilai untuk keperluan darurat mungkin sulit untuk dibayangkan bentuknya seperti apa. Namun menurut saya nilai untuk keperluan darurat sama seperti dana darurat, yang dapat menolong kita atau setidaknya memberikan sedikit waktu kepada kita agar bisa kembali bangkit saat sesuatu terjadi tidak sesuai dengan rencana. Nilai untuk keperluan darurat bersifat esensial dan harus dimiliki oleh kita, dan harus dijaga selalu ada dalam diri kita, Nilai “kejujuran” adalah salah satunya. Dengan nilai kejujuran yang selalu kita bawa, berimbas pada nilai kepercayaan yang tentunya akan banyak akan membantu kita dan sangat kita butuhkan dalam masa masa sulit sekali pun.
- Meningkatkan aset dengan berinvestasi pada nilai diri. Jika berkaca lagi kebelakang, jika ditanyakan investasi apakah yang paling berpengaruh pada saya dalam dua tahun terakhir ini? Maka secara abstrak saya akan menjawab investasi pada diri (pada otak). Investasi terbaik yang pernah saya lakukan adalah ketika saya menghabiskan 300k untuk berlangganan pelatihan online terkait data, 150k untuk pelatihan Tableau, membeli buku Data seharga 200k dan 500k untuk bolak balik ke cafe Anomali untuk belajar hal hal baru terkait data sambil menyeruput kopi hangat. Selain semua hal tersebut tentunya ada beberapa investasi yang saya rasa tidak kalah berpengaruhnya dengan apa yang terjadi sekarang, yakni pada jejaring pertemanan dan jejaring rekan kerja seprofesi.
Memang pada tahun 2020 saya berkutat pada pengelolaan data, namun sembari menyambangi berbagai tempat dan memetakan permasalahan pengelolaan data dan informasi khususnya kebencanaan di Provinsi Bali, saya menyadari ada satu hal yang lebih esensial daripada hanya berkutat pada data dan informasi yakni yang berkaitan dengan “Penyelesaian Masalah”. Nilai ini yang akan saya fokuskan untuk tingkatkan pada 2021, ada beberapa bahan literatur yang sedang saya kumpulkan dan pelajari untuk mencapai hal itu. Doakan ya kawan agar Nilai ku di 2021 ini akan meningkat dibanding tahun tahun sebelumnya. Meskipun tak bisa saya pungkiri konsep “Perbaikan tata kelola nilai” masihlah sangat abstrak untuk dijadikan sebuah fokus resolusi saya di tahun 2021 dan beberapa tahun seterusnya. Namun perlahan dan pasti dari hal abstrak itu saya meyakini akan memberikan hal yang jauh lebih berarti daripada sebelum sebelumnya.
Menjadi lebih bernilai dan menjadi lebih berarti. Sebuah kata kata yang bagus bukan 🙂
Salam,
Dewa Putu AM.
Feature Photo by Karolina Grabowska from Pexels